11. Bencana

2.3K 263 71
                                    


Pagi pertama di karimunjawa. Jeon sudah bangun sejak pukul 7 pagi, walau biasanya ia harus dibangunkan dengan alot, namun kali ini ia bangun dengan sendirinya. Hanya alarm pada ponselnya yang membangunkannya, hebat bukan? Seorang jeon yang biasanya susah bangun kini bangun sendiri. Mama pasti bangga.

Walau sebenarnya, puluhan alarm ia aktifkan, mulai dari jam 6 pagi, 6.05 dan kelipatan 5 menit setelahnya hingga pukul 7.00 lelaki itu baru beranjak dari ranjangnya. Setidaknya ia bangun sendiri tanpa diteriaki orang lain, jadi biarkan jeon berbangga diri.

Hari ini jeon sudah mengagendakan liburannya dengan rose. Dari pagi hingga malam puncaknya, jeon akan membuat rose terpesona padanya, beruntung jeon punya bekal dasar dari pak jono.

Mengenai jeny dan jaehan, tentu jeon tak menyewa penginapan yang sama dengan mereka. Enak saja! Jeon mau lingkungannya steril, parasit seperti mereka akan menganggu saja.

Dengan kemeja tipis yang dua kancing teratasnya sengaja ia lepas, celana jeans selutut, dan kamera yang ia kalungkan pada lehernya, jeon siap memerjuangkan hati tante rose.

Knoookk.. knnookkk...

"Rose? Sudah bangun belum?" Jeon si anak baik mengetuk pintu kamar rose dengan sopan. Namun tak ada sautan.

Diulang hingga tiga kali, namun masih tak ada jawaban. Timbul niatan untuk membuka dan mengintip apakah rose ada dikamarnya. Namun jeon adalah anak baik, dan mengintip kamar wanita bukanlah tindakan yang baik. Dengan menggelengkan kepala lalu mengangguk, jeon memutuskan putar arah dan menunggu rose bangun saja. Mumpung rose belum bangun, jeon akan membuat susu bekal dari ibunya.

Namun baru saja jeon melangkah masuk kearea dapur, langkahnya otomatis terhenti. Matanya membelalak, jakunnya naik turun mengikuti pergerakan dihadapannya.

Dihadapannya rose sedang menenggak air mineral langsung dari botolnya. Sekujur badan rose berkeringat, terlihat karena wanita itu hanya mengenakan sport bra yang kini menampilkan perut rata nan putih bak susu itu, kakinya tertutup dibalut dengan celana training panjang. Dalam hati jeon bersyukur, belakangan tuhan sangat baik padanya, selalu saja jeon disuguhi dengan keindahan dunia melalui perantara rose. Dan kini bahkan jeon disuguhi pemandangan yang sangat luar biasa, kelas kakap, kelas paus. Rasanya tak ingin sedetikpun jeon berkedip.

Namun jeon kembali ingat perkataan pak jono, ia tak boleh terus-terusan menjadi anak-anak, rose manyukai lelaki dewasa. Menarik nafas panjang, jeon mencoba menenangkan hatinya yang sedang berlonjak bahagia, menahan agar tak ada rengesan tolol dari wajahnya. Jangan sampai pula suaranya bergetar saat bicara, dan yang terpenting, jangan sampai mata jeon jelalatan, walau badan rose sangat menggiurkan untuk ditatap.

"Baru olahraga?" Sapa jeon dengan ahli, bagus, kau pintar jeon, rose kan memakai pakaian olahraga, akan tak lucu jika jeon bertanya baru dari mana. Sungguh hanya pertanyaan basa-basi saja, tak berbobot.

"Ahh, iya"

Rose menjawab dengan kikuk, mungkin ia kaget dengan kehadiran jeon. Karena tak mau mengusik dan ingin memberi ruang untuk rose, jeon memilih pergi ke kulkas mengambil air mineral.

"Mandi dan bersiaplah, aku akan mengajakmu berkeliling. Bawa pakain renangmu, mungkin kau akan membutuhkannya nanti"

Jeon menatap rose sekilas, tersenyum tipis dengan satu tangan mengenggam botol air mineral, dan satu tangan lain dibenamkan didalam kantong celana. Hanya berucap kalimat panjang berupa perintah itu saja, setelahnya jeon berlalu meninggalkan rose. Dalam hati jeon menahan diri untuk tak terlalu berlebihan dihadapan rose.

Ilmu pertama yang ia dapat dari pak joko, menafsir dari sifat mantan rose adalah.

'Rose menyukai lelaki yang bisa manis dan sexy'

𝕋𝕒𝕟𝕥𝕖, 𝕀 𝕃𝕠𝕧𝕖 𝕐𝕠𝕦! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang