Cho Seungyoun

18 2 9
                                    

Aku tidak pernah tahu ternyata menjadi kekasih seorang Cho Seungyoon akan seperti ini. Bukan, bukannya aku tidak suka atau tidak senang tetapi terkadang itu terasa sedikit menyebalkan. Seungyoon itu seorang ketua di salah satu ekstra. Sebut saja pramuka, hal itulah yang membuatnya jadi terkenal dikalangan adik kelas. Ditambah lagi pramuka menjadi ekstra wajib di sekolah membuat popularitasnya kian melejit. Tak jarang ketika kami sedang jalan berdua, ada satu dua adik kelas yang berpapasan, Seungyoon akan otomatis tersenyum manis ketika disapa. Aku sedikit tak suka sebenarnya tapi ketika ku tanya.

"Ngapain sih pake senyum segala ke mereka?" dan Seungyoon akan menjawab.

"Nggak papa, kan senyum itu sedekah. Lagian imageku udah terlanjur manis jadi harus dipertahanin dong." See, jika sudah seperti ini aku hanya akan diam tanpa berbicara sepatah katapun, dan Seungyoon yang hafal betul kebiasaanku ini akan merayuku dengan bualan manis yang sialnya membuat pipiku bersemu merah. Tapi,, itu dulu....

.

.

.

"Zara." Aku mendongak dari aktivitasku membuat proposal.

"Apa?"

"Data proposal yang loe buat masih kurang apa aja?" aku memicingkan mata menatap Seungwoo heran.

"Kenapa? Mau bantu nagihin?"

"Iya, biar cepet di-ACC." Aku tersenyum.

"Nah gitu dong, sesekali bantuin sekretaris kek jangan Cuma kegiatan aja yang dibantuin."

"Anda bacot deh, udah buru apa aja yang belom."

"Santai elah, tinggal anggaran aja yang belum. Oh ya sekalian ya kalo mau nagih mintain lpj acara bulan lalu biar cepet beres laporannya."

"Oke, biar gue mintain ke Wooseok entar."

"Siip."

"Ra."

"Apaan lagi?"

"Loe sama Seungyoun baik kan?" aku mengernyit mendengar pertanyaan Seungwoo.

"Baik kok, kenapa emang."

"Oh nggak Papa kirain loe udah putus soalnya kemarin gue liat Seungyoun jalan sama cewek lain di mall."

"Jangan jadi kambing hitam yang suka adu domba ya loe, lagian kemarin gue ada jalan sama dia kok." Tukasku. Sebenarnya apa yang dikatakan Seungwoo ada benarnya, tapi aku juga tidak sepenuhnya berbohong kemarin memang aku sedang pergi keluar dengannya tapi tidak lama karena Mama memintaku menemaninya kerumah Kakak.

"Bukan maksud mau jadi kambing hitam, gue kan Cuma nanya siapa tau kalo kalian udah putus gue kan bisa jadi pacar loe." Aku mendengus.

"Bacot, udah ah gue mau ke kantin dulu laper."

"Sekalian nitip akua 1 ya."

"Mana duit?"

"Talangin dululah belom gajian nih gue."

"Hmm, iyain biar cepet." Aku keluar, berlalu menuju kantin entah kenapa pertanyaan Seungwoo tadi terus terngiang di benakku. Sejenak aku mengedarkan pandangan.

'Damn.'

Sepertinya pilihan untuk pergi ke kantin menghindari pertanyaan aneh Seungwoo adalah kesalahan. Di sudut kantin aku melihat Seungyoun bersama dengan perempuan yang sama. Mata kami bertemu, Seungyoun tampak terkejut aku hanya memandangnya datar kemudian berlalu. Perkiraanku benar, Seungyoun berlari menyusulku.

"Zara dengerin aku dulu." Aku berbalik tersenyum menatapnya.

"Nggak enak kalo ngomong disini? Gimana kalo di rooftop aja?" Seungyoun terdiam kemudian mengangguk.

Paper Clip'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang