Treasure A

26 2 0
                                    

YG entertaiment building

"Tim A kajja!!" Sorak hyunsuk menyemangati teman setimnya yang mulai lelah berlatih.

Yedam dan Midam hanya bisa bergeming ia tidak mampu bersemangat, terlalu letih dengan semua drama yang diciptakan agensi haram itu. Enam tahun bukan waktu yang singkat, Yedam hampir menghabiskan masa mudanya hanya untuk dikurung tanpa kepastian debut sama sekali. Bahkan dirinya telah berpartisipasi dalam K-pop Star sejak kecil. Ia begitu cinta agensi ini sehingga terlalu sedih bila harus angkat kaki.

Disisi lain Hyunsuk tetap berusaha menyuntik semangat pada rekan setimnya. "Kita telah dekat dengan debut, ayo semangat!"

Dalam hati Hyunsuk sendiri tidak yakin akan kata 'Debut' itu sendiri. Ia terus meyakinkan tim untuk semangat tapi sendirinya tidak yakin.

"Hyung, apa kita akan debut?" Tanya Doyoung di sela-sela aktivitas minumnya. Berlatih dari petang hingga penghujung senja bukan hal mudah untukknya. Lelah? Sudah pasti.

"Tentu saja!" Jawab Hyunsuk cepat.

"Hyunsuk, duduklah. Kami tahu kau juga lelah, jangan menahan kesedihanmu hanya karena kau ingin menyemangati orang lain." Byounggun menarik lengan Hyunsuk dan mencoba mendudukkan bocah itu.

"Hyung! Kau juga menyerah?"

"Siapa bilang aku menyerah? Aku hanya merenung. Anak lain sedang sedih, biarkan mereka menikmati kesedihan mereka dulu."

"Benar, mungkin mudah bagi Yedam dan Junkyu. Kita tahu perlakuan istimewa CEO pada mereka. Tapi untuk kita? Sepatah kalimat pujian saja mana sudi." Seunghun angkat bicara.

"Apa maksudmu hyung?" Yedam tidak terima dikatai anak emas CEO, dia sendiri berjuang penuh darah dan keringat untuk mewujudkan debutnya.

Junkyu hanya bergeming.

"Memang benar adanya." Seunghun berkutat. Sementara Yedam dan Junkyu terlihat marah. Mata mereka merah menahan marah.

"Hey, hyung. Kau tidak boleh bicara seperti itu. Yedam juga berjuang mati-matian untuk mendapat pujian, Junkyu juga. Ayolah kita harus kompak, jangan begini." Tangis Doyoung pecah saat mengucapkan kata terakhir.

Hyunsuk hanya bisa diam seribu bahasa. Ia sendiri lelah.

"Luapkan kemarahan kalian. Biar kutinggal dulu." Byounggun meninggalkan mereka semua.

"Aku merindukan noa dan raesung." Ucap Yedam disusul tangisnya yang kini pecah.

"Dan Woong." timpal Hyunsuk.

"Juga Jihoon." Sebut Doyoung menambahkan.

Kini mereka semua menangis tanpa melihat satu sama lain. Terlalu malu mengakui bahwa sebenarnya mereka tidak ingin berkompetisi seperti ini. Iming-iming debut sejak Noa, Raesung, Woong, dan Jihoon masih bersama kini lenyap.

Dahulu mereka disebut Silver Boys sebelum menjadi tim A seperti sekarang.

Di sudut kursi panjang yang merentang, ada sepasang mata yang hanya bisa merenung. Tidak bisa menangis lagi, apalagi tersenyum. Midam menautkan kedua jemarinya cemas, tidak ada yang bisa ia pikirkan lagi. Persetan dengan debut, persetan dengan berlatih ia hanya ingin bertemu keluarganya sekarang juga.





Maaf kalo ada kekurangan ya. Aku cuma menulis fiksi yang mungkin cuma ngalor ngidul. Maaf kalo ga sesuai ekspetasi kalian.

Going CrazyWhere stories live. Discover now