For You

4.5K 174 6
                                    

Warning!!!
🔞🔞🔞🔞
.
.
.
.
.
.
.
🐣




Ku lihat lagi parasnya dipagi hari, tak bosan aku menatapnya walau telah ribuan kali. Kulit putihnya, pipi chubbynya, mata kucingnya yang masih tertutup dan yang paling ku suka bibirnya yang ranum yang akan selalu terasa manis dan hangat ketika ku kecup.
Ku ucapkan syukur ribuan kali kepada Sang Pencipta karena telah mempertemukanku dengan malaikat didepanku ini.
Ku gerakkan tanganku untuk menyentuhnya sekedar untuk merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya. Bisa kulihat kelopak matanya bergerak, mungkin terusik oleh apa yang ku lakukan.
"Enghh Honey~"
Suara serak khas seseorang bangun tidur menyapa telingaku. Matanya beberapa kali mengerjap sebelum benar-benar menatapku. Tubuhnya semakin merapat dengan tubuhku, mungkin ia kedinginan dengan cuaca pagi ini. Diluar salju masih saja turun sejak semalam, membuat siapa saja malas keluar dari rengkuhan selimut.
Semua tak luput dari mataku. Rasanya aku tak ingin berkedip sedetikpun, katakanlah aku serakah atau rakus tapi sungguh aku sangat mengagumi wajah cantik wanita ku ini.
"Bonjour.."
Sapaan pagi meluncur dari bibirku. "Pagi Hon" Balasnya dengan gummy smilenya lalu mengecup bibirku sekilas.
Aku menggeram karena rasa ketidakpuasanku akan kecupan yang ia berikan. Dia yang seakan tahu apa yang ku inginkan malah menyembunyikan wajahnya diceruk leherku dan mempererat pelukan kami.
"Eoh mau menggodaku Mrs Manoban ?"
Ku ubah posisiku yang kini berada diatasnya untuk menindihnya. Matanya menantang menatapku. Membuatku benar-benar ingin memakannya sekali lagi pagi ini.
"Kim. Mrs Kim. Sejak kapan aku menjadi Manoban ?"
Alisnya terangkat seiring kalimat tersebut meluncur dari bibirnya. Ku kecup dan ku lumat sebentar bibir manisnya.
"Sejak aku memutuskannya nyonya Jennie Manoban." Ucapku lalu mengelus pipi mandunya lembut.
" Jennie Kim maukah kau menjadi pendamping Lalisa Manoban seumur hidup melewati suka duka bersama ?"
Entah keberanian dari mana aku mengucapkan kalimat itu. Tapi demi apapun aku benar-benar mencintainya dan tak ingin sedikitpun jauh darinya walau hanya sedetik.
"Yaa apa kau barusan melamarku Lalisa ? Sungguh tak romantis sekali." Ucapnya lalu memanyunkan bibirnya, karena gemas dengannya aku langsung meraup bibirnya. Kembali merasakan bagaimana lembutnya bibir ranum miliknya. Berawal hanya saling menempel lalu ku lumat bibirnya, ketika aku ingin memasukkan lidahku untuk mengabsen giginya tiba-tiba dia mendorongku kuat menjauh sehingga melepas tautan diantara kami. Aku menatapnya kesal, ayolah siapa yang rela berhenti ketika sudah mulai terangsang.
"Apa yang ada dikepala mu hanya hal mesum saja Manoban ?" Lalu ia berusaha beranjak dari ranjang, sebelum hal itu terjadi langsung saja ku tarik tangannya agar ia kembali kepelukanku.
"Persiapkan dirimu bulan depan kita akan menikah." Dengan tegas ku katakan padanya. Kutatap sepasang mata kucing miliknya. Dia hanya diam menatap ku beberapa detik.
"Ku rasa kau sedang sakit." Ucapnya seraya menjulurkan telapak tangannya lalu ditempelkannya dikeningku. Ku ambil tangannya yang bertengger dikeningku lalu ku cium dan ku genggam lembut.
"Aku tidak pernah main-main denganmu. Besok kita akan kembali ke Korea dan mempersiapkan pernikahan kita. Setengah persiapan sudah diurus oleh Jisoo Unnie dan Chaeyong."
Tampak sekali bahwa ia sangat terkejut mendengarnya. Ya aku memang sudah mempersiapkannya ketika akan berangkat berlibur ke Paris selama seminggu aku telah mengatur semuanya tentu dengan bantuan kedua sahabatku itu. Bahkan aku sudah memberi tahu kepada kedua orangtua ku maupun orangtua Jennie akan hal ini. Aku ingin segera menjadikannya milik ku seutuhnya.
"Aku tidak ingin menunda lagi."
Matanya masih penuh dengan rasa keterkejutan. Jennie masih diam, hanya menatap kedua mataku. Lalu perlahan air matanya jatuh dan kali ini aku tidak ingin menghapusnya karena aku tahu air mata ini adalah air mata kebahagiaan.
Jennie menghambur kedalam pelukanku, memelukku erat hingga rasanya sesak tapi aku tak peduli aku juga membalas pelukannya.
"Pabo! Apa kau tidak bisa melamarku lebih romantis ? Aku sedang tidak memakai make up dan lagi bahkan kita belum berbusana Lisa. Lalu apa aku bisa menolak lamaran mu jika kau sudah mempersiapkan setengahnya, itu buang-buang uang."
Aku terkekeh mendengarnya. Sebenarnya ini bukanlah rencanaku, tapi melihat wajah cantiknya membuat ku tak bisa menahannya.
"Aku tidak peduli. Yang terpenting kau harus menikah dengan ku Jennie Kim."
Ku urai pelukan kami agar aku bisa melihat wajahnya. Ku usap air matanya dikedua pipinya dengan jemari ku lembut. Dan perlahan ku dekatkan wajah ku padanya kembali mencium bibir ranumnya yang memabukkan ku.
Kali ini Jennie menyambut ciumanku. Sungguh bibirnya terasa sangat manis dan kenyal, hanya bibir ini yang mampu membuat ku candu. Ku gigit sedikit bibir bawahnya lalu setelah Jennie membuka kedua bibirnya langsung saja ku lesakkan lidahku kedalam mulutnya. Dan disana lidahku bertemu dengan lidah Jennie, saling bertaut dan mendorong beradu untuk melihat siapa yang paling hebat, sudah bisa ditebak Jennielah yang akan selalu kalah dari ku. Entah berapa menit kami melakukan ciuman saat ku rasa oksigen mulai menipis dalam dada ku putuskan tautan bibir ku dengan kecupan singkat pada bibirnya.
Jennie terengah berusaha menghirup udara sebanyak mungkin, wajahnya sudah memerah dan shit bibirnya yang terbuka sedikit dengan sisa saliva malah membuat ku benar-benar akan menyetubuhinya seperti semalam.
"Ku rasa salju akan tetap turun, jalanan akan ditutup. Maka sebelum kembali ke Korea ku pastikan kau tidak akan keluar dari kamar ini nyonya Manoban."
Dengan selesainya kalimat itu aku kembali meraup bibirnya, tanganku tak tinggal diam. Ku remas payudara kirinya dengan tangan kananku. Kini posisinya duduk dipangkuan ku. Ciumanku kini turun ke leher jenjangnya. Menggigit kecil lalu menghisapnya kuat.

"Enghh Lihh~ Saa."

Desahannya membuat ku merinding sekaligus semangat. Tangan kiriku yang sejak tadi memeluk pinggangnya ku pindahkan turun menuju tempat tersensitif bagi Jennie.

"Kau sangat basahh sayang. Apa semalam masih kurang ?" Bisik ku tepat ditelinganya lalu ku hisap dan ku jilat telinganya.

"Lii Auchh~"

Tangan Jennie langsung meremas pundakku ketika tanpa aba-aba ku masukkan dua jari ku kedalam vaginanya. Vaginanya benar-benar sudah basah itu memudahkan ku saat melakukannya, mungkin karena ini masih pagi dan hormonnya meningkat dipagi hari.

"Hahhh berr engh gerak."

"Apa yang bergerak sayang ?" Ku lihat wajahnya sangat merah dengan peluh didahinya. Matanya terpejam, menikmati apa yang kini telah ku lakukan. Tangan kanan ku masih memilin putingnya bergantian sedang tangan kiri ku masih diam didalam vaginanya. Aku tahu apa yang Jennie inginkan dan aku juga menginginkannya tapi aku ingin sedikit bermain dengannya kali ini.

Tubuhnya perlahan bergerak gelisah karena aku tak kunjung menggerakkan jari ku didalam sana.

"Li gerak kan jarimu itu segera"

Matanya kini memandangku tajam. Dengan bibir terbuka dan peluh dimana-mana benar-benar penggoda.

"Cium aku dan memohonlah setelah itu aku akan memuaskan mu."

Seringaiku mulai mengembang. Awalnya Jennie tampak ragu lalu ia menarik tengkuk ku dan mulai mencium ku. Ciumannya sangat brutal mungkin ia benar-benar sudah berada dibawah kendali nafsu tak lama setelah ciuman terlepas dia memohon pada ku.

"Kuhh mohonn Honey puaskan ak- Aahhhh"

Sebelum Jennie menyelesaikan kalimatnya langsung ku gerakkan jariku didalam vaginanya dengan tempo yang cepat.

"Ahhh Li sahhh pela hhnnn"

Jennie menggelengkan kepalanya dan menggigit bibirnya. Hal itu membuat ku semakin ingin memuaskannya. Milikku sendiri sudah berkedut dibawah sana dan pastinya sudah sangat basah. Ku tambah jari ku menjadi tiga dibawah sana dan mempercepat temponya.

"Yahhhh fastt.... err enghhh"


Ku lumat payudaranya lalu ku gigit putingnya dan sebelahnya ku remas dengan tangan ku.

"Liisaaahhh ill cumm ~ "

Ku percepat jari ku divagiannya. Cairannya semakin banyak keluar dan ketika ku rasakan kedutan disana ku dorong jari ku hingga tertanam sangat dalam hingga menyentuh gspotnya.

"AAhhhh Cummm hhh"

Badan Jennie menegang. Kepalanya mendongak dengan bibir terbuka. Bahkan hanya dengan melihatnya orgasme aku sendiripun juga ikut orgasme. Cairan Jennie sangat banyak dan jariku sukses terlumuri oleh cairannya.

Jennie memelukku setelahnya, ia terengah kelelahan mungkin. Kini ku baringkan tubuhnya lalu aku turun dan membuka kedua pahanya. Ku jilat vaginanya yang masih mengeluarkan cairannya sedikit.

"Ahhh apa yang kau lakukan ?" Jennie menatap ku dengan tanda tanya. Apa dia fikir ini telah selesai ? Jangan harap.

"Mari kita mulai ronde selanjutnya" lalu ku cium vaginanya dengan rakus.

"Nghh Noo Lalisahhh akuu lelahh Auchhh".

.
.
.
.
.
.
.
.
Fin

.
.
.
.
.
.
.
.

Maaf kalo kurang asem, Piyik gak suka asem soalnya.
Btw ini oneshoot pertama Piyik dan selanjutnya mungkin akan banyak oneshoot bermunculan.

Dan yang menunggu Bad Guy bersabarlah nak😅😅😅.

Yooo sekian dari Piyik semoga kalian suka.
Salam Piyik🐣

For You (Oneshoot)~ JenlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang