IV. Nanh vederecie

2.1K 403 40
                                    


.

.

.

.

Intuisi meresonansi geletar afeksi
Logika bersikeras menampik eksistensi emosi
Sebab keduanya melintas pada orbit paradoks terkontradiksi
Namun takdir mendeteksi, interaksi kita tak sekedar seduksi birahi
Lalu semesta memberi tanda, bahwa sebelah sayapku ada padamu, sebagai konklusi.

.

.

.

.

Karsteria baru saja menembus lingkar korona hijau memasuki gatra gasal lima. Seperti biasa, elemen luar kendaraan itu diselubungi dengan kabut merah menyala. Pertanda fitur pelindungnya tengah berfungsi dari kejamnya gesekan protektor atmosfir yang melingkupi tiap gatra.

Aroma campuran cengkih dan kembang lonceng biru artifisial dari pewangi kendaraan juga wangi pisang dari raga si pengemudi menguar dalam mesin transportasi pelintas antardimensi itu.

Seokjin mengemudi seorang diri menuju gatra genap empat sesuai kesepakatan baru yang dimufakati bersama North.

"Baiknya kita berangkat ke gatra genap empat secara terpisah dari sini. Sebab, aku khawatir tak akan akan bisa lekas tiba di tujuan kalau kau setia di sisiku dengan kondisi seperti ini. Biar aku dikawal alfa saja."

Seokjin hanya mengangguk setuju tatkala Namjoon mengutarakan isi kepala. Ia pun mengaku seringkali terdistraksi dengan pesona yang memikat dari wiehl itu.

Maka di sinilah ia, menyetir seorang diri membelah jalan manikam berdebu. Suhu tubuh mulai menanjak naik. Kalau kulit dijamah, permukaan telapak akan menemui panas yang tak wajar. Kontras dengan gigil yang merambat di sekujur tubuh. Gejala heat mulai beraksi menampar gairahnya lagi.

Mengerling penunjuk tempo digital yang bertengger presisi di dasbor, Seokjin meyakini waktunya untuk kembali menenggak eliksir penekan gejala Heat adalah kurang dari lima belas menit. Visi kemudian jatuh pada denah elektrik dan menemukan Dizzèria terletak kurang dari enam ratus meter di ujung jalan. Waktu yang diperlukan untuk mencapai tempat makan itu kurang dari sepuluh menit. Seokjin berpikir bahwa ia sedang ingin makan enak hari ini setelah sekian lama mengonsumsi makanan instan. Toh hanya butuh sepuluh menit sampai makanan dihidangkan. Ia cukup memesan dan minta dibawa pulang.

Maka ia pacu kendaraan itu lebih kencang demi menghemat waktu.

Ketika tengah memesan makanan kepada pramusaji, pundak kiri terasa ditepuk pelan dari belakang. Seokjin impulsif berbalik dan menemukan Wish, kawan Namjoon di sana. Cengir lebar secerah mentari membelah wajah.

"Jadi, kau sendirian sekarang?" Wish menembak tanya tepat setelah mata meroda ke kursi di depan Seokjin yang tampak kosong.

Membalas dengan anggukan repetitif sembari memulas senyum tipis. Tak lupa menawarkan, "Mau duduk bersamaku? Tapi aku tidak lama, hanya memesan untuk dibawa pulang."

Wish mengerucutkan penghidu seraya balas berujar, "Kau wangi sekali ngomong-ngomong. Pasanganku bisa melempar pelotot dan cemberut padaku kalau sampai tahu aku duduk semeja dengan omega yang terkikis gejala Heat. Tapi tak masalah kalau hanya sebentar."

CALLEDRA EPIVALTRA {NamJin}☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang