7. Tujuh Cerita

12 1 0
                                    

Aku berulang kali menemukanmu dengan orang lain yang tidak biasa. Aku mengajakmu untuk menikmati hari, kamu bilang "aku sedang sibuk". Aku iya-kan. Tapi aku percaya bahwa memang kegiatanmu bersama teman-teman perkumpulanmu yang membuatmu tetap sibuk. Aku juga pernah memintamu untuk meluangkan sore hari bersamamu. Mari kita berlibur menikmati matahari yang sedang cerah ini. Tumben kamu meng-iya-kan, tapi aku senang.

Kejadian pertama. Teman dekatku mengatakan bahwa kemarin dia bertemu kamu di bioskop bersama salah satu temanmu dari perkumpulan itu. Aku mencoba untuk tenang. Jujur saja aku tidak tahu kamu maunya apa. Lalu aku menanyakan hal itu padamu. Ingat kah kau, sayang? Jawabanmu apa? "temanmu saja yang salah lihat". Aku percaya.

Kejadian ke dua. Saat itu pukul sebelas malam. Kebetulan kita membawa kendaraan sendiri-sendiri. Saat itu aku bilang, "ini sudah malam sekali, antar aku pulang". Jawabanmu apa? "aku masih ada urusan dengan perkumpulanku. Jangan manja". Aku terdiam dan bergegas meninggalkanmu.

Kejadian ke tiga. Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat kamu sedang bermesraan asik dengan orang spesialmu yang lainnya. Lucu ya kamu.

Kejadian ke empat. Aku barusan berulang tahun. Kamu do nothing. Selang seminggu dari hari ulang tahunku, kamu tiba-tiba tidak ada kabar malam itu. Lagi-lagi temanku memberikan fotomu yang tengah asik memberikan kejutan pada temanku yang lain. Pantaskah?

Kejadian ke lima. Ingatkah kamu saat ketahuan sedang berbalas-balasan pesan dengan temanku yang lainnya? Aku tanya, "hubungan kalian apa?" kamu jawab, "cuma teman". Bisa-bisanya aku sedikit percaya padahal ini sudah keberapa kalinya?

Kejadian ke enam. Masih kurang, sayang? Untuk apa kamu menghubungi mantanmu sebelum kamu pergi ke kota asalmu? Menurutku omong kosong untukmu jika mantan menjadi teman. Sejujurnya, aku ini siapa?

Kejadian ke tujuh. Sayang, aku lelah menceritakan kebodohanmu. Tapi ini yang terbodoh yang pernah aku dengar. Kamu mengulanginya untuk kesekian kalinya. Di bioskop dengan teman perkumpulanmu yang sama. Berdua. Dan temanku yang mengetahuinya. Sudah lah sayang, aku muak.

Tak lama dari itu kamu berpamitan untuk menjalankan pekerjaan jauh. Hubungan kita masih berlanjut meski aku sudah menyatakan pengunduran diri sebelum keberangkatanmu. Kamu berjanji pulang besok hendak meminangku. Tapi aku hanya memutar-mutar tujuh lebih kejadian yang terus kamu ulang itu. Kamu tidak setuju aku mundur, aku iya-kan. Hingga tengah jalan aku merasa semua ini sia-sia. Maaf sayang, aku putuskan sendiri hubungan kita mau kemana.

Tujuh itu belum ada apa-apanya untuk diceritakan. Masih ada hal bodoh lain yang terlihat oleh mata kepalaku sendiri. Kamu mengarang cerita seolah-olah aku yang salah lihat. Kenyataannya adalah benar adanya. Apa yang ingin kamu lakukan sebenarnya?

Jika bukan aku, katakan tidak. Jika bukan untukku, katakan tidak. Dan jika memang bukan karena aku, katakan saja tidak. Bukan jalan ini yang aku mau. Bukan jalan ini yang ingin aku tempuh. Dan bukan segala omong kosongmu ini yang ingin aku kukuh.

Silahkan kamu meronta-ronta menarikku kembali ke kehidupanmu. Tapi biarkan aku membakarmu secara perlahan dengan caraku sendiri. Dan biarkan aku tersenyum di atas penderitaanmu, sayang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 03, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Berci Abigail - Tujuh CeritaWhere stories live. Discover now