1. hari pertama

199 12 20
                                    

Sebuah mobil berwarna hitam terhenti di sebuah pekarangan rumah tampak klasik. Di kelilingi oleh pagar kayu bercat putih dengan tinggi setengah badan, dan di temani oleh tanaman-tanaman yang menyejukkan mata di sekeliling nya. rerumputan hijau dan kembang gantung yang terurai menghiasi rumah itu dengan banyak cabang meliliti pot kayu. Rumah klasik itu di himpit antara dua rumah di setiap sisi nya. Yah, hanya dua rumah, tidak ada tetangga lain yang tinggal di sana. Mungkin hanya sebagian orang yang mencari ketenangan dan mengutamakan privasi untuk hidup nya.

Kemudian pintu mobil itu pun terbuka. Menampilkan seorang pemuda berperawakan cukup tinggi namun sedikit kurus turun dari pintu penumpang. Lalu sepuluh detik setelah nya seorang wanita keluar dari pintu kemudi dengan rambut tergurai panjang.

"Ambil barang-barang mu di bagasi," ucap wanita itu dengan setengah badan nya yang kembali masuk ke dalam pintu kemudi.

Pemuda itu pun segera menuruti perintah wanita itu, mengeluarkan dua tas besar dan satu ransel yang di lampirkan pada sebagian pundak nya.

"Bawalah masuk barang-barang mu saja dan sisa nya biar aku yang membawa." Perinta wanita itu lagi sambil berjalan mendekat. Pemuda itu langsung mengambil barang pribadi nya, melangkahkan kaki pelan sambil meneliti pemandangan di sekeliling nya, lalu menaiki undakan yang menuju pintu rumah.

"Noona, kau tidak memberikan kunci nya." pemuda itu berdiri di depan pintu rumah menghadap seorang wanita yang di panggil noona tersebut.

"Astaga Jisoo, tangkap!" rutuk nya, menatap pengadu sedikit mendongak, lantaran posisi kedua nya yang memang tak imbang. kemudian melempar kunci itu dengan pelan, takut mencelakai pemuda bernama Jisoo itu. Dan berhasil di tangkapnya dengan mudah.

Jisoo memasukkan kunci pada lubang pintu, lalu memutar knop dan mendorong nya pelan. Kedua netranya di sambut langsung dengan ruang kosong yang di selimuti oleh debu di segala tempat. Kedua tungkai nya melangkah masuk dengan pandangan yang masih menyusuri seluruh ruangan, hingga suara decitan pintu mengambil alih perhatiannya.

"Jisoo, kau bisa memilih kamar yang kau suka, tapi aku saran kan kau menempati kamar yang di atas saja." Ternyata suara decitan yang berasal dari kakak perempuan Jisoo yang menyusul nya dengan tumpukan kardus dalam dekapan nya, membuat kepala nya setengah mendongak ke atas. Membungkukkan punggung dan sedikit melempar tumpukan kardus ke lantai dengan pelan. Terdengar suara helaan napas panjang setelah nya.

"Noona, aku akan ke atas memastikan kamarku," ucap Jisoo. Lalu menaiki anak tangga dengan semangat.

Jieun melihat adik nya nampak antusias dengan kepindahan nya kali ini, mengulas senyum lega. Kemudian menghampiri barang nya dan memindah kan nya pada sudut ruangan.

Hari menjadi gelap, dan waktu telah menunjukkan pukul 20:00. Keduanya sedang menikmati secangkir susu hangat dengan sepiring waffle di meja makan, usai menyelesaikan tugas berat yaitu menempati rumah baru dan harus membersihkan sebagian ruangan yang penting untuk sementara ini.

Jieun meletakkan cangkirnya lalu menatap Jisoo dengan senyum mengembang. "Bagaimana? Kau suka?"

Jisoo mengangguk mengiyakan sambil menyeruput susu hangatnya. Jisoo hanya menginginkan tinggal dalam rumah yang jauh dari keberadaan orang, lingkungan yang sepi nyaman dan tentram. Dan Jisoo mendapatkan itu semua pada rumah ini.
Meski memiliki dua tetangga, mungkin tidak masalah karena dia melihat dua rumah yang berada di samping kanan dan kiri rumah nya nampak sunyi seperti tak ada yang menghuni.

"Noona dapat informasi tentang rumah ini dari rekan kerja noona, selain cocok sama penempatan nya, rumah ini juga tidak jauh dari kantor tempat noona bekerja. luar biasa bukan?" terangnya pada Jisoo yang hanya di jawab dengan anggukan saja.

Mellifluous | Minshua [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang