Prolog

8 1 0
                                    

Aku penulis baru,  ini bukan cerita baruku tapi aku mulai ingin fokus dengan cerita ini,  ku harap kalian suka.
Cerita ini tidak menggunakan bahasa baku yang baik,  kalimat yang sopan, jadi silahkan pergi..
Bila tidak sesuai dengan kalian.

Trimakasih
(Momstiyhou)

▶▶▶▶▶▶▶▶▶▶▶

Jogja, suatu kota yang katanya kota pelajar pemilik tata krama yang baik dan sopan-santun yang luar biasa katanya, kata orang disinilah kehidupan yang nyata, pantai yang indah, pasir yang putih, langit yang biru, langkah kuda yang menggema, dan jangan lupakan gudeg yang katanya menggoda. Namun tidak di mataku, kota ini adalah saksi bisu awal neraku, awal dari penghianatan, awal dari kematian,  awal dari amarahku. Ahhh bukan kota ini adalah kenyataan hilangnya tawa seorang gadis kecil.

Aku masih duduk disini menikmati orang-orang berlalu lalang memamerkan paha mulus mereka,  bergandeng tangan dengan mesra, saling berfoto ria atau saling menggoda. Malioboro tidak pernah berubah dari dulu masih menjadi tempat dengan kepadatan manusia yang katanya tempat melepas lelah tapi aku brani bertaruh untuk satu hal dibalik gang-gang sempit itu pasti terdapat penyewaan kamar, hotel, atau pendopo yang ketika tahun baru membludak peminatnya semahal apapun harganya, hanya sekedar untuk menginap atau melepaskan nafsu belaka, hal yang sudah biasa.
Kota ini benar-benar tidak berubah

"Harusnya lo ngomong sama gua kalau udah dateng nyet !" aku membalik tubuhku mentap siapa yang berada di belakangku, senyumku melebar tak ku sangka dia dengan mudah menemukanku.
Namanya Aruma Ranjiani wanita berkulit putih dengan lesung pipi di bawah bibir tipisnya, dia tersenyum padaku, memelukku dan mencium pipiku ahhhh aku merindukan anak ini ternyata.

"Gua baru sampai mak" sahutku ketika dia sudah duduk di depanku.  Wanita yang sering ku panggil dengan sebutan "mak" ini bukan wanita tua dengan keriputnya, umurnya masih 28 tahun dengan tinggi 170-an dangan rambut sebahu, jangan lupakan tato di bahunya, tato itu mengandung makna terdalam diantara kami.

"Lo tahu, emak gua gempar-gempor bingung lu pulang gak ngasih kabar jadi gak bisa buat syukuran dadakan buat lo"

"hahahhaha apaan sih napa dah pakek syukuran segala gua gak perlu di kondangi lagi kali"

"Khayak gak tahu tabiat emak gua aja lu ah, kenapa lu balik dadakan ?"

"Kangen rumah"

Aku dapat melihat senyuman meremehkan dari Arum, aku yakin tanpa aku menjelaskan kenapa aku datang ke kota ini setelah lima tahun lamanya Aruma sudah mengerti kenapa aku kembali. 

"lu mau pulang kerumah gua, atau hotel ?"

"Mau kerumahnya bang Ocit gua, mungkin numpang tidur disana dulu"

Bang Ocit dia adalah salah satu temanku disini nama aslinya adalah Wisnu Pranitanegara, biasanya aku sama teman-teman memanggilnya bang Ocit, dia pemilik usaha alat musik dan pendopo untuk seni tari.

"Ayoklah gua juga ikut dah, mau ketemu mbk Nadir, kangen juga sama Dipta" sahut Aruma.

Mbak Nadir adalah istri bang Ocit sementara Dipta adalah anak pertama mereka setelah satu tahun yang lalu menikah. Aku menganggukkan kepalaku sebagai persetujuanku, mulai beranjak dari kursiku membayar tagihan kopiku.
Malam ini aku berjalan menyelusuri Malioboro setelah lima tahun aku meninggalkan kota ini.

Jogjakarta aku kembali

TBC.....

Peering at Stupid LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang