Aku Pulang..

7 0 0
                                    

Namanya Lana Arletha Drajianto, berusia 23 tahun,  pemilik surai hitam  sepunggung, dengan tinggi 168 cm, memiliki tato di leher bagian belakang, sangat kontras dengan kulitnya yang putih,  maklum dia keturunan China-Indonesia.
Tidak ada yang spesial dari Lana,  dia hanya sosok pembisnis alat berat,  seperti kontraktor, truk atau alat berat lainnya, dia juga memiliki sebuah resto di Bali dan Lombok, dia bukan lulusan mahasiswa di Universitas ternama, dia juga bukan anak konglomerat, atau anak orang kaya dari keturunan, dia hanya anak lulusan SMA dia hanya seorang Lana,  tidak lebih. 

"Mbak fikir tadi selingkuhannya mas Wisnu lo Lan, kalau kamu gak dateng sama Arum tadi" kata mbk Nadir sambil meletakkan teh panas dan gorengan di meja,

"Hallah mbk-mbak, mana ada ceritanya bang Ocit selingkuh orang dulu aja aku sama temen-temen ngiranya bang Ocit itu gay, udah 32 tahun gak nikah-nikah" sahut Aruma  aku hanya memandang dari tempat dudukku, aku belum pernah melihat secara langsung mbk Nadir namun aku sering bervidio call dengannya karena saat pernikahan mereka aku tidak hadir, namaun aku sangay dekat dengan di dan siapa sangka bang Ocit benar-benar menikahi mbk Nadir wanita berparas manis ini benar-benar menarik terlihat jelas sopan-santunnya masih ada sekalipun aku tahu mbk Nadir sama seperti bang Ocit, manusia bebas dan tak mau diatur sempat aku berfikir dulu bagaimana cara mereka berkomitmen namun semua itu sudah terbukti dengan jelas dengan hadirnya Dipta, sebebas apapun kamu tetap harus tahu rumah itu dimana.

"Lah kalian lo ada-ada aja, ini lo udah jam 1 malam kalian baru dateng,  mana gak ngabarin duluan"

"Halah, masih sore ini mbk" sahut Arum sambil mengunyah tempe goreng,  aku juga mengikutinya mengambil tempe goreng yang tersaji sampai detik ini aku belum berbicara apapun.

"Lah abangmu aja masih di bengkelnya Temon, belum balik dia"

"Udah aku telfon tadi mbk" sahutku, aku kembali mengambil tahu goreng dan mengunyahnya.

"Heh sampai lupa, kabarmu gimana Lan ? kok tiba-tiba pulang gak kabarin mbk sih, kan bisa mbk jemput dibandara" sahutnya menatapku, dapat ku lihat jelas bagiamana mata hitam kelamnya,  dan tahi lalat di dagunya selama ini aku hanya mentapnya di layar, kenyataannya dia benar-benar manis.

"Gak mau repotin mbk aku"

"Kamu itu khyak sama siapa aja sih Lan-lan, aku itu udah jadi mbk mu kalau kamu lupa"

"Kamu nanti tidur sini aja ya Lan, kamu juga Rum tidur sini aja udah malem khyaknya mas Wisnu datengnya masih lama kalian istrirahat aja dulu,  ngobrolnya diterusin besok aja" sambungnya, mbk Nadir memang seperti itu,  cerewet,  bawel,  suka mengatur,  dan suka sekali memerintah,  namun kami sangat menyayanginya setidaknya kami merasa memiliki sosok ibu disini, selain emaknya Aruma pastinya.

"Tidur dikamarnya Dipta mbk ?" tanya Aruma, pasalnya setahuku disini hanya memiliki tiga kamar saja dan satu kamar digunakan untuk menaruh koleksi alat musik bang Ocit.

"Iya tidur di kamar Dipta aja,  Dipta tidur di kamar mbk tadi"

"Oke dah" Aruma mulai beranjak, aku meminum tehku hingga tandas rasa lapar dan pusingku berkurang, jujur aku memang sangat lelah perjalanan dari Lombok ke Jogja memang tidak memerlukan waktu yang lama jika menggunakan pesawat namun benar-benar menguras tenaga, aku tersenyum pada mbk Nadir berucap terimakasih dan mulai beranjak mengikuti Aruma namun belum jauh aku melangkah mbk Nadir berkata

"Selamat datang di Jogja Lana" katanya, ku lirik sekilas dirinya tersenyum sinis dan pait disana aku tahu jenis senyuman apa itu, ku jawab dengan anggukan. Hal yang ku tahu dari mbk Nadir selama hampir dua tahun dihitung dari awal dia berpacaran dengan bang Ocit adalah jangan tertipu dengan wajah manis dan keibuannya wanita berusia 29 tahun itu adalah definisi iblis  sesungguhnya, dia mbk Nadirku, perisaiku, temengku, dan ibu ke duaku.

TBC.....

Peering at Stupid LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang