☽ ☆ | d u a

813 160 4
                                    

┌─── ・ 。゚☆: *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

┌─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───┐
h i l a n g 
└─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───┘

Semakin dewasa Candra makin tak mengerti apa itu rumah sebenarnya, jika saat masih kecil Candra menganggap rumah itu tempat yang hangat dan nyaman yang di dalamnya ada Candra,mama, dan  papa, namun  sekarang Candra berfikir bahwa rumah itu medan perang yang di dalamnya hanya ada umpatan, cacian makian, dan teriakan. 

Candra mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar. Hingga netranya berhenti pada sebuah potret keluarga, sejenak ia memejamkan mata lalu menarik nafas dan menghembuskan nya pelan. Candra menutup telinganya berusaha menulikan pendengarannya dari teriakan-teriakan yang terdengar semakin jelas.

Setelah teriakan-teriakan itu mereda candra mengambil jaketnya lalu melangkahkan tungkai nya keluar kamar.

Saat melewati ruang keluarga sebuah berkas menarik perhatiannya, Candra tersenyum miris saat membaca isi berkas itu.

Berkas perceraian kedua orang tuanya.

Ia kembali menyimpan berkas itu ketempat semula, lalu melenggang pergi meninggalkan  rumahnya.

Tujuannya saat ini hanya Nabastala, untuk saat ini Candra benar-benar butuh seseorang untuk bercerita. Biarlah hari ini ia menangis.

Manusia tidak selalu harus terlihat kuat kan? 

—Terimakasih sudah pernah singgah!

©Dwmzkyf, 2020

hilang | BangchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang