Di dunia ini dan dalam hidup ini ngga ada yang bisa di prediksi.
"Will you marry me?"
Seperti ungkapan manis dari lamaran super canggung yang Arga Taeyong siapkan di sela-sela kesibukan keduanya. Siapa yang menyangka jika delapan tahun yang lalu cowok ini adalah kakak kelas Jisoo saat SMA. Dan siapa yang akan menyangka pula jika Jisoo menjalin hubungan sampe berakhir dilamar.
Seperti misteri, hidup berjalan tanpa bisa di prediksi.
"Selama 6 tahun menjalin hubungan dengan kamu, aku tahu banyak hal sulit yang udah kita lewati. Ada banyak pelajaran yang membuat kita semakin dewasa dalam menyikapi masalah. Setiap hari, setiap detik waktu yang aku habiskan dengan kamu sangat berarti. Maka aku disini dengan keberanian dan kesungguhan, memohan agar kamu mau menerimaku, menjadi pelengkap dari kekuranganku, dan pendamping hidup ku. Aku ngga bisa ngebayangin akan sesuram apa masa depanku kelak jika ngga ada kamu di dalamnya. Jadi, Kaira Jisoo Ayunda, maukah kamu hidup dan menua bersamaku?"
Bangsat memang!
Gimana coba ekspresi orang-orang pada umumnya saat dihadapkan dengan situasi seperti ini? tertawa girang? pingsan? atau menangis kejang? sampai ada yang kena ayan. Heheh, ngga ding bercanda.
Jika harus menitikkan air mata dan mewek sesenggukan adalah reaksi paling lumrah, maka Jisoo terlihat anti mainstream untuk hal ini. Sorry to say, tapi lidah Jisoo terlalu mager untuk berkata manis meski di depan wajah calon masa depannya sekalipun.
"Kita kerumah sakit jiwa, yuk!"
"Buat apa?"
"Cek aja, bisa jadi level stres lo merambat jadi gila."
Ketika kalimat super pedas terlontar, Taeyong malah terkekeh seraya meremas telapak tangan Jisoo yang dingin dan hampir beku jadi es batu.
Oke, Jisoo akui situasi ini begitu mencekam, apalagi tatapan teduhnya menaungi Jisoo dalam keseriusan. Bahkan saat cincin tersemat di jari manis dan Taeyong berulang kali mengecup punggung tangannya, Jisoo lagi-lagi memilih bungkam.
"Ya, kamu benar. Aku bisa gila kalau kita ngga nikah. Aku bisa masuk rumah sakit jiwa kalau ngga bisa halalin kamu."
"Dih," Jisoo mendengus menahan lonjakan dalam dada yang diam-diam menyukai cara Taeyong yang nekat menyematkan cincin tanpa menunggu jawaban darinya. "Sejak kapan lo jadi seromantis ini, huh? Ngeri tau!"
Taeyong mencubit hidung Jisoo pelan. Dengan tangan mereka yang masih saling terpaut. Taeyong menuntun Jisoo untuk menatapnya.
Tolol emang, gimana Jisoo ngga jatuh dalam pesona Taeyong kalau mata itu selalu menaruh Jisoo dalam posisi ngga berdaya.
Apalagi bibir tipisnya yang bergerak mengucap kalimat. Entahlah, Jisoo terlalu fokus dalam dunia kecil berisi serangan pesona sampai ngga bisa menangkap maksud perkataan Taeyong.
Pemandangan itu melebur seiring mendekatnya wajah Taeyong dan bibir keduanya menempel, ingat hanya menempel. Dan saat Jisoo sadar, dengan cepat Jisoo mendorong tubuh Taeyong.
"Sorry, aku ngga sengaja" ujar Taeyong yang merasa bersalah saat melihat wajah Jisoo memerah dan segera menjauhkan badannya.
Jisoo diam jadi salah tingkah sendiri. Merasa bodoh, kenapa harus mendorong Taeyong.
"Sorry," Taeyong kembali bersuara karena benar-benar merasa tidak enak dengan kekasihnya.
"Ngga apa-apa, gue tadi cuma kaget aja" Jisoo tersenyum canggung.
Kalian pasti ngga percaya, jika manusia yang orang bilang kaku ini adalah cowok paling tau dimana titik kelemah Jisoo. Melebihi siapapun, dia adalah orang paling mengerti sisi yang ngga pernah dunia tahu dari seorang Kaira Jisoo Ayunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin [Bobsoo]
RomanceIni bukan tentang Sugar Daddy, tapi tentang Raga Bobby yang mencari sebenar-benarnya pemilik hati. Dan tentang Kaira Jisoo yang patah hati.