I'm Here

57 4 0
                                    

Hujan mengguyur kota Bandung sore ini. Seorang gadis dengan seragam putih abu duduk dihalte dengan tangan memeluk tubuhnya sendiri. Entah sudah berapa kali Ia melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya, perasaannya semakin resah kala seseorang yang ditunggunya belum juga menampakan diri.

"Kenapa belum pulang?" Sania menoleh dan mendapati cowok jangkung yang kini tengah membuka jaket yang dikenakan lalu disodorkan padanya.

"Pake!" Titahnya.

Sania tersenyum seraya menerima jaketnya. "Makasih, Sam."

Samudra menganggukkan kepalanya pelan, lalu Ia duduk disamping Sania. "Nungguin Dimas?"

"Iya, tapi gak dateng-dateng."

"Coba telpon,"

"Hp aku mati,"

Samudra menyentil kening Sania membuat gadis itu mengaduh sakit. "Nih, pake hp gue."

Samudra menatap gerak-gerik Sania, dari mulai gadis itu menempelkan ponselnya ditelinga dengan senyum merekah hingga wajah murung yang kini ditampilkannya. Kenapa?

"San! Elo, gak papa?"

Sania tersenyum kecil seraya menyodorkan hpnya. "Aku gak papa. Makasih ya,"

Samudra mendesah kecewa kala Sania tak mau bicara, Ia tahu gadis itu tengah ada masalah.

"Hmm. Tapi cowok lo jadi jemput, kan?"

"Dia gak bisa jemput. Katanya lagi ada urusan." Suara Sania terdengar lebih kecil.

Samudra menghela napas pelan, Ia tahu gadis itu sedang kecewa.

"Yaudah, pulang bareng gua aja."

"Emang gak papa?"

Samudra tertawa keras membuat Sania bersingkut menjauh. Tahu Sania ketakutan, Samudra menghentikan tawanya lalu berdehem pelan.

"Sorry. Tapi... sumpah ya, kita temenan udah dari orok. Dan elo masih aja sungkan sama gue. San, denger ya, kalo elo butuh apa-apa, ada gue. Meskipun sekarang elo udah punya pacar dan mulai jaga jarak sama gue, tapi gue tetep sahabat elo, kan?"

"Maaf..."

Samudra mengangkat tangannya lalu megelus puncak kepala Sania lembut. "Gua sayang sama elo."

Sania menatap Samudra dengan mata berkaca-kaca. Tak bisa menahan diri lagi, Sania memeluk tubuh tegap itu erat membuat Samudra terkejut. Tak lama kemudian, tangan itu membalas pelukan Sania, membawa tubuh gadis itu kedalam dekapannya.

Tangis Sania pecah. Tangisan yang mengingatkan Samudra pada kejadian 5 tahun lalu. Dan Samudra berusaha menahan air matanya agar tidak keluar. Ya, jangan sekarang. Jangan sampai Sania tahu kalau Ia juga menangis.

"Udah mendingan?" Tanya Samudra setelah tak terdengar lagi isakan yang keluar dari mulut Sania.

Mengurai pelukannya, Sania menatap Samudra dengan senyum tulusnya. "Makasih, ya."

"Yaudah, sekarang kita pulang. Hujannya udah mulai reda." Ucap Samudra seraya menarik Sania bangkit dari duduknya.

☆ ☆ ☆

"Hiks! Mama, Papa, jangan pergi. Jangan tinggalin Sania sendiri."

Beberapa orang berusaha menahan Sania yang berontak seakan-akan ingin masuk kedalam liang lahat. Samudra yang sudah tak tahan melihat pemandangan itu berjalan tergesa menghampiri Sania lalu dibawanya pergi.

"Sam, lepas! Aku gak mau." Sania berusaha melepaskan cengkraman tangan Samudra.

"SAMUDRA! AKU BILANG LEPAS YA LEPAS!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang