Jeon Wonwoo menatap pantulan dirinya di kaca sebelah kanannya. Ia kemudian bertopang dagu karena merasa bosan. Sudah hampir satu jam ia terjebak didalam cafe ini. Bukan tanpa alasan. Di luar tengah hujan deras, dan Wonwoo cukup waras untuk tidak berlari menerobos derasnya hujan.
Jika ditanya apa yang bisa membuatmu senang? Maka Wonwoo akan menjawab 'memperhatikan hujan'. Alasannya cukup sederhana. Karena hanya dengan memperhatikan hujan ia bisa merasakan kehadiran sang pujaan hati di dekatnya.
Terhitung sudah hampir enam bulan Wonwoo hidup sendiri. Bukan berarti ia sebatang kara. Keluarganya bahkan masih lengkap. Hanya saja teman satu apartemennya sudah meninggalkannya. Bukan karena sebuah masalah, tetapi karena tuntutan pekerjaan.
"Won, kalau lo mau, lo bisa pulang bareng gue," suara itu membuat Wonwoo mengalihkan perhatiannya.
Dilihatnya sang sahabat sudah berdiri di depannya yang sudah mengganti seragam kerjanya menjadi kaos lengan panjang.
Lee Jihoon namanya. Ia adalah sahabat kecil Wonwoo. Saat ini ia bekerja di cafe yang sekarang Wonwoo singgahi.
"Gak perlu, Ji. Gue takut ganggu waktu kalian berdua," tolak Wonwoo dengan halus.
Sebenarnya bukan itu alasan Wonwoo menolak ajakan Jihoon, hanya saja Wonwoo tidak mau menjadi obat nyamuk diantara pasangan itu.
"Beneran? Diluar hujannya gede banget loh, gak ada yang tau juga kapan berhentinya. Emang lo mau kejebak disini sampe besok?" tanya Jihoon memastikan, ia tidak mau sahabatnya tidak bisa pulang hanya karena hujan.
"Beneran, Ji. Lagian kalo mau gue bisa pesen taksi kali. Lo gak perlu khawatir," jawab Wonwoo.
"Yaudah sih, terserah lo. Gue pulang duluan ya! Soonyoung udah nungguin. Dah!"
Dan dengan itu Jihoon pergi dari hadapan Wonwoo. Bisa Wonwoo lihat dengan jelas bagaimana Soonyoung menunggu Jihoon di pintu cafe, lalu memasangkan jaket tebal yang tadi dipakainya. Ah, mereka terlihat manis. Apalagi ketika Soonyoung memayungi Jihoon sambil mencuri kesempatan untuk merangkul laki-laki manis itu, atau ketika Soonyoung membukakan pintu mobil untuk Jihoon bak seorang pangeran.
Haaah, andai saja Wonwoo bisa merasakan hal itu.
Meskipun sebenarnya dia pernah sih mengalami hal serupa, bersama sang kekasih tentunya.
^^
Sekarang sudah mulai memasuki musim penghujan. Para pedagang berbondong-bondong menjual barang-barang seperti payung dan jas hujan.
Tapi sepertinya Wonwoo tidak butuh keduanya. Karena tubuhnya tidak akan terkena air selagi berada dalam lindungan atap mobil.
Wonwoo melirik sang kekasih di sampingnya yang tengah menyetir. Matanya terlihat fokus ke arah jalanan didepannya. Ah, kenapa saat ini kekasihnya begitu tampan. Hidung mancung dan rahang tegasnya bahkan terlihat menawan.
"Ada apa, sayang? Kenapa merhatiin aku terus? Aku tahu aku tampan," ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut sang kekasih tanpa mengalihkan fokusnya dari jalanan.
Wonwoo membelalakkan matanya, kemudian menunduk dengan wajah memerah. Sial, dia ketahuan!
Yang selanjutnya Wonwoo dengar adalah suara kekehan renyah dari laki-laki itu.
15 menit kemudian mobil yang ditumpanginya berhenti disebuah cafe. Kemudian kerutan bingung tercetak jelas di wajah Wonwoo. Sang kekasih yang mengerti segera mengelus surai laki-laki itu.
"Kita makan siang dulu. Di kampus pasti kamu belum makan siang kan?" tanya laki-laki itu dengan lembut.
Wonwoo suka dengan sikap sang kekasih yang satu ini. Begitu lembut dan perhatian hingga selalu membuatnya candu.