Hamparan salju menutupi sebagian kota. Malam ini adalah malam tahun baru. Tokyo diguyur hujan salju yang cukup lebat. Orang-orang semakin sedikit yang beraktivitas.
Disebuah gedung tinggi terlihat seorang laki-laki dengan balutan pakaian formal. Jeon Wonwoo. Laki-laki berusia dua puluh tiga tahun ini tengah berada di Tokyo, Jepang. Ia dituntut oleh pekerjaannya agar berada di negeri sakura ini. Ayahnya yang sudah tidak muda dan sering sakit-sakitan membuatnya mau tidak mau harus mengambil alih perusahaan. Berat memang. Diusianya yang masih muda ia sudah diharuskan mengelola sebuah perusahaan. Jika ia boleh jujur ia masih ingin menikmati masa mudanya dengan teman-temannya juga kekasihnya.
Bicara tentang kekasih, ia jadi teringat pada kekasihnya yang ada di Seoul. Sudah hampir empat bulan ia meninggalkan kekasihnya. Ia sangat merindukan sosok itu, ia ingin bertemu sosok itu lalu memeluknya, tapi jarak dan waktu menghalangi mereka. Ia berharap pekerjaannya cepat selesai dan ia bisa segera pulang dan bertemu dengan kekasihnya, Kim Mingyu.
"Kapan semua ini berakhir?" keluh Wonwoo sambil berjalan meninggalkan aula gedung menuju balkon.
Kerlap kerlip lampu kota terlihat begitu indah dimata Wonwoo, apalagi salju putih yang turun membuat semuanya semakin indah. Ia menyukai pemandangan itu. Tapi ia lebih suka saat melihat senyuman Mingyu yang selalu bisa membuat hatinya menghangat.
Ponsel disaku jasnya bergetar. Dengan segera ia mengambil benda persegi itu. Senyumannya terkembang saat melihat panggilan masuk dari sang kekasih. Menggeser ikon berwarna hijau lalu sambungan terhubung.
"Halo,," sapa suara diujung sana.
Wonwoo ingin menangis setiap kali mendengar suara itu, suara berat yang selalu dirindukkannya.
"Halo," jawabnya.
"Bagaimana kabarmu? Kamu makan dengan teratur setiap harinya, kan?" pertanyaan pertama yang Mingyu lontarkan selalu sama setiap kali mereka bertelepon.
"Aku baik-baik saja. Aku juga selalu makan teratur setiap harinya. Lalu bagaimana denganmu?" kini giliran Wonwoo yang bertanya.
Ada jeda sejenak sebelum Mingyu menjawab. "Aku baik-baik saja kalau kamu juga baik."
Wonwoo tersenyum mendengarnya. Mingyu selalu bisa membuat hatinya menghangat hanya dengan ucapannya.
Lalu keheningan melanda mereka. Ada banyak hal yang ingin mereka berdua katakan, tetapi tidak ada satupun diantara mereka yang ingin memulai duluan.
Karena bosan terus diam akhirnya Wonwoo memilih untuk memulai duluan. Sebelumnya ia menghela nafasnya cukup panjang.
"Apa kita akan terus diam?" tanyanya membuka suara.
Wonwoo bisa mendengar kalau Mingyu terkekeh diujung sana
"Aku kira kamu suka kalau kita saling diam. Maksudku seperti menikmati dalam diam," ucap Mingyu diakhiri dengan tawa kecil.
Wonwoo mendengus. "Aku mungkin akan menikmatinya kalau kamu ada disampingku. Kalau aku hanya sendirian mana bisa aku menikmatinya," nada yang Wonwoo keluarkan terdengar sedikit ketus.
"Oke aku minta maaf!" ujar Mingyu saat mendengar suara ketus Wonwoo.
"Hm.." Wonwoo hanya berdehem kecil sebelum melanjutkan. "Ngomong-ngomong, bukankah biaya telepon sangat mahal? Kamu tidak takut tagihannya besar?"
Sebenarnya Wonwoo khawatir, mengingat mereka bertelepon bukan sebatas dari satu kota ke kota lain, melainkan dari satu Negara ke Negara lain, jadi biaya yang dibutuhkan pasti sangat mahal. Ia tidak mau Mingyu membuang-buang uangnya hanya untuk hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Book Of Meanie
Fiksi PenggemarKoleksi oneshoot Meanie Yang berminat silahkan baca~