That Rain (Yewook)

606 64 14
                                    

Hujan mulai turun di atas kepala bermahkotakan sewarna cappucino itu. Dalam sekejap, air menutupi jalan di bawah kakinya.  Setiap tetes air sangat besar dan pakaian Ryeowook sudah basah kuyup dan menempel di kulitnya.

Rambutnya benar-benar basah kuyup tetapi ia tidak peduli, kesedihan yang gadis bermarga Kim itu rasakan membuatnya melupakan segala di sekitarnya.

Melihat langit kelabu, Ryeowook membiarkan hujan turun di wajahnya.  Dia benar-benar ingin menangis tetapi tidak ada yang keluar.  Air matanya sudah benar-benar kering, tidak ada lagi air mata yang mengalir.

Percakapan terakhirnya dengan sang pria tampan dengan matanya yang sipit itu bergaung di dalam dirinya seperti gema.

Pertanyaan yang sama selalu muncul di benak Ryeowook, kapan dunianya akan berakhir?

Satu hal yang pasti baginya, Kim Ryeowook tahu hanya dirinya yang menderita. Dan ia jelas tahu bahwa ini semua adalah pilihan dari Kim Yesung.  Dia memilih keluarganya daripada dirinya—yang tak berdaya ini.

Menutup mata, hujan masih saja turun.  Tetesan air besar jatuh dengan cepat di genangan air, Ryeowook bisa mendengar percikan di mana-mana di dekatnya.  Setiap inci tubuhnya basah kuyup oleh hujan tetapi ia merasa sedikit lebih baik.  Setidaknya, tidak hanya dia yang menangis malam itu. Setidaknya masih ada awan yang menangis bersamanya malam itu.

Tapi tiba-tiba, pikirannya terpotong oleh cipratan cepat dan keras yang datang ke arahnya. Gadis yang sedang sedih itu membuka kelopak matanya dengan sangat lambat dan pemandangan di depannya membuat hatinya tenggelam sekali lagi.

Air mata muncul saat Ryeowook melihat wajahnya. Rasa malu menyerang tubuhnya karena ia menangis, bukan karena malu menangis ditengah malam dan hujan lebat, tetapi karena ia menangis di depannya. Di depan Kim Yesung.

Menyembunyikan wajahnya pada satu telapak tangan, pundak yang mulai gemetaran—saat dirinya mulai menangis tersedu-sedu.
Sedangkan tangannya yang lain meremas sebuah kotak kecil dengan erat sampai buku-buku jarinya menjadi putih.

Ia tahu bahwa hujan masih begitu deras, tapi ia merasakan ada pelukan yang kuat dan hangat di sekitarnya.

"Apa yang kau lakukan hujan-hujan begini?"

Ryeowook tidak ingin menjawabnya.  Ia tidak bisa. Namun meskipun begitu ia tetap membiarkan dirinya dalam pelukannya seolah-olah itu adalah kali terakhir Ryeowook akan melihatnya.

Bahkan, mungkin itu yang terakhir.

"Aku mencintaimu. Jangan lupa bahwa... aku akan selalu mencintaimu, bahkan jika tubuhku bersama orang lain, hatiku akan selalu bersamamu."

Senyum masam muncul di wajah manis Ryeowook. Mata caramel cerah yang biasanya terlihat bersinar itu kini meredup.
Sedikit mendongakkan kepalanya, kedua retina itu kini bertemu. Obsidian hitam memandangnya penuh penyesalan. Dan detik itu juga Ryeowook merasa menderita.

Kim Ryeowook meremas kotak kecil yang ada di tangan dan sambil menghindari tatapannya, ia mendorong hadiah itu ke dadanya.

Sejujurnya Ia tidak ingin mengembalikan kotak itu, Ia ingin menyimpan ini selamanya tetapi ia sadar bahwa ia harus menyingkirkan satu-satunya hubungan antara dirinya dan Yesung.

Yesung mengambil kotak kecil itu tetapi lengannya masih di sekeliling pinggang sang gadis—seolah tak rela untuk melepasnya.
Dan bagi Ryeowook, kehangatan tubuh Yesung semakin membuatnya tak berdaya.

Yesung pun sudah basah kuyup oleh hujan, pria dengan obsidian gelap malamnya tersebut mengusap rambut hitam legam miliknya untuk menyingkirkan rambutnya yang sudah lepek di depan matanya.  Kemejanya benar-benar basah hingga ke celananya juga.

It's all about Kim Ryeowook Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang