Lunette

1.1K 147 39
                                    

Langit gelap gulita. Tak ada cahaya. Bahkan bulan pun enggan untuk melirik barang sejenak. Sibuk bercumbu dengan buntalan awan tebal yang berarak. Udara dingin menyengat permukaan kulit. Begitu menyakitkan hingga lapisannya berubah kemerahan. Cuaca menjadi ekstrim semenjak jatuhnya dunia di tangan mayat hidup satu tahun silam. Seolah bumi berpindah tangan dan memihak kaum pemakan daging manusia. Satu-satunya cara bertahan hidup yang paling dasar adalah mencari tempat berlindung.

Levi bernapas cepat. Tak berhenti memacu motor besar dengan desain khusus yang gagah dan tahan banting. Deru menggelegar memecah kesunyian. Mata setajam elang menatap ke depan. Menyambar kepala mayat hidup dengan belati yang berada di siku. Tidak ada yang sanggup menghalangi jalannya.

Laju semakin cepat. Waktu tak pernah berhenti. Ia harus segera kembali untuk membawa satu pasukan beserta satu sosok ke tempat aman yang baru saja ditemukan. Sampai akhirnya, ia melihat segerombolan mayat hidup sedang berpesta beberapa meter di depan.

Denyut tidak menyenangkan membuat nyeri di dada. Levi menginjak rem. Motor besar berhenti sekitar sepuluh meter dari lokasi kejadian. Mata hitam kebiruan berpendar menyakitkan. Napas dicuri. Terasa begitu sesak saat melihat mobil van hitam itu rebah di atas aspal. Dua pintu di bagian belakang terbuka lebar. Pun, hal yang sama terjadi pada pintu bagian depan.

Sepasang mata bergerak gelisah. Mencari ke sekeliling. Berharap ada yang tersisa. Namun, kenyataan berkata lain.

Satu pasukan khusus berjumlah sepuluh orang tewas di tempat.
Levi bisa melihat tangan Petra yang sedang dikunyah oleh mayat hidup bertubuh gempal. Kaki Oluo yang robek dan sedang diisap darahnya. Tengkorak kepala Gunther yang terbuka lebar tanpa otak. Perut Erd yang terbuka dengan usus terburai.

Anyir tercium di udara dingin. Busuk. Busuk sekali.

Bumi tak lagi dipijak. Levi tiba-tiba melaju dengan cepat dan membawa motor besarnya terbang melewati papan besi yang tergeletak di jalanan. Derum mesin terdengar bising. Mayat-mayat hidup menjijikkan menoleh ingin tahu. Siluet pria bertubuh pendek dan kekar terlihat di udara. Selanjutnya yang terjadi adalah darah hitam yang terciprat ke segala arah.

Motor menabrak mobil van dengan keras. Levi memijak aspal sembari berputar. Memenggal setiap kepala mayat hidup terdekat. Napas putus-putus. Segala emosi bergejolak di dalam dada ketika tidak menemukan satu sosok yang paling penting dalam misinya.

Gerombolan mayat hidup mengepung. Satu per satu ambruk dengan tubuh terpotong sadis. Levi mengumpat kala darah hitam itu sedikit mengenai sisi wajah. Belati tak berhenti mencabik. Memutus otot-otot mayat hidup yang sudah membusuk. Pria berpakaian hitam itu mendekati mobil van. Menemukan salah satu pasukannya masih sempat hidup.

“Di mana dia?!”

Prajurit bernama Hans bernapas berat. Tubuh bagian bawah sudah terputus dan terhubung dengan buraian usus yang masih utuh. Ia terbatuk. Mengucapkan satu kata sembari berusaha menunjuk satu titik dengan satu-satunya jari tangan yang masih tersisa.

“K-Ke—khhh—sana...”

Levi menoleh, menatap titik yang ditunjuk dan terasa sangat jauh. Belum sempat ia berterima kasih, pupil mata Hans mulai berubah putih. Napas putus-putus kini bercampur dengan geraman.

“Terima kasih, Hans. Kerja bagus,” bisiknya pelan lalu menancapkan ujung pedang tajam pada tengkorak kepala yang mulai melunak.

Satu-satunya prajurit khusus pemerintah yang selamat, sekaligus ketua pasukan, kembali sibuk dengan mayat hidup lainnya. Tubuh pendek tak berhenti bergerak. Melompat ke atas mobil van dan berputar dengan pedang tajam. Jumlah mayat hidup berkurang drastis. Tak ingin menyiakan waktu, Levi turun dari mobil dan berlari menuju motor besar yang terbaring pasrah di atas aspal.

LUNETTE [Rivaere] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang