Peran Seorang Kakak

1.6K 98 16
                                    

Apah?! Aku apdet kurang dari sebulan?! Mejik apakah ini?! //plak

Gak deng, aku cuma lagi dapet inspirasi aja~

Plus aku juga greget karena akhir-akhir ini banyak yang jadiin Taufan adik dan Gempa kakak sulung. Aku sebagai pendukung urutan Hali-Tau-Gem jadi gemes dong karena gabisa enjoy bacanya :((

Dimata ini Gempa itu sangat adikable sekali, paling dewasa tapi paling susah buat jaga diri sendiri makanya disitu peran Hali sama Taufan sebagai kakak bakal keliatan banget.

Dan lucu aja liat dia manggil kakak, terus Hali cuma soft ke adiknya yang satu ini doang, hehehehehe

Inget, ga salah ko kalo kalian senengnya gitu, cuma ini preferensi aku aja ya, no hate lah. Aku juga ga akan ngehujat kalian cuma karna ini astoge x'))

Akhirnya aku bisa pake gambar ini huehue /apasi

Bro!HaliTauGem

Bbb punya Monsta~

Enjoy!

======================================

"Gem, menurutmu aku ini pantes gak sih dipanggil kakak?"

Gempa yang tengah duduk sambil membaca novel di karpet ruang keluarga menoleh ke arah kakaknya yang satu itu dengan tatapan bingung. Kenapa dia?

"Pantas saja kok, memangnya kenapa? Kak Taufan mikirin sesuatu?"

Taufan tidak menjawab, ia menghela napas lalu menyamankan posisinya yang berbaring di sofa belakang adiknya. Pemuda dengan iris safir itu bergeming menatap langit-langit rumahnya, membayangkan sesuatu.

"Enggak ada apa-apa. Cuma... kepikiran kata teman tadi saja, hehe," jawabnya dengan tawa renyah.

Gempa memutuskan untuk menghentikan kegiatan membacanya, ia sangkutkan pembatas buku lalu menyimpan novelnya di atas meja kopi. Ia berbalik, kini menghadap Taufan yang masih setia berbaring.

"Teman kak Taufan bilang apa? Sampai terganggu begitu. Aku dengerin deh kakak cerita," tawar Gempa ramah. Ia sedikit mendongak karena posisi Taufan yang lebih tinggi darinya.

Taufan melirik adiknya sebelum kembali menatap langit-langit.

"Dia gak bilang banyak, tapi entahlah, agak ngena aja kayanya. Dia heran karena walaupun aku ini kakak tapi kelakuanku sama sekali gak menunjukkan sikap 'kakak'. Kak Hali juga sama. Malah menurutnya kamu yang harusnya jadi paling tua."

Taufan terdiam sesaat, "Dan setelah aku pikir, dia gak salah. Aku dan kak Hali memang gak sedewasa kamu. Segala kamu yang urus, butuh apa-apa pasti ngadunya ke kamu. Padahal harusnya kan' kami yang tanggung jawabnya paling besar, apalagi kak Hali sebagai anak sulung," cibir Taufan pada Halilintar.

Kalau seandainya yang bersangkutan ada, dia pasti sudah dijitak sedari tadi.

"Yah, intinya gitu sih. Aku ngerasa gak layak saja sebagai 'kakak'. Gak pantes gitu loh. Masa adiknya jauh lebih bisa diandalkan? Kakak macam apa itu?"

Gempa tertegun, tidak menyangka kalau Taufan akan kepikiran hal ini dengan serius.

Pemuda itu menunduk seraya berpikir. Bukan, bukan mencari jawaban. Ia sudah tau harus menjawab apa hanya saja... ia ingin mengatakannya dengan tepat.

"Aku... gak bisa seratus persen menyanggah itu. Jujur saja, aku terkadang lelah terus-terusan diandalkan. Aku kan' juga ingin melakukan hal yang aku suka. Sempat terpikir olehku untuk sedikit memberontak tapi akhirnya aku malah kembali ke tempat asal, haha. Aku capek, kak..."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 26, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Oneshots BBBWhere stories live. Discover now