Kedua Kalinya

8 4 0
                                    


Yeay, enjoy!

***

Tira memutar pelan kunci kost pada pintu didepannya. Ia beruntung, ketika lulus Sekolah Dasar ia mendapatkan beasiswa masuk SMP favorit di Jakarta. Bunda pun sangat bangga padanya, karena bisa melewati serangkaian test beasiswa yang cukup rumit.

Seluruh kebutuhan Tira ditanggung oleh pihak sekolah. Mulai dari seragam, buku, alat tulis, uang pembayaran selama bersekolah disana dan juga uang saku bulanan yang sangat cukup untuknya.

Setelah lulus SMP, Tira mendapatkan lagi rekomendasi untuk masuk SMA favorit. Untuk test masuk nya memang lebih sulit. Tapi beruntung Tira bisa lolos, hingga akhirnya bisa bersekolah dengan tenang.

Tira sudah mengganti seragam sekolah miliknya dengan seragam kerja. Ia bersemangat untuk bekerja part time hari ini. Sebenarnya ia sudah hampir 1 tahun bekerja di cafe tersebut.

Setelah memasukkan ponsel dan dompet ke dalam ransel kecil miliknya, Tira bergegas keluar kost dan tak lupa menguncinya kembali.

Tira hanya perlu berjalan kaki untuk sampai di cafe tujuannya. Ia segera masuk melewati pintu belakang cafe yang dikhususkan untuk pegawai disana.

Sesampainya di dalam, Tira menyimpan ransel miliknya ke dalam loker. Lalu bergegas untuk membantu para koki di dapur.

Bekerja di cafe ini bukan hal yang mudah, meski cafe ini milik tantenya Putri. Tira harus menunjukkan keahliannya dalam memasak, agar bisa menjadi asisten koki. Entah untuk membuat berbagai macam dessert atau roti.

Senang sekali rasanya bisa mandiri, disaat temannya yang lain sibuk bersenang-senang. Tira jadi lebih mensyukuri apapun yang ia miliki sekarang.

Baginya, Putri adalah sahabat yang paling mengerti dirinya. Saat SMP, Putri adalah anak yang pendiam. Tapi hanya dengan Tira ia mau berbagi cerita. Segala hal yang menyangkut kehidupan Putri, Tira tau semuanya. Tapi, ada hal yang tidak bisa Tira  ceritakan pada Putri, mengenai Orangtua nya.

Bukannya tidak mau, tapi Tira sendiri masih belum bisa menemukan titik terang dari masalah pelik ini. Kadang terbesit dalam pikirannya, apakah sampai dewasa nanti atau sampai ia menikah, memiliki anak, lalu menua. Apakah ia tidak akan pernah tau siapa orangtua nya?

Ia sering sekali bertanya pada dirinya sendiri, bagaimana rupa kedua orangtua nya? Apakah mereka baik-baik saja?
Apakah mereka tau kalau anaknya sudah beranjak dewasa?

Semua pertanyaan itu bergulir begitu saja dalam pikirannya. Tidak mungkin Tira berdiam diri berharap ditemukan oleh orangtua nya. Ia akan berusaha mencari keberadaan mereka.

Maka dari itu, ia berusaha keras menjadi anak yang cerdas, dan kuat. Ia ingin menjadi panutan bagi adik-adik nya di Panti. Agar mereka selalu berusaha dan bersyukur. Percaya bahwa takdir Tuhan akan selalu membawanya pada kebahagiaan.

"Tira, tolong antar ke meja 6" Bang Rocky memberikan sebuah nampan berisi Cinnamon Roll dan Macha Latte. Hari ini Cafe cukup ramai, jadi terkadang Tira juga membantu mengantarkan pesanan ke meja-meja.

Ia berjalan menuju meja di pojok kanan Cafe, seseorang disana sibuk memainkan ponselnya sampai tidak menyadari Tira yang sudah meletakkan pesanan tadi keatas meja.

"Woy!! Sibuk bener dah lo" Tira menepuk bahu seseorang didepannya

"Aduh! Kaget tau. Loh kok lo yang bawain sih?" Tira terkekeh melihat Putri yang mengusap pelan bahunya

"Dibelakang lagi sibuk, pelanggan juga rame. Ya jadi gua bantuin deh" Putri mengangguk paham. Sahabatnya ini selalu baik pada semua orang. Makanya ia lebih nyaman bersama Tira dibanding temannya yang lain.

TIRA MISS UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang