permulaan

19 2 0
                                    

Tahun 23XX

***

Sekarang di abad ke-23, teknologi memang dikembangkan tanpa batas, dan berbagai teknologi cerdas cukup membanjiri setiap sudut dunia. Perkembangan semacam ini telah membawa banyak kemajuan bagi kehidupan manusia, perusahaan industri cukup banyak ada dimana-mana, akan tetapi sangat sulit mendapatkan lapangan kerja.

Pengangguran bukan lagi hal yang langka, terutama bagi mereka yang berada di masyarakat kelas bawah.
Kebutuhan masuk pertama selalu harus pakai uang, jika tanpa uang, temukan pekerjaan yang stabil hanya bisa menjadi kemewahan.
Jika tidak ada kecelakaan, dia akan terus kehilangan pekerjaannya.

Dengan uang, Anda akan bangga dan marah, dan Anda tidak akan kalah kapan saja!

Judi adalah yang termudah untuk menghasilkan uang, tetapi sayangnya saya tidak pernah berpikir untuk berjudi, dan tentu saja berjudi juga hanya akan menambah banyak masalah apa pun.

Saham juga dapat menghasilkan uang. Sayangnya, anak laki-laki yang miskin tidak dapat memperolehnya sama sekali, perlu modal awal besar untuk menanam saham.

Memikirkannya, seorang anak laki laki itu sangat tidak berdaya untuk menemukan bahwa bahkan jika ia cerdas, pintar, cukup berprestasi di banyak bidang tidak mudah untuk menjadi orang kaya.

Anak laki-laki itu adalah Rian, seorang lulusan Sekolah menengah atas yang dulu di sekolahnya ia sangat berprestasi, hingga diberi Kesempatan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya di universitas. Namun karena ketidakmampuan keluarganya ia tidak menerimanya, jangankan untuk biaya tambahan kuliah, untuk kehidupan sehari hari mereka saja kesulitan.

Rian telah melepaskan niatnya melanjutkan sekolah ke universitas untuk mencari pekerjaan yang serius. Tetapi Hidup terlalu kejam untuk orang miskin.

Entah itu UU dari banyak industri entah memang hanya UU pribadi mereka, jika anda ingin menjadi karyawan mereka maka anda perlu uang biaya masuk sebelum di terima kontrak kerja.
Telah berkali kali ia melamar pekerjaaan tetapi selalu di tolak, masalah utamanya tetap sama setelah wawancara, agar mempermudah prosedur harus memakai uang masuk dulu, karena ia tidak bisa membayar hasilnya selalu di tolak kerja.

Saat ini,Rian duduk di sebuah kedai kopi sederhana, memegang sebatang rokok menyala di sela-sela jari sebelah tangannya, memenjamkan mata terlihat wajahnya di penuhi dengan frustasi dan keengganan, setelah kegagalannya di terima kerja untuk kesekian kalinya.

"Haahh... Hidup itu sulit,, punya otak cerdas dan pintar juga serasa percuma jika tidak di dukung dengan keuangan yang memadai ..."

Membenamkan wajah di atas meja pelanggan, Rian hanya bisa menghela nafas pasrah

"Hooy Rian, kenapa lagi kau."

Di bangunkan suara yang memanggilnya, Rian mengangkat kepalanya. Dalam pandangannya terlihat seorang lelaki paruh baya, menghampiri lalu duduk di kursi di depannya, dia adalah bang Lukman, Bos pemilik kedai sederhana ini.

"Biasa bang,, gagal di terima lagi" jawab Rian lemah

"Sabar nak . Emang cari kerja susah, jaman sekarang emang koplak. Orang cari kerja karena butuh uang. Ini malah diminta duit dulu" ujar bang Lukman

"Emang, begitulah jaman edan ini. Kerja serabutan jadi buruh proyek, pas giliran terima bayaran. Di tunggak mandor sialan terima cuma separuh gaji, kerja jadi kuli pasar, sialan si preman kampret minta jatah. Cih tidak peduli seberapa keras bekerja, uang yang tersisa di saku cuma uang receh. Bayangkan bayangankan bang. kefrustasian ini, ."

ungkap Rian marah melampiaskan frustasinya.
Bang Lukman sudah ia anggap kakaknya atau orangtua sendiri,, hanya kepada bang Lukman sikap Rian terbuka.

Ketika dia masih sekolah menengah pertama, orang tuanya meninggal, keluarganya sekarang hanya terdiri dari saudara perempuannya saja.
Dan bang Lukman ini yang sudah di anggap keluarga mereka sendiri.

"Udah sabar sabar, jangan marah marah kayak gitu. Orang sabar di sayang pacar, tapi memangnya kamu punya pacar Rian,,haha" kata bang Lukman coba menghibur dengan candaannya.

"Cih bang Lukman ada ada aja" balas Rian dengan lemah

"Oh iya, Rian apa kamu tau tentang game yang populer saat ini.?"
Bang Lukman kembali membuka pembicaraan bertanya.

"Maksud bang Lukman, game virtual •Word of Fantasy• ?? "

"Ya, game itu.. Bakat mu dalam game cukup bagus Rian, saya perhatikan kamu sejak kecil suka bangetkan maen game.. Hampir semua game banyak genre kamu mainkan, Kadang kadang kamu sampe di marahin si prayoga karna terlalu sering maen game. Haha"
Bang Lukman mengingat Kejadian kecil Rian dulu.

Prayoga adalah teman bang Lukman dia ayahnya Rian, sebenarnya keluarga Rian dulu itu keluarga yang makmur, namun setelah kejadian yang tidak di ketahui.
Ayah Rian di temukan tewas terbunuh, ibu Rian yang mendengar kematian suaminya itu menjadi sakit sakitan, satu minggu setelah ayahnya meninggal dia pun menyusulnya.

Setelah kematian kedua orang tuanya Rian dan adiknya di asuh keluarga bang Lukman. Hingga Rian lulus sekolah menengah atas, ia mencoba hidup sendiri meninggalkan rumah bang Lukman memilih kost/menyewa rumah kecil sendiri meninggalkan adiknya, sesekali ia pergi ke kedai kopi bang Lukman.

"Tau sih bang, gini gini saya juga gak sampe kudet lah,, saya juga ingin sih maenin game yang kata orang sangat luar biasa itu. Tapi perangkatnya aja mahal kan bang,, yang paling murah saja sekitaran 20 juta rupiah.."

"Kalo saya belikan dulu perangkatnya, apa kamu mau berusaha buat ganti uang pembeliannya nanti.? "

"Serius bang.??"

"Serius lah,, saya prihatin sama kamu, kamu sudah saya anggap anak sendiri, tapi emang harga itu fantastis, saya ada simpanan sedikit buat nambah modal memperbesar kedai ini, tapi kalo mau pake bisa saya kasihkan dulu,"

"Ah gak enak bang,, gak usah aja, biarin saya gak beneran pengen kok,"
Rian menolak walau dalam hatinya sangat berharap sih maenin game itu.

"Gak, saya serius kok,, kalo kamu tau game itu, kamu juga tau kan game itu bisa menghasilkan uang menurut orang orang. Saya berharap kamu anggap game itu ladang cari uang."
Bang Lukman menegaskan pendapat nya.

Rian tidak langsung menjawab, memikirkan kembali apa yang di katakan bang Lukman.

Word of Fantasy• diproduksi oleh koalisi pengembang game. Pemerintah setiap negara bersama-sama merilis game virtual generasi baru yang sangat hidup.
Seseorang harus berusia 17 tahun atau lebih untuk masuk dalam permainan.

Melalui perangkat Helm Wofreality pengguna dapat merasakan syaraf-syaraf mereka terhubung menjadi satu dengan sistem, menciptakan suasana yang terasa nyata untuk para pemain agar menjadikan dunia kedua untuk mereka.

•Word of Fantasy•  di dukung dengan sistem Super AI WofReality, yang membuat para NPC tidak kalah cerdas dengan para pemain, serta di lengkapi dengan sistem safety memberikan pengguna peringatan di saat melebihi batas penggunaan. Yang lebih hebatnya lagi, •Word of Fantasy• memiliki fitur Kurs resmi.
Wof money Online atau di singkat WMO

Mata uang dalam •Word Of Fantasy• dapat di tukar dengan uang nyata ataupun sebaliknya..!!

1 gold WMO= 1 USdolar

•Word of Fantasy• telah resmi di sahkan perserikatan bangsa di dunia, dan telah resmi di publis tiga bulan lalu.

"Baiklah bang, saya mau menerima WofReality helm,"

Mata rian melintas dengan resolusi dan keyakinan. Meraih segelas kopi di atas meja, meneguk beberapa suap.

Dengan pengetahuan dan pengalaman dari berbagai game yang telah ia mainkan ia yakin keterampilan dalam bermain game tidak akan terlalu buruk. Selama keterampilannya dalam game tidak memudar, mencoba memulai segalanya dalam •Word of Fantasy• mempertaruhkan kehidupannya untuk memulai berjalan menciptakan legendanya sendiri mencari uang dalam game.

"Baik. Besok saya kirim perangkatnya."
Kata bang Lukman sambil tersenyum.

Tanpa sadar, bang Lukman telah mulai menganalisis masa depan Rian,
Paman ini ternyata cukup khawatir dengan keadaan Rian yang selalu apes di lamaran kerja.

**

Bersambung

Peerless Dark Emperor : Word Of FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang