Prolog

25 0 0
                                    

Saat aku berumur 5 tahun. Aku selalu menganggap aku beruntung. Orang tuaku mencintaiku. Kakak selalu menjagaku. Semua orang menyayangiku.

Sampai aku menyadari ada beberapa luka di tangan ibuku. Namun, dia bilang itu hanya luka biasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku mempercayainya. Namun, itu baru saja kebohongan kecil yang menutupi kebohongan lainnya.

Hingga aku melihatnya sendiri. Ayahku menampar ibuku. Membentaknya, menyakitinya lagi, dan ia menjambaknya. Air mataku mulai jatuh. Beginikah cara memperlakukan orang yang kita cinta? Orang tuaku langsung terdiam melihatku. Mereka hanya menyuruhku untuk pergi ke kamar. Namun, aku masih saja tetap mendengar tangisan ibu dan bentakan ayah juga membayangkan apa yang sedang terjadi disana.

Beberapa hari kemudian, mereka setuju untuk bercerai. Aku dan kakak akan tinggal bersama ibu. Aku hanya bisa menangisi tragedi ini. Entah bagaimana aku bisa hidup tanpa kedua orang tuaku.Dan aku merasa kakak mulai bertingkah aneh.

Suatu hari tanpa sebab jelas, kakakku mulai memukul, menendang perutku, dan menjambakku. Ibuku mengetahuinya. Tapi ia memilih untuk diam.

Ibuku tengah asyik berpacaran dengan selingkuhannya di belakangku. Suami dari istri orang lain. Itu sebabnya ayah marah. Tapi, ibuku bilang dia hanya teman. Teman tapi sering bercumbu. Teman tapi sering memberi uang. Teman tapi saling mencinta. Timbul rasa benci kepada selingkuhan ibuku. Ia semakin lama semakin mengurus kehidupanku dan aku benci itu.

Kakakku dibeli olehnya. Namun, aku tak akan pernah bisa dibeli. Alhasil, kakak dan ibuku sekarang membenciku. Aku dikucilkan oleh mereka. Aku dibuang oleh keluargaku sendiri.

Aku akhirnya mencari perhatian ke orang lain. Namun, akhirnya aku mulai dibenci tanpa sebab yang jelas. Dan akhirnya kembali aku dikucilkan oleh teman sebayaku. Semua teman perempuan memakiku dan semua teman laki-laki memandang jijik ke arahku. Dan lucunya lagi. Saat ku bilang ke ibuku soal ini, dia makin memaki-makiku dan bilang bahwa itu semua salahku. Aku tidak punya teman satupun. Meskipun aku punya, aku pasti melakukan kesalahan besar. Dan akhirnya mereka meninggalkanku.

Tali mengikat di leherku. Namun, semua gagal. Aku takut untuk pergi. Namun, aku tak tahu kapan aku bisa menemukan kebahagiaan.

Dan sampai aku menemukan seseorang yang ingin mengajakku berpacaran dengannya. Aku yang merasa tidak dicintai sama sekali akhirnya merasakan lagi dicintai. Dan kita pun berpacaran. Namun, apakah akan berakhir bahagia?

Two Faced LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang