Awal mula aku bertemu dengannya, yaitu saat aku masih SD. Dia merupakan sahabat dari temanku yang berbeda kelas. Aku mengenalnya. Namun, ia masih belum mengenalku. Hingga kita bertemu saat SMP. Kita bertemu di kelas yang sama. Namanya Fauzan. Ia merupakan anak yang pintar. Namun, lebih sering diam dan menyendiri. Dia bukan orang yang inginku jadikan teman.
Saat teman sekelas mulai mengucilkanku. Dia hanya diam dan tidak menghiraukan keberadaanku sama seperti dulu. Sampai kita berbeda kelas. Ada temanku yang menyukainya dan memintaku untuk mendekatkan keduanya. Malah ia mengira aku menyukainya. Sehingga ia mulai menyukaiku.
Saat kita lulus SMP. Ia mulai mengajakku pacaran. Diawali kita nonton bersama, jalan bersama, hingga ia mulai main ke rumahku.
Awalnya semuanya terasa indah. Fauzan mencintaiku. Aku mencintainya. Namun, kita harus berpisah saat SMA. Ibuku melarang kita untuk satu sekolah. Namun, itu tidak menghentikan kita untuk saling bertemu.
Berbohong kepada orang tua pun sudah menjadi hal biasa bagi kita. Sampai rahasia yang paling gelap kita sembunyikan.
Tak terasa sudah 3 bulan berpacaran dengannya. Semua bagaikan mimpi. Hingga dia meminta ciuman pertamaku saat berada di rumahku.
"Aqsa, boleh gak aku cium kamu."
"Hei, kita masih SMA. Lagipula kalau kita sampai nikah. Aku pasti akan memberikannya ke kamu suatu hari nanti," kataku.
"Hahaha canda kok. Tapi kamu imut banget sih. Makanya aku ingin cium kamu. Kamu milik aku. Dan cuman milikku."
Namun, kata hanyalah kata. Tanpa sebab dia mulai menidurkanku. Mendekatkan bibirnya ke bibirku. Akhirnya kita berciuman. Lidahnya menelusuri mulutku. Tangannya meraba dadaku. Aku terkejut. Aku langsung mendorongnya.
"...." Fauzan terdiam.
"Maaf aku kira kamu mau dan aku gak tahan banget liat kamu. Kamu begitu... Menggoda," lanjutnya.
Aku terdiam. Aku langsung bangun dan mengunci pintu kamarku. Mengunci Fauzan diluar kamarku. Ciuman pertamaku. Diambilnya. Ciuman yang harusnya untuk suamiku di masa depan. Tapi, diambil oleh orang yang belum tentu menjadi suamiku.
Aku menangis. Tapi, sudah sejauh ini. Pikirku dalam hati. Aku mulai merasakan hasrat yang sangat besar yang ada di dalam diriku. Beginikah yang dirasakan oleh orang yang saling mencinta? Pikirku. Aku sering melihat kakakku berciuman dengan pacarnya. Berarti ini normal kan?
Akhirnya, aku memberanikan diri untuk membuka pintu kamar. Aku melihat Fauzan menangis. Ia melihatku dan meminta maaf atas apa yang dia perbuat. Aku memeluknya. Lalu, ia menaikkan daguku.
"Bolehkah..? Aku cinta kamu Aqsa," Fauzan mencium bibirku lagi. Rasanya lebih manis dibandingkan tadi. Aku mencintainya. Dan aku ingin menyentuhnya.
Fauzan menyentuh seluruh tubuhku. Aku merasa hasratku semakin tinggi. Aku pun berkata.
"Zan, biar ini jadi rahasia kecil kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Faced Lovers
Non-Fiction(18+ warning) Cerita nyata tentang sepasang kekasih yang memiliki rahasia dibalik "sempurna"nya kisah cinta mereka.