07.53 PM
"Kau yakin untuk siaran?" tanya rekan kerjaku—Saeron sambil mengusap rambutku yang sepertinya berantakkan karena terlalu lama di luar dalam lamunan selama perjalanan. "Bora akan datang kalau kau mau istirahat. Sepertinya kondisimu—"
"Aku akan siaran," potongku mendongak setelah membaca script yang baru saja dia berikan.
"Baiklah." Saeron ke luar, bersiap memantau meski wajahnya penuh akan keraguan.
"Segera hadir pukul delapan malam, "Volume Up Radio"."
Aku merapikan meja dan membuang napas begitu siaran akan segera dimulai, kegiatan yang awalnya terasa biasa kini malah tampak menjengkelkan. Sendiri di ruangan bukan sesuatu yang aku harapkan. Tapi mungkin lebih baik begitu, aku tak tahu harus menaruh muka di mana kalau malam ini ada guest star.
Alunan musik khas acara menjadi pembuka, aku membaca lagi tema siaran kali ini dan menghela napas untuk mengeluarkan sesak di dada.
Kebetulan yang lucu.
Aku melihat kaca di depan, Saeron di sana tengah mengacungkan tangannya dan menghitung mundur. Senyuman kecut terpasang paksa, aku mulai bekerja dengan setengah hati.
"Selamat malam para pendengar Volume Up. DJ yang menemani kalian malam ini bernama Lee Suhyun. Bagaimana kabarnya? Aku harap baik meski hujan tengah mengguyur kota hingga selimut dan cokelat panas menjadi sesuatu yang kau perlukan saat ini."
"Hmm ... sebelum membahas lebih lanjut tema kita malam ini yaitu 'Patah Hati' ...," ucapanku terhenti, membuat Saeron melemparkan sorot permintaan kerja sama untuk kelangsungan siaran. Aku menunduk dan melanjutkan, "... kalian bisa mengirimkan cerita dan pesan untuk seseorang yang sudah menyakiti atau disakiti oleh kalian. Pesan singkat 50 Won dan yang panjang 100 Won kirim ke #8020."
"Sambil menunggu kiriman, aku akan memutarkan sebuah lagu sebagai pembuka luka dan siaran malam ini. Aku mendapat informasi bahwa lagu tersebut dibuat menurut pengalaman pribadi si penyanyi, semuanya tanpa ada fiksi. Kebetulan aku sudah mendengarnya, jujur, awalnya aku tak memahami makna yang disampaikan ...,"
"... tapi sekarang aku mengerti."
"Itu terjadi ketika aku mengingat seseorang, ada emosi yang menarik sampai aku paham apa arti di balik lagu yang dinyanyikan. Saat itu sebenarnya aku jadi ingin menangis karena langit seolah jatuh begitu aku mengingat hal-hal yang sebenarnya lebih pantas disimpan di kotak kenangan."
"Kendati demikian, siapapun yang mendengarkan siaranku saat ini, semoga kalian yang pernah ada di posisi seperti tadi bisa segera bangkit. Semoga cepat sembuh patah hatimu, semoga lekas membaik remuknya perasaanmu, dan semoga waktu membantumu segera berlari setelah jatuh untuk menemukan seorang pengganti yang lebih baik."
"Kita sama-sama berjuang, ya. Untuk hati kita masing-masing."
"Kau keren, kau hebat."
"Kau pantas dibahagiakan."
"Ini dia ... Akdong Musician, How Can I Love The Heartbreak, You're ... The One I Love."
Aku menjauhkan kursi setelah lagu diputar, menutupi wajah dengan tangan karena menangis menjadi hal yang tak tertahankan begitu Saeron masuk dan memelukku penuh simpati. Menikmati dan mencintai patah hati memang tak gampang, Saeron tahu dan segera menyuruhku berhenti sementara Bora siap mengganti.
Mark, bagaimana denganmu?
Baik-baik sajakah setelah semua yang terjadi malam ini?
Jujur, aku tidak.
Because ... I'll always love you, like it's the beginning.
Tamat.
YOU ARE READING
Blueming Day
FanfictionBagaimana denganmu? Baik-baik sajakah setelah semua yang terjadi di malam ini? Jujur, aku tidak.