"Mulai sekarang, kita putus. Jangan ada hubungan antara lo dan gue.."
Air mata mulai menetes dari ujung mata kiri Tia. Ia memegangi dadanya begitu mendengar beberapa kalimat yang cukup membuat hatinya terasa sakit.
Gadis itu, hanya menunduk. Bahkan bertatapan dengan seorang lelaki yang tampaknya seumuran dengannya pun tidak berani.
"Tapi kenapa Kak Gibran? Bukannya Kakak suka sama Tia? Cinta sama Tia?" tanya Tia sambil mengusap wajahnya sendiri.
Gibran mendesah pelan. Lelaki yang usianya selisih setahun dengan gadis berkepang dua itu melipat tangannya di dadanya. Wajahnya sangat sempurna. Wajahnya tampak tidak berminyak, bahkan jerawat pun tak terlihat. Hidungnya mancung, dagunya yang lancip namun tidak terlalu lancip, matanya yang tidak sipit, rambutnya yang sengaja tidak dibuat seperti rambut khas lelaki Korea, dan juga, yang membuat Gibran paling disukai oleh para gadis adalah, kekayaan Gibran sebagai anak dari pemimpin perusahaan FJ Group.
"Mungkin gue berpikir lo ngejar gue karena kegantengan gue.."
"Tapi mungkin juga gue salah, lo mungkin mau sama harta gue kan?" lanjutnya.
Tia merasa air matanya mulai mengalir deras.
"Lagian, gue sudah ada orang yang gue sayang kok. Gue minta putus karena gue nggak mau punya pacar yang lugu...."
Tia sudah tak tahan lagi. Sedari tadi, ia hanya mengepalkan tangannya dan hanya mengeluarkan air matanya. Ia sudah tidak kuat, ia pun akhirnya melayangkan tangannya sekuat tenaga ke pipi Gibran.
Hingga bekas kemerahan itu tampak. Gibran mengusap pipinya. Sungguh tidak disangka-sangka, gadis yang menurutnya lugu, lemah, dan mudah ditipu itu menamparnya.
"Kakak, ingat ya, Tia itu sayang banget sama Kak Gibran. Tia cinta dengan Kak Gibran. Tapi, Tia nggak mau harga diri Tia jatuh hanya karena Kak Gibran pikir Tia mencintai Kakak karena harta atau penampilan Kakak.."
Tia menangis. Ia pun beranjak meninggalkan Gibran yang mematung sambil kembali mengusap pipinya. Ia menatap punggung Tia dengan tatapan kosong. Tatapannya seperti tiada arti. Tia tidak peduli dengan orang-orang di taman yang memperhatikannya sedari tadi. Terserahlah mau bilang apa, Tia tidak peduli. Mulai sekarang, Tia sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan Gibran.
Mulai sekarang, Tia harus bisa move on dari Kak Gibran. Meski nyatanya susah banget..
Tia sampai di rumahnya. Terlihat kini mama sudah menunggunya dengan dua cangkir teh. Sudah jelas untuk siapa bukan?
"Loh, kenapa putri Mama yang cantik dan imut kaya' kelinci ini kok menangis?"tanya Etta, mama kandung Tia.
Tia menggeleng. Rasanya ragu dan malu menceritakan semuanya kepada mamanya. Etta menatap Tia dengan kebingungan. Nampak sekali mata Tia bengkak karena menangis. Etta tau, Tia pasti sedang ragu untuk menceritakannya.
"Nggak ada apa-apa kok Ma, Tia tadi cuma jatuh.."
Etta menghela nafas lega.
"Yasudah, kalau begitu kamu pergi makan dulu ya.."
Tia mengangguk. Ia pergi ke kamarnya. Memeluk boneka panda ya. Satu-satunya cara untuk membuatnya tenang dan merasa relaks adalah dengan menonton anime.
Tia Farandasyah, seorang gadis wibu, penyuka Naruto, penyuka panda, dan gadis yang sangat menyukai warna pink, mulai membuka laptopnya. Ia membuka Microsoft office word dan mulai menulis diary nya.
Ia curahkan semuanya ke dalam diary nya yang menjadi saksi bisu atas semua yang ia lakukan. Ia mulai menuliskan kalimat pertamanya. Kemudian, air matanya membasahi pipinya.
Dear diary..
Air susu dibalas dengan air tuba..
Tia suka Gibran, tapi Gibran tidak suka Tia..
Tadi Gibran nuduh Tia. Gibran bilang Tia cinta dia karena harta Gibran, terus Gibran juga bilang kalau dia nggak suka sama Tia yang lugu. Diary, Tia harus apa? Tia sayang sekali sama Gibran. Tia rela melakukan apa saja demi Gibran..
Seandainya Gibran tidak minta putus sama Tia..
Seandainya Gibran tau isi hati Tia..Tuhan..
Kenapa susah banget menerima kenyataan..?
Kenapa move on dari Gibran itu susah banget..??
Kenapa?Tia mengakhiri diary nya. Awalnya niatnya mau nonton Naruto. Tetapi mata Tia sudah berkunang-kunang. Tia mengantuk. Karena tidak tahan lagi, akhirnya Tia memutuskan untuk tidur. Laptopnya ia matikan. Sekarang, Tia sedang berada di dalam mimpinya.
..
Semoga suka dengan prolog yang Moon buat ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry
Teen Fiction"Maaf" "Untuk apa?" "Untuk segalanya.." Padahal, Gibran sudah banyak buat kesalahan, sudah buat Tia kesal, tapi kenapa Tia masih bisa maafin Gibran? Padahal Tia sudah Gibran sakitin berkali-kali, tapi kenapa Gibran masih punya rasa ke Tia?