Pagi Berlin

1 0 0
                                    

Ada apa ini pagi hari sangat dingin, apa tak ada yang lebih hangat lagi ? Ruang sempit nan suntuk ini ku tatap semalaman tanpa kantuk ku rasa, lapis-demi lapis selimut tak mampu ubah kiranya badanku yang menggigil kedinginan huh hidung ini benar-benar memerah. Namun bagaimana lagi hari ini pendaftaran ulangku di campus yang baru tak mungkin jika aku harus absen hanya karna kasur ini memanggilku untuk kembali tidur.
Okay, kantuk bye ayok semangattt. Untuk membuat uang ini cukup selama sebulan aku harus menghemat sehemat mungkin dengan berjalan kaki ke campus yang jaraknya kurang lebih 100m/hari hmm lumayanlah bakar lemak. Next gk ada yang terlalu spesial dari pendaftaran ini semua sangat biasa namun saat itu aku bertemu dengan Kia ya dia orang Indonesia, nama lengkapnya Tazkia Aisyah Nabilla dia orang Jakarta tepatnya putri dari Pak Disandria Sastra Dharma. Sudah tak salah lagi ia putri dari pengusaha batu bara yang hmm kaya raya ia mengambil disigner, sudah sangat nampak dari penampilannya yang sangat nyentrik dan menarik. Namun ia sangat ramah dan mudah akrab, terbukti saat ia menyapa ku pertama kali dengan hangat. Kertas bertumpuk dengan isi biodata yang sangat lengkap ku bawa dengan tangan yang kedinginan, namun bodohnya pandangan ini tak mampu memangdang kedepan hingga BRUK...!!!
"Oh..I'm sorry.." aku coba meminta maaf
"Gak apa-apa kali"
"Eh orang Indonesia rupanya ?" aku keheranan
"Iya nih, dengan mudah aku tau kamu" ucapnya sambil membatuku merapikan kertas yang tak karuan
"Iya sih emang muka aku oriental banget"
"Tapi cantik kan.."
"Eh belum kenalan kok udah muji ?"
"Okey-okey aku Tazkia panggil aja Kia, and you ?"
"Nabastala Kayna Zaimatul, panggil apa aja deh"
"Hmm Zai gimana ??? kayak cowok sih tapi"
"Okey apa aja deh"
"Kamu tinggal dimana ?"
"Di perempatan Jl. Salzufer, mampir donk"
"Oke deh next time, oh iya belakang campus ini ada kos kamu bisa mampir, aku kos disana and selalu terbuka buat kamu"
"SIAP...aku pasti bakal dateng, oh iya tukeran nomor WA dong biar bisa lebih deket gituh"
"Okey"
-*-
Berlin ramai, bersama keramahan manusia didalamnya walau tak henti dingin menyelimuti kota ini. Hey...apa kamu rasakan yang sama ??? disaat kita dekat saja rasa kita tak sama apalagi jika kita terpisah bersama jarak. Apakah jarak ini bisa buatku melupa tentang rasa yang tak pantas ada, mengingat cinta bukan yang ada dalam dirimu. Jika hanya kedinginan dirimu selama 12 tahun ini aku sanggup mengapa Berlin aku tak sanggup, kamu dingin ya...sangat aku menggigil didalamnya tapi aku bahagia karna kita dekat tanpa jarak walau kamu sendiri yang menciptakan jarak itu bukan hanya itu jurang dalam kau gali tanpa dasar hingga aku menunggu ditepi sampai kau buatkan jembatan untukku. Lalu kapan aku dapatkan jembatan itu jika kau berbahagia dengan sunyi disebrang sana, tanpa aku disana.
Uang yang kubawa rasanya hanya cukup untuk makan saja, jika roti kering terus ku makan kapan lidah ini hidup. Sarjana ku raih namun saat mengucap pidato kelulusan saat itu lidah ini mati bagaimana. Ruang kecil nan sempit ini memicu otak berputar bagaimana caranya aku bisa mendapatkan uang dengan cepat dan aku tetap bisa tetap konsentrasi kuliah, hingga ketukan pintu mengejutkanku.
"Eh Kia, ayok masuk"
"Hehe...sorry mendadak"
"Gak apa-apalah malahan aku seneng lagi"
Hingga kami duduk di balkon kecil, aku menyiapkan teh hangat untuk menemani kami bersama mentari yang pemalu samar-samar bersinar.
"Oh iya Kia, kamu udah lama disinikan ?"
"Hmmm iya sih aku disini dari SMA, emang kenapa ?"
"Kamu taulah aku kesini karna beasiswa, yang gak full jadi untuk kebutuhan sehari-hari dari ortu"
"Jadi ?"
"Kamu tau gak kerjaan yang bisa aku lakuin selama sela-sela kuliah ?"
"Oh itu, ada sih cuman ya...gajinya gak terlalu gede"
"Kerjaan apaan Ki ?"
"Besok kamu ada kelas gak"
"Ada pagi cuman sampe jam 11"
"Okey kita janjian di kantin jam 11"
Bingung, kata yang tepat Kia sungguh unik padahal ia belum beri tau apa pekerjaan yang akan ia tawari. Dan yang lebih anehnya aku yang nurut saja apa yang ia katakan hehe...aku memang mudah percaya tapi Kia sepertinya orang baik, ia tak ragu mengajakku berteman dengan teman-teman Jermannya canggung memang dirasa minder apalagi tapi jika hanya hidup dipagari dengan rasa itu kapan kita melangkah bila hanya ragu yang dipeluk erat.

Like & Komen
Ikuti juga ya gais

PudarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang