2

841 116 8
                                    

.
.

"Taeyong-ssi!"

Suara itu lagi-lagi membuat jantung Taeyong hampir copot. Bukan karena terkejut, tentu saja tidak. Taeyong saja sudah menyadari keberadaan si kelinci manis, bahkan sebelum dirinya menyadari eksistensi Taeyong. Melihat sang kelinci tersenyum dan melambai kearahnya membuat Taeyong harus berusaha menormalkan detak jantungnya yang sudah tidak karuan. Apalagi saat melihatnya memanggil namanya.

Sudah dua bulan ini ada saja cara Tuhan untuk mempertemukan keduanya. Taeyong tentu tidak keberatan sama sekali jika ia bisa semakin dekat dengab Doyoung, bukan?

"Maaf aku terlambat, tadi ada urusan sedikit dengan Jungwoo, hehe." Doyoung tersenyum membuat Taeyong mau tak mau juga ikut tersenyum.

"Jungwoo siapa?"

"Ah dia adik ku. Dia sudah kuliah juga, tapi kelakuannya masih seperti bayi. Tapi aku menyayanginya." Doyoung terkekeh dan mulai merapikan penampilannya.
"Apakah penampilanku masih berantakan? Aish.. Tadi seseorang menabrakku saat aku turun dari bis—"

Mereka berjalan bersama diiringi dengan ocehan Doyoung yang menceritakan tentang harinya. Tentu saja Taeyong tidak akan keberatan. Seperti mendengarkan radio berjalan katanya.

.
.

"Aku tidak tahu harus memberi apa untuk ulang tahun Johnny. Sebelumnya aku juga selalu lupa memberinya hadiah."
Taeyong menggaruk pelan tengkuknya yang tidak gatal dan menatap Doyoung canggung.

"Ah begitu. Kupikir untuk pacarmu tadinya." Senyum itu. Taeyong sangat menyukainya. Saat Doyoung tersenyum lebar, itu benar-benar manis. Taeyong bertaruh siapa saja pasti akan ikut tersenyum saat melihatnya. Begitu pula dirinya sendiri.

"Tidak. Aku tidak punya pacar." Lihat? Hanya ucapan sesederhana itu saja sudah membuat Doyoung terkejut hebat. Dan tentu saja, wajahnya sangat lucu. Taeyong tersenyum lagi. Ah, kalau dipikir-pikir dia sangat suka tersenyum akhir-akhir ini.

"Bohong sekali. Mana mungkin orang setampan dirimu tidak punya pacar?"

"Jadi kau menganggapku tampan?"

"Kau tidak punya cermin dirumah?" Jawaban tidak terduga dari Doyoung justru membuat Taeyong terkekeh pelan. "Aku bertaruh kau bahkan tidak pernah mendengar orang mengatakan kau jelek." Doyoung memasang muka sebal yang harus membuat Taeyong menahan tangannya agar tidak mencubit pipi gembilnya.

"Kau salah. Aku dulu sangat gemuk. Bahkan semua orang mengatakan kalau aku sangat jelek."

"Benarkah? Aku bahkan tidak bisa membayangkan kau gemuk sama sekali."

"Akan kutunjukkan fotonya suatu saat."

"Baiklah! Kau berjanji ya, Taeyong-ssi!"

"Taeyong saja. Dan sebenarnya aku ini lebih tua darimu setahun." Taeyong terkekeh melihat Doyoung yang sekarang jadi salah tingkah.

"Kalau begitu aku harus memanggil hyung. Taeyong hyung!"

Oh Tuhan.

Taeyong harus benar-benar melatih jantungnya yang sudah tidak bisa dikondisikan ini.

.
.

"Apa ini?" Johnny menerima sebuah kotak pemberian Taeyong dan menatapnya kebingungan.

"Hadiah. Ulang tahunmu." ucap Taeyong canggung.

Tentu saja Johnny langsung menutup mulutnya dengan tangan. Oke itu terlalu dramatis dan Taeyong mulai menyesali dirinya harus memberinya hadiah.

"Hentikan. Kau tidak pantas seperti itu astaga." Johnny justru tergelak melihat respon Taeyong. Cafe yang lenggang itu membuat tawa Johnny bisa didengar oleh seluruh pengunjung.

"Baiklah baiklah. Jadi apa yang bisa membuat seorang Taeyong bisa mengingat ulang tahunku bahkan setelah sepuluh tahun tidak pernah mengingatnya." Johnny mulai membuka kotak hadiahnya dengan senang sembari sesekali memperhatikan sahabatnya yang tampak lebih bahagia belakangan ini.

"Aku mengingatnya. Hanya saja aku bingung mau memberimu apa. Jadi tidak kuucapkan sekalian."

"Kau ini, benar-benar ya. Sebenarnya tanpa hadiahpun aku akan tetap senang. –Wow! Kau gila?! Ini kan mahal sekali!" Johnny menatap hadiah Taeyong dengan horor. Sebuah jam tangan merk Rolex yang sudah ia idam-idamkan beberapa waktu ini. Tentu saja karena itu limited edition.

"Doyoung bilang aku harus memberi hadiah yang kau sukai belakangan ini. Aku tau kau sangat suka jam tangan." Taeyong tersenyum tipis dan meminum lattenya.

Nama itu tak asing bagi Johnny. Taeyong akhir-akhir ini suka mengaitkan semua ceritanya dengan Doyoung. Tentu saja Johnny bahagia melihat Taeyong sekarang. Memiliki teman baru, lebih sering tersenyum, dan sepertinya kehidupan kuliahnya lebih baik dari sebelumnya.

"Kau menyukainya?" tanya Johnny to the point.

"Aku suka jamnya. Kuharap kau juga su—"

"Yang kumaksud, Doyoung. Kau menyukainya?"

"Tidak. Tidak. Yang benar saja. Kau tau aku normal kan?"

Sembari memasang jam tangan barunya, Johnny hanya mengangkat kedua bahunya tidak peduli. "Kau menyukai siapa saja itu normal. Tidak ada yang aneh. Bukan berarti karena mantanmu seorang wanita, kau akan seterusnya straight kan? Cinta itu bukan hanya soal gender." Johnny tersenyum singkat dan menatap Taeyong.

"Tidak. Aku hanya.... tidak tahu."

Johnny hanya menyesap kopinya. Ya, mungkin ini semua terlalu cepat bagi Taeyong.

"Aku menyukainya..." Johnny mengangkat sebelah alisnya dan menatap Taeyong.

"..... sebagai teman."

Johnny tersenyum.

Teman ya?

Aewol-ri [TaeDo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang