Sinar mentari menyerbu masuk begitu Gorden kamarnya dibuka. Ukurannya tidak besar, hanya sepasang jendela sedang, namun cukup untuk menerangi seluruh ruangan. Dinding batu berwarna abu juga memper mudah cahaya hangat itu berpendar ke sudut ruangan. Dalam waktu yang singkat suhu ruangan perlahan naik untuk mengganggu mimpi sang Boneka Tidur.
"Izumi, ayo bangun"
Merespons suara lembut itu sang Boneka dengan malas membuka kedua matanya.
"mmmhhh...?"
Hal pertama yang ia lihat adalah sosok yang Anggun. Rambut ungu yang dikepang tidak terlihat familiar, namun wajah cantik dengan mata Amethys yang penuh dengan kasih sayang membuat dada sang Boneka terasa hangat. Meski sinar mentari di belakang sosoknya begitu menyilaukan tapi ia bisa mengenali sosok itu dengan jelas.
"Lima menit lagi ma..."
Sayangnya kelopak mata sang Boneka terlalu berat untuk terjaga.
Setelah menjawab dengan setengah menggumam sang Boneka memeluk kembali guling putih kesayangannya. Ia menolak untuk bangun, menyembunyikan wajahnya dari pandangan sang Mama kemudian mencoba untuk kembali tidur.
Melihat tanggapan itu Sang Mama sama sekali terlihat terkejut. Dia seperti sudah menduganya. Sambil tersenyum gemas sang Mama kemudian menaikkan satu lututnya ke atas ranjang, menyentuh pipi yang tidak ikut tersembunyi untuk kembali membangunkan Putrinya.
"Hey~ nanti kamu terlambat ke sekolah"
"Mmmhhhh...!"
Sang boneka meninggikan suaranya. Ia terdengar kesal, membenamkan wajahnya lebih dalam sehingga sang Mama tidak bisa memainkan pipinya lagi.
"Ara?"
Itu sempat membuat sang Mama kecewa. Senyuman gemasnya langsung melengkung ke atas saat sang putri menolak untuk disentuh. Namun kemudian ia menyadari sesuatu yang menyembul dari rambut Putih Keperakan, mengundang ide jahil lainnya yang kali ini bisa dipastikan akan membuat sang Boneka menyerah untuk kembali Tidur .
"Sayang~"
Sang Mama menyentuh bagian belakang telinga sang putri dengan telunjuk, kemudian menjepit dengan Ibu jari dari sisi lainnya. Memainkan tulang yang lunak itu dengan perlahan, memberikan tekanan lembut dan menggosoknya beberapa kali.
"Bangun sayang~"
Dipadukan dengan bisikan lembut cara itu cukup efektif untuk membangunkan sang Boneka tidur.
"Mmmhhhh...! Baiklaaah~"
Kali ini ia benar – benar tidak bisa menahannya. Rangsangan hangat pada Telinga selalu menyebabkan perasaan yang tidak nyaman. Sang Boneka mungkin akan langsung melompat dari Ranjang jika saja sang Mama tidak langsung melepaskan telinganya.
Di sisi lain sang Mama terlihat menikmati pemandangan itu. Wajah cantiknya tersenyum lebih lebar saat dia teringat pada Orang lain yang juga memiliki Telinga yang Sensitif.
"Mama ih.."
Dia sadar itu kelewatan tapi melihat wajah putrinya yang semerah tomat membuatnya tak bisa menahan diri.
"Nanti terlambat ke sekolah" (^^)
Dan sang Boneka hanya bisa menyerah pada Mamanya.
Dengan enggan ia melepaskan Guling Putihnya. Sambil terhuyung – huyung ia mengangkat tubuhnya yang mungil, terdiam beberapa saat untuk mengumpulkan sisa kesadaran yang belum kembali. Dengan erangan "Huunnn" ia meregangkan kedua tangannya ke udara, kemudian menepakkan kakinya ke atas lantai kayu.
Ia kembali terdiam.
Lantai yang dingin membuat sang boneka menyesali keputusannya untuk bangun. Namun ia tidak bisa kembali sekarang. Mencoba menahan dinginnya pagi Ia kemudian berdiri dan menyeret tubuhnya keluar kamar, meninggalkan sang Mama yang sedari tadi hanya mengamati putrinya dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DragonNest Story
FanficAdalah adaptasi dari DialogStory tulisan Randi Mukhti Muhammad yang saya ubah ke bentuk Novel/Cerpen dengan sedikit pengubahan yang saya rasa diperlukan. Mengingat kejadian sebelumnya saya menekankan jika saya sudah mendapat izin dari yang bersangku...