-rumah baru-

24 2 0
                                    

"Sekarang gue harus kemana?"

***

Berjongkok lalu menangis di lututnya,perasaan takut itu akhirnya diungkapkan.

Aurelia hanya mencoba kuat di depan orang lain agar tak dianggap lemah tapi sebenarnya ia rapuh.

Aurelia ingat ia mempunyai uang di sakunya itupun sisa jajan sekolah tadi.

Ia menghela napas lalu berdiri mencoba bersemangat berpura-pura tersenyum.

"Kalo gue sewa hotel pasti ga akan cukup,tapi masa iya gue tinggal dikontrakan sempit and pengap?omaygattt" terganti dengan ekspresi jijik.

Aurelia berfikir sejenak.

"Bangsat!dengan sangat terpaksa,gue ga akan mau tinggal dikolong jembatan..."

***

Sempit,pengap,bau,atap bocor seperti terbuat dari material jaman dulu dan lantai tak berkeramik.

Aurelia menganga seakan melihat sebuah pertunjukan lalu berganti ekspresi jijik.

"Sumpah gue tinggal disini?"

"Ini lebih cocok jadi kandang kambing dari pada rumah"

Aurelia memasuki salah satu ruangan berisi 1 tempat tidur dilapisi kasur tipis dan lemari tua sedikit digerogoti rayap.

"Gila,ntar kalo badan gue yang terawat ini gatal-gatal tidur disitu gimana?"

"Jangan sampe orang tau rumah gue gini,mati dibully gue" ia terus-terusan bermonolog sendiri.

Aurelia malu mempunyai rumah seperti ini, ia tak mau dicap gembel atau orang miskin.

Pokoknya dia harus tetap terlihat cantik dan kaya.

Melangkah malas menuju lemari hendak menyusun bajunya.

Nyittttt

Lemari itu berdecit saat dibuka seperti di film-film horor.

"Iyuhhhh,ini kenapa ga di dibersihin sih lemarinya"

Diambilnya sapu lidi yang tergeletak di sudut ruangan guna  membersihkan lemari dengan posisi berjongkok.

Aurelia merupakan anak yang suka terhadap kebersihan namun ia tak bisa membersihkan apapun karena dulu selalu memerintahkan para pelayan dirumahnya.

Bruk

Sapu lidi tersebut dibuangnya sembarang tempat.

Berpikir bahwa nanti baju nya akan bau, Ia menyerah dengan lemari itu.

Ia menggapai gagang koper untuk berdiri lalu menaruh koper di sudut ruangan

Ia menoleh ke arah samping kanannya mendapati tempat tidur. Aurelia berdecak sebal.

Dengan perasaan sangat-sangat terpaksa ia harus bertahan.

***

Kringgg

Benda tersebut mendengarkan kegunaannya untuk membangunkan tuannya yang sedang tertidur pulas.

"Ck" berdecak tanda tak nyaman.

Aurelia merampas handphonenya yang tergeletak di sampingnya hendak mematikan alarm.

Sejak malam Aurelia merasa tak nyaman dengan tempat tidur barunya itu, tidurpun sulit. Ia meregangkan otot-otot badan berharap pegal di tubuhnya hilang.

Aurelia menuju kamar mandi untuk bersiap2 pergi ke sekolah.

Namun baru sampai depan pintu kamar mandi tiba-tiba seekor kecoa melintas dihadapannya.

"Aaaaaa kecoa,mama.....kecoaaa...sana pergi lo..."

Aurelia meloncat-loncat sana sini sambil berteriak padahal kecoa sudah pergi ntah kemana.

Napasnya tak teratur seperti dikejar-kejar setan.

"Anjirrr tuh kecoa,jijik banget gue sama nih rumah,udah gak terawat ada kecoa lagi"

Aurelia terus-menerus mengumpati kecoa itu.

***

Kini Aurelia berada di halte angkot yang terletak di dekat rumahnya.

Aurelia tak punya uang untuk membayar uang taksi, uangnya hanya cukup untuk sekedar membayar angkutan umum yang sering disebut angkot.

Sepanjang umur Aurelia ia tak pernah menaiki angkutan umum selalu di antar jemput sopir pribadi.

Puntu angkutan umum berhenti tepat dihadapan Aurelia seakan tau Aurelia akan menaiki benda itu.

Satu persatu kakinya melangkah masuk dan posisi badan agak membungkuk menundukan kepala.

Matanya mencari tempat yang kosong. Terlihat dipojok ada tempat yang kosong ia segera mendaratkan bokongnya.

Aurelia merasakan pengap dan bau. Ia menelusuri pandangannya didepannya terlihat ibu-ibu yang membawa sayuran sepertinya dari pasar,disamping ibu tersebut ada bapak-bapak yang membawa ayam jagonya didalam sebuah tas yang dirajut dan beberapa orang yang sudah berkeringat ingin mencapai tujuannya dengan angkutan umum.

Aurelia merasa jijik dan mual namun ia tahan.

"Sampe kapan gue gini,jijik banget bau pengap" Aurelia berbicara dalam hati.

Mengibas-ngibaskan tangan di depan mukanya lalu menutup mulut dengan tangannya menahan mual.

Angkot berhenti tanda sudah sampai di tujuan.

Aurelia turun lalu mengangkat tangan satu persatu sambil mengendus-endus. Ia merasa percuma menggunakan parfum tadi.

Memasuki gerbang sekolah hingga koridor dengan tatapan khasnya tajam dan sinis.

Beberapa siswa terang-terangan menghina.

"gembel kok sekolah disini"

"Dasar miskin,makan karma kan sekarang"

"Kasian ya kak Aurelia.."

"Akibat sombong ya gitu kena karma"

"Primadona sudah jadi gembelll,miskinnn hahahaha"

Aurelia hanya melayangkan tatapan tajam nya ia tak punya kekuasaan lagi untuk melawan.

Aurelia sebenernya menangis dalam hati. Ia menahan tangis agar tidak dianggap lemah.

Sadar ia membutuhkan sandaran ia ingin mencari Nando sang penyemangat dirinya hingga ia bisa bertahan sampai saat ini.


See you :)


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PeristiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang