Prolog

9 0 0
                                    

"I'm Coming London!" teriak Anisa yang ngelantur dalam mimpi tidurnya.
"Buk'e, anakmu kae kenangopo?(Buk, anakmu itu kenapa?)" tanya Pak'e ke Buk'e yang mendengar anaknya teriak dalam kamar.
"Hambuh lah, jarke wae. Palingan yo ngimpi meneh.(Nggak tau lah, biarkan saja. Paling ya mimpi lagi)" jawab Buk'e sambil menyodorkan kopi secangkir ke Pak'e.
Buk'e langsung menghampiri kamar anaknya dan menggedor pintu kamarnya.
"Heh! Anisa tangi o! Cah prawan yahmene durung tangi, piye arep oleh lanangan?(Heh! Anisa ayo bangun! Anak perawan jam segini belum bangun, gimana mau dapat laki-laki?)" teriak Buk'e depan pintu kamar Anisa sambil berulang kali menggedor pintu kamar anaknya. Tanpa berlama-lama di depan kamar Anisa, Buk'e langsung kembali ke meja makan untuk menyiapkan sarapan.
"Anakmu ra tangi bu?(Anakmu nggak bangun bu?)" tanya Pak'e sambil mensruput kopi hitam panasnya.
"Ben, gek mimpi bocahe(Biarkan, lagi mimpi anaknya)" jawab Buk'e yang sudah siap sarapannya di atas meja makan.
"Pak, anak gadismu kan diluk neh arep lulus SMA, nek tangi awan terus kepiye arep oleh gawean? Wong Lanang nangkene sing do sukses-sukses emoh karo anake dewe, sing gelem kae Yatno tok anake Pak Lurah sek duwe sawah ombo.(Pak, anak gadismu kan sebentar lagi mau lulus SMA, kalau bangun siang terus gimana mau dapat kerjaan? Laki-laki disini yang pada sukses nggak mau sama anak kita, yang mau itu cuma Yatno anak Pak Lurah yang punya sawah yang luas)" kata Buk'e sambil ngelus dada ngebayangin gimana nasib anaknya nanti setelah lulus.
"Giah men! Anakku nikah karo Yatno, koyo raono wong lanang liyo wae.(Nggak boleh! Anakku nikah sama Yatno, kayak nggak ada laki-laki lain aja)" jawab Pak'e dengan gebrak meja sontak Buk'e kaget.
"Morning, Mom's and Dad's." Anisa yang raut muka biasa saja langsung duduk gabung di meja makan bersama Pak'e dan Buk'e.
"Dead? Cah gendeng dongake mbokne mati.(Dead? Anak kurang ajar doain ibunya cepat mati)" marah Buk'e pada  Anisa yang raut wajahnya mulai tak bisa dikontrol kan.
"Omegad omegad omegad, dudu mati. Iki nek sekolah mung tekan SD. Dad's ki artine Ayah, nggo Pak'e Buk'e.(Omegad, omegad, omegad, bukan mati. Ini kalau sekolah cuma sampai SD. Dad's itu artinya Ayah, buat Pak'e Buk'e)" jawab Anisa yang geleng-geleng melihat Buk'e yang salah paham.
"Kikkkkikkkk..." tawa kecil yang berasal dari Pak'e.
"Ngguyu o ngguyu o, ngece! Ngene-ngene Pak'e yo cinta mati karo Buk'e.(Ketawain Ketawain, ngejek! Gini-gini Pak'e cinta mati sama Buk'e)" kata Buk'e yang nggak diterima diketawain sama Pak'e. Anisa pun ikut ketawa. Sarapan di meja makan dengan paduan tawa yang dapat menambah suasana lebih menyenangkan.

Sarapan pun selesai. Anisa ingin mengatakan bahwa dirinya ingin sekali ke London. Ingin berwisata kesana. Melihat keindahan kota London. Apalagi dia dari kecil ingin sekali mengunjungi London, karena dia penasaran oleh jam besar yang ada disana. Tapi, Anisa masih mengurungkan niatnya untuk bicara kepada orang tuanya, karena dia masih sekolah dan belum tahu nanti jika orang tuanya mendengarkan keinginannya itu. Terutama Buk'e(sambil tepuk jidat) pasti lebih parah. Ceritaku waktu kelas 2 SMA ......

Tunggu kelanjutannya ya! 😘

I'm Coming London!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang