Bab 3

5 0 0
                                    

"Maa Syaa Allah, apike ra eram(Mas Syaa Allah, bagus sekali)", ujarku dengan penuh rasa heran melihat pemandangan indah di sekeliling. Lebih bagus dari Jakarta. Disini udaranya lebih segar. Banyak pejalan kaki juga disini. Untung udah booking apartemen, deket kampus juga. Nggak sabar rasanya segera kuliah. Huft, masih seminggu lagi disini, apa yang akan kulakukan selama seminggu ini. Belum punya teman juga.
"I'm stopping here, Sir." kataku kepada sopir taxi. Dan saat kulihat harga taxinya sangat wow sekali. Aku lupa biaya hidup 5x lipat lebih mahal daripada Indonesia. "Thank you" ucap si sopir. "Welcome" jawabku.
"Tahu gitu tadi aku nggak usah naik taxi, mahal banget. Tapi gpp soalnya aku belum tahu tempat ini. Belum punya temen disini juga. Oke mandiri dan irit Nisa" semangatku berujar.
Tasnya berat sekali ini. Apa tadi tambahan yang dimasukin Buk'e disini. "Ya Allah Gusti, abote Maa Syaa Allah, Buk'e ki mau nambahi opo yo Yo(Ya Allah Gusti,.abote Maa Syaa Allah, Buk'e tadi nambahin apa ya ya)" ngedumelku saat berjalan membawa koper. Dan... Baaak.
"Aw, sorry I didn't mean it " tanganku yang kiri mengusap lengan kanan ku yang sakit. Dan aku masih memperhatikan lenganku.
"Are you alright? Do we need to see a doctor? " ajak si pria tersebut. "Oh, no need Sir. I am fine...." jawabku yang belum selesai saat mataku menatap wajahnya yang tampan. Gusti Maha Agung, aku mimpi apa ditabrak cowok ganteng. Baik pula. My honey bunny sweety. "You don't need to call me Sir. Oh yes we are acquaintances. My name Glenn. Tunggu bentar, wajahmu seperti wajah orang Indonesia" tanyanya padaku dengan memperhatikan wajahku dengan dekat. Jantungku berdegup nggak karuan. Seperti adegan hollywood saja. Aku nggak mimpi kan?
"Iya mas eh kak eh.. aduh siapa tadi namanya" ucapku dengan gugup. "Glenn" jawabnya dengan cepat. "Iya Glenn. Namaku Nisa. Yaudah aku harus masuk dulu buat taruh barang-barangku. Sekali lagi maaf ya" sambil ku bungkukkan badanku sebagai permohonan maaf. "Nothing". jawabnya.

"Akhirnya sampai juga pada titik letaknya" badanku langsung rebahan di kasur. "Lelahnya, tapi menyenangkan juga ya. Eh, cowok tadi ganteng banget, hihiii" cekikikan ku sambil mengingat lagi cowok yang ditabrak tadi. "Dia tadi keluar dari apartemen ini kan? Berarti aku sama dia satu apartemen. Wooo..ooppss" langsung ku tutup mulutku. Volume yang diluar batas karena saking girangnya.
Plak. Plak. Plak.
Tanganku menamparkan kedua pipiku dan bergumam "Nisa, niatmu disini belajar. Ingat perjuanganmu supaya bisa sampai sini. Soal cinta nomor 50. Huft.. Oh ya ngabarin Buk'e dan Pak'e." kuambil handphone lalu jariku menulis pesan tibanya aku disini kepada mereka.

"Bosan. Lapar. Keluar ah cari makan" sambil memegang perut yang keroncongan. Aku tepuk jidat dan berkata "bagaimana aku mendapatkan makanan yang standarisasi disini?". Tanpa pikir panjang aku berjalan keluar. Dan sesudah mengunci pintu aku membalikkan badan dan apa yang kulihat kembali. Yes, aku bertemu Glenn lagi. Dan ternyata kamarnya telat didepan kamar apartemenku.
"Glenn" aku menyapanya duluan. Dan saat membalikkan badan dia tersenyum dan berkata "Hi Nisa. Kamu mau kemana?". "Aku mau cari makan. Apa kamu mau makan bareng denganku?" tanyaku tanpa basa basi. "That's not too bad. Aku tahu dimana tempat yang enak tapi harga pelajar". Lalu kami pun melangkah bersama keluar apartemen.
Sepanjang jalan dia bercerita siapa dia. Ternyata dia orangnya terbuka. Ramah. Ya hanya tahu sekilas saja tentangnya. Aku hanya mendengarkan. Sesampai tempat yang dituju kita langsung memesan meja.
"Aku banyak bicara ya Nisa? Maaf ya, aku emang suka bercerita. Oh ya, kamu mau pesan apa?" tanyanya sambil memberikan menu makanannya. Aku lihat-lihat harganya pas lah untuk dikantong aku. Aku nggak pernah makan beginian. Lalu ku bertanya pada Glenn, "Glenn, disini apa semur jengkol dan nasi nggak? Di menunya nggak ada nama nasi sama sekali. Maaf, aku orang desa belum pernah makan beginian. Kamu bisa pilihan menunya? Tapi yang harga pas-pasan ya" Sebenarnya aku malu tapi gimana aku benar-benar nggak ngerti. "Serious? Haha. Maaf-maaf ketawaku bukan bermaksud mengejek. Kamu itu lucu ternyata ya" Apa? Aku lucu katanya. "Emang disini tuh nggak ada nasi, kamu memang harus terbiasa. Hmm, aku pilihin spaghetti aja ya. Ini juga harga pas kok. Rasanya enak juga, kayak.mie pada umumnya" dan aku mengangguk mengiyakan katanya. "Aku tahu kok restoran enak dengan harga pelajar. Selain disini ada cafe juga yang nyaman buat bikin tugas. Kapan-kapan aku ajak ya. Kamu disini kuliah kan? Ambil jurusan apa?" katanya dan bertanya padaku. Dan jawabku "iya aku kuliah disini. Universitas London jurusan ku Creative Writing. Dan aku mengambil beasiswa disini. Kamu kuliah dimana dan jurusannya apa?" tanyaku padanya sambil menunggu makanan datang dan terus memegangi perut yang keroncongan. "Really? Hebat bisa dapat beasiswa disini. Jarang lho yang bisa lolos... " dan aku mengernyitkan dahi dan menggangguk pelan-pelan. "... Kampus kita sama. Tapi aku ambil hukum disini. Ya calon pengacara gitu. Dan aku belum seberuntung kamu yang dapat beasiswa" katanya padaku.
Akhirnya makanan yang ditunggu-ditunggu datang. Dan hidungku mengendus ke makanan yang sudah didepan mata. "Aromanya enak. Dan makanan ini pasti terlihat lezat" kataku sambil mengambil garpu. Dan aku pun langsung melahapnya. Dan saat melahap aku berkata "Emmmm.. ini enak banget. Aku pertama kali makan spaghetti. Benar-benar lezat. Rekomendasi yang sangat memuaskan."  Dia hanya tertawa dan memperhatikanku. Wajahku pun merah merona.

Oke gaesss.. tunggu kelanjutannya ya.. bismillah akan rajin update.. 😘

I'm Coming London!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang