"Apa kepalamu hanya dekorasi? Kalau kau begitu lemah, sebaiknya menyerah menjadi Kesatria."
Remiel menginjak punggung pria yang menjadi lawannya, menekannya dengan penuh tenaga ke tanah rumput. Dia tidak main-main di tengah terik matahari dan bisa saja mematahkan beberapa tulang lawannya.
Namun untuknya, itu tidak dipandang sebagai tindakan seorang Kesatria, menyerang lawan yang sudah jatuh.
Suara rintihan terdengar, menyejutkan beberapa Kesatria lain yang menonton.
"Akh!"
Mata yang buas seperti binatang membuat yang lain merasa ngeri menonton bagaimana dia melakukan latihan, dengan ekspresi dingin di wajahnya yang selalu menjadi pengalaman buruk bagi yang lain.
"Ini hanya latihan."
"Kenapa harus seperti itu?"
"Lagi-lagi dia berlebihan."
Dengan pikiran seperti itu, cepat atau lambat mereka akan kehilangan hasrat untuk bertarung.
Ketika menyadari lawannya tidak kunjung bangun untuk melawan balik, kakinya dengan cepat menyingkir dan sadar bahwa lagi-lagi dia telah berlebihan .
Menang dan kalah adalah pertaruhan yang sepele bagi seorang Prajurit, mengetahui bahwa melawan seseorang tanpa mendapatkan peluang untuk menang akan menjadi situasi yang mungkin harus dihadapi.
Tapi semua orang menganggap hal itu berbeda ketika menghadapi Remiel.
Semua orang menganggepnta berada pada tingkat yang berbeda.
Saat pertandingan dihentikan pedang terlempar ke tanah seolah kehilangan kehormatan untuk digenggam seorang Kesatria, bibirnya membisu dalam rasa kesal dan kecewa, kemudian segera menepi untuk duduk di bawah pohon.
Udara sejuk yang berhembus di tengah lapangan rumput hijau terasa seperti sebuah anugerah, panas terik menyengat tidak membuat udara sekitarnya terasa panas yang mengukus, terutama ketika beristirahat sambil meneduh.
Punggungnya bersandar pada batang pohon kokoh yang ada di belakang, diikuti helaan nafas tapi bukan karena lelah akan pertarungan yang terjadi barusan, pikiran dan perasaannya yang membuat Remiel begitu.
Selalu berakhir seperti ini.
Hanya setahun berlalu sejak Remiel pergi ke Ibu Kota untuk mendapatkan hidup yang lebih baik, meninggalkan Kampung Halaman untuk wajib militer karena perang yang terjadi di Perbatasan dan melanjutkan untuk bergabung dengan Pasukan Kerajaan.
Ibu Kota tempat tinggalnya sekarang bernama Lemery.
Sebagai Ibu Kota yang berada di bawah tanggung jawab Kerajaan Criredel dan juga menjadi Pusat Pemerintahan, Lemery menjadi sebuah kota dambaan semua orang yang berharap mendapatkan hidup lebih baik.
Sama seperti yang dilakukan oleh Remiel.
Kerajaan Ahedour yang bersebelahan dengan Kerajaan Criredel mengalami desertifikasi untuk waktu yang cukup lama sebelum mereka memutuskan untuk menyerang Kerajaan Criredel demi mendapatkan wilayah baru yang lebih subur. Meski Kerajaan Criredel telah berbaik hati untuk memberikan sebagian kecil wilayah mereka, ambisi mereka sudah tidak terbendung.
Setelah itu perang pun pecah.
Pasukan Kerajaan Criredel yang menghadapi situasi sulit dan kekurangan pasukan meminta bantuan, sehingga perintah dikirim kepada Kota terdekat untuk mengirimkan Prajurit atau Pemuda terbaik sebagai pasukan tambahan.
Perang di Perbatasan itu dekat dengan Kampung Halaman tempat Remiel tinggal.
Meski terhitung Kesatria yang masih baru, kemampuan bertarung yang dia miliki jauh di atas para Kesatria lain.
YOU ARE READING
Lion's Heart
FantasyMenjadi Kesatria berbaju besi yang bersinar dan diimpikan siapa pun saat kecil, meski keinginannya begitu, Remiel Alion mendapatkan reputasi yang berbeda karena sifatnya. Semua orang takut dengan seekor "Singa Pemarah" dan karena itu tidak pernah se...