2.8

1.2K 192 13
                                    

Yuta dan Doyoung kini sudah dalam perjalanan menuju China dan sebentar lagi mereka pasti akan sampai kesana.

Winwin menghela nafasnya, menikmati hembusan angin yang mungkin saja akan menjadi kesempatan terakhirnya. Sekarang, ia tinggal menunggu Taeyong dan Taera pergi dan tugasnya akan selesai.

Dalam waktu tiga puluh menit lagi semua akan berakhir.

Tapi setidaknya, Winwin sudah melakukan apa yang bisa ia lakukan dan ia tidak sedikitpun menyesali pilihannya.

Karena, untuk mencapai sesuatu, dibutuhkan sebuah pengorbanan. Dan dalam kasus ini, untuk memberikan kehidupan 'normal' pada Taera, nyawa Winwin lah yang akan dikorbankan. Harga yang mahal memang.

Lelaki itu terus larut dalam pikirannya sendiri sampai tepukan yang ia rasakn pada bahunya membuatnya ditarik kembali kedalam dunia nyata.

Winwin tersentak. "Kak."

Winwin kemudian menatap horror kearah lelaki yang entah sejak kapan sudah berada didekatnya tersebut. "Kau sudah gila?! Apa yang kau lakukan disini?"

"Pergilah, Winwin. Bawa Taera pergi secepatnya dari sini. Dia sekarang sudah berada di mobilmu bersama dengan sekretarismu. Aku akan tinggal disini jadi kau harus cepat pergi."

"Aku tak akan pergi kemanapun. Tidak tanpamu, ketua." Winwin mengeraskan rahangnya. Tatapan lelaki yang biasanya selalu tersenyum itu kini terlihat tajam—menandakan bahwa ia serius dengan ucapannya.

Taeyong balas menatap kearah Winwin sebelum lelaki itu mengusap kasar wajahnya. "Kita tidak memiliki banyak waktu jadi kumohon dengarlah perintahku dan pergi dari sini sejauh mungkin dan bawa Taera bersamamu. Aku ketua-mu kan? Maka dari itu dengarkan perintahku dan segera bergegas sebelum yang lain datang!"

"Lalu apa yang akan terjadi padamu? Taera tak akan membiarkan kakaknya mengorbankan dirinya sendiri seperti ini walaupun ini semua demi kebaikannya."

"Aku akan baik-baik saja, Winwin. Aku adalah yang terbaik dari kita semua. Percaya saja padaku. Semua akan baik-baik saja."

Winwin menelan saliva-nya dengan susah payah. Tak perduli seberapa meyakinkannya nada bicara Taeyong, ia tahu benar bahwa tidak mungkin semuanya akan baik-baik saja. Tetap berada disini sama saja seperti memyerahkan nyawa dengan cara masuk ke dalam kandang singa. Taeyong akan mati dan hal itu tak akan bisa dihindari. Karenanya, lelaki itu akhirnya memutuskan untuk mengambil keputusan gila.

"Aku akan berada disini bersamamu." Putus Winwin. "Kau tak perlu khawatir soal Taera karena aku akan meminta sekretarisku untuk membawanya ke China. Ia akan baik-baik saja bersamanya."

Taeyong memicingkan kedua bola matanya—tampak tak senang setelah mendengar keputusan Winwin yang ia anggap sangat bodoh itu. "Kau tidak akan melakukannya, Dong Sicheng." Desisnya yang sukses membuat Winwin membeku. Taeyong hanya memanggilnya menggunakan nama aslinya jika ia sedang benar-benar marah. Tapi lelaki itu tidak bisa menyerah begitu saja. Ia tidak mungkin membiarkan Taeyong mengorbankan nyawanya begitu saja.

"Aku tahu kau adalah yang terbaik tapi bukankah dua tubuh lebih baik daripada satu tubuh?"

Taeyong memejamkan matanya. Indera pendengarannya yang jauh lebih tajam dari kebanyakan orang itu mulai memproses hadirnya beberapa orang tak diundang didaerah tempatnya berdiri saat ini.

Rahangnya mengeras. Tidak ada waktu lagi!

"Sekarang aku akan berhenti berbasa-basi. Kau tahu benar dengan berada disini sama seperti dengan bunuh diri kan? Karena itu cepatlah pergi bersama Taera sebelum semuanya terlambat!"

"Dan membiarkanmu mati begitu saja? Kau bercanda?! Taera membutuhkanmu!"

"Aku tahu.." suara Taeyong melembut. Tangannya terlihat gemetar saat lelaki itu menggenggam erat kedua tangan milik Winwin. "Karena itu, gantikan aku untuk menjaganya. Bahagiakan dia, buat dia bahagia dan melupakan aku dari hidupnya."

"Tak harus aku kan? Doyoung dan Yuta juga bisa melakukannya."

"Harus kau, Winwin. Hanya kau yang bisa melakukannya dan kita tahu benar apa alasannya." Taeyong tersenyum lemah. "Kali ini aku akan berbicara sebagai kakak dari Lee Taera dan bukan sebagai temanmu. Winwin, tolong jaga adikku untukku. Setelah kalian berhasil lari dari sini kelak, hiduplah dengan benar dan buat Taera bahagia dengan kehidupan yang normal. Aku kembali mempercayakan adikku padamu dan aku harap kali ini kau tidak akan membuatku kecewa seperti dulu."

"Kumohon, jaga Taera untukku."

Winwin menggigit bibirnya keras-keras. Ia hendak kembali melayangkan protes saat Taeyong sudah terlebih dahulu memberikan aba-aba pada bodyguard miliknya untuk membawanya menjauh dan masuk kedalam mobil yang juga membawa Taera didalamnya.

Winwin tidak pernah percaya dengan sesuatu seperti agama. Tapi jika Tuhan itu ada, Winwin harap Tuhan akan menjaga Taeyong agar sesuatu yang buruk tidak akan terjadi padanya.

SINNER: Before The War ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang