Karya : Alovetwenty
Mentari itu indah, menghangatkan dan menererangi, mampu menembus hati yang kelam menghangatkan jiwa yang menanti rindu. Tapi tidak dengan dia, pendiam, misterius, tapi cantik. Hanya satu yang kaum Adam nantikan, senyumannya.
Mentari berjalan memasuki ruang belajarnya, maksudku ruang kelas. Masih sepi karena ini memang masih pagi. Tangan lentik itu menelusuri setiap kotak yang tertulis kan nama di depannya, apalagi kalau bukan loker siswa, dan ya dia menemukan secarik kertas berwarna lagi. "Pagi, kamu cantik apalagi kalau senyum" isinya hal yang tak bermutu namun berhasil membuat gadis bernama Mentari itu menatapnya lebih lama. Gadis itupun duduk di kursinya dan tepat disana di meja itu ada kertas berwarna lainnya.
"Kapan mau senyum? Nunggu aku suka kamu?" Isinya hanya sebuah pertanyaan, tapi pertanyaan seperti apa itu. "Aneh", batin Mentari.
Begitulah hari-hari gadis yang di sebut sebagai ice princess.
Seminggu berlalu, kertas-kertas itu tak juga berhenti mewarnai harinya, dan juga tanpa pemiliknya. Menurut mentari orang pengirim itu lebih misterius dibandingkan dia. Dia tak seperti itu hanya sedikit tertutup dari gadis pada umumnya.
Mentari, gadis itu tengah berjalan sendiri menelusuri trotoar yang menghubungkan sekolah dengan rumah kosan nya. Langkahnya ganda namun nyaris samar, entah siapa yang sedari tadi mengikutinya, Mentari melirik kebelakang namun tak ada siapapun di sana, gadis itu pun terdiam tak melanjutkan lagi langkahnya, "Kenapa ngikutin gue" ungkap Mentari dengan nada yang sedikit keras, namun tak ada jawaban.
"Gua punya Indra keenam dan di tempat Lo sembunyi itu ada sosok hantu yang menakutkan dia gak punya wajah dan ..." sebelum Mentari menyelesaikan ucapannya, seorang pria keluar dari persembunyiannya
"Gak usah nakutin gue" ungkapnya, Mentaripun tersenyum tipis tapi bukan senyum yang manis namun sedikit menyeramkan untuk sekelas gadis cantik seperti dia. "Maaf gue sering ganggu Lo, sebenernya yang kirim kertas-kertas itu gue" ungkapnya, "Gue udah lama perhatiin Lo, dan cuma lewat kertas itu gue bisa ungkapin semua isi hati gue" jelasnya lagi.
Mentari berjalan sedikit kemudian duduk di halte bus, pria itu pun mengikutinya dan ikut duduk di samping Mentari.
"Ini" pria itu memberikan setumpuk kertas berwarna, ya tentunya dengan begitu banyak kata cinta tertulis. "Gua udah lama suka sama lo, tapi gue terlalu takut untuk natap lo langsung" pria itu mengutarakan isi hatinya tanpa tau apa yang sedang terjadi di dalam hati gadisnya itu. Namun itu berhasil membuat Mentari tersenyum manis untuk pertama kalinya. Ya, gadis itu merasakan detak jantungnya yang bergerak melebihi batasnya, bahkan sebelum ia tahu jika pria itu adalah pria yang ia sukai sejak memasuki masa putih abu ini. Secarik kertas berwana itu membuatnya jatuh cinta padahal ia tak tahu siapa pemilik kata pujangga itu.
Editing by : ranti_muchliza09
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin Komunitas Bima Sakti Collaboration
Ficção AdolescenteCerita mini atau fiksi mini berupa kumpulan karya member Komunitas Bima Sakti Collaboration "Sastra tidak memandang ruang"