1. Minggu Pagi

2.7K 229 14
                                    

Gue menguap sambil menuruni tangga. Aslinya gue tuh masih ngantuk, tapi gue haus banget. Jadilah dengan mengumpulkan kemauan gue turun ke dapur.

"Alhamdulillah ternyata masih hidup."

"Siapa Ma?" Tanya gue sambil mengisi gelas dengan air hangat dari dispenser. Gue, maksudnya kami—Papa, gue, Adek gue—emang dibiasain minum air hangat di pagi hari sama Mama.

"Ya kamu lah siapa lagi? Dibangunin kok ya susaaaaaah banget. Mama kira kamu pingsan."

"Kan hari Minggu Ma, pengen nyantai. Lagian ini juga masih pagi." Jawab gue setelah menandaskan air minum.

"Pagi apanya? Ini udah setengah sepuluh. Udah siang, matahari udah terbit dari tadi." Mama menghentikan kegiatannya menguleni adonan donat atau pastel atau kue sus atau apalah gue nggak tahu.

"Papamu udah sepedahan dari Subuh, Ilman udah pergi nyamper pacarnya jogging dari setengah 6, itu si Boni aja udah mejeng depan gerbang buat ngeceng betina dari jam 7. Lah ini kamu baru bangun?! Kayaknya kalo kamu nge-kost nggak bakal masuk kuliah tiap hari." Mama kini sepenuhnya menghadapkan badannya ke arah gue sambil berkacak pinggang.

Gue mengerjapkan mata beberapa kali. Ngantuk gue seketika hilang. Gue udah bangun sepenuhnya.

"Cari kegiatan gitu lho Ham, jangan di rumah terus. Seenggaknya kalo nggak punya pacar kamu punya kesibukan." Mama menghela napas berat, seolah beliau udah capek banget sama gue. Kemudian beliau kembali sibuk dengan adonannya.

"Aku kan nge-band Ma, biasanya juga sibuk." Gue membela diri.

"Halah nge-ban, nge-ben tapi jomblo terus."

Gue cuma melongo bego sambil garuk-garuk rambut yang belum gue keramasin.

Gue membuka tudung saji dan mata gue menangkap opor ayam, tumis brokoli wortel, sambel bawang sama perkedel kentang yang seolah melambai-lambai minta disantap. Tangan gue mencomot satu perkedel kentang bersamaan dengan interupsi Mama yang masih sibuk dengan adonannya.

"Kalo mau makan mandi dulu! Percuma ganteng tapi nggak mandi. Ganteng doang nggak bikin kamu punya pacar. Sana mandi biar wangi terus cari pacar!"

Astaga, gue beneran anak Mama bukan sih?

Gue mengambil satu perkedel lagi sebelum menutup kembali tudung saji kemudian melangkah gontai ke ruang tengah. Bodo amat sama mandi, entar aja dirapel sama mandi sore biar nggak bolak-balik mandi. Hey, kita harus mencintai bumi ini! Salah satunya dengan menghemat air.

Gue pindah ke ruang tamu karena nggak nemuin Boni—kucing gue—di ruang tengah. Sekedar info, kasta Boni lebih tinggi dari gue dan Ilman—Adek gue—di rumah ini. Dia anak kesayangan Mama. Di ruang tamu Boni juga nggak keliatan. Jadi gue memutuskan untuk ke luar. Waktu gue buka pintu, Boni lagi asik berguling-guling di atas keset. Gue tersenyum kemudian mengangkat tubuhnya yang gendut. Dia mengeong-ngeong di gendongan gue.

Setelah duduk di teras dan nyender di pendopo, gue mengeluarkan HP dari saku celana kolor. Si Boni sekarang anteng dan mulai menjilati kakinya.

WAJIB GANTENG (5)

Bang Bani: woy ada yg punya batik gak?

Bang Je: buat apaan?

Bang Wisnu: ada

Bang Bani: selain wisnu?

Bang Je: gue ada

[1] The Book of Us: FEELING GOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang