Desahan Kebahagiaan

27 1 0
                                    

"Rindu adalah gerak-gerakan tak berguna yang selalu ada dan sekujur ketahanan tubuh tak mampu melawannya."

Hari itu berjatuhan sepintal demi sepintal dedaunan kuning, sekelompok rerumputan sebagai poros langkah-langkah Bima. Tangan nya, jari demi jarinya tak mampu berhenti menyalin keagungan monokrom alam. Dengan perantara beberapa milimeter tinta dan sepasang kertas bergaris itu,  tak sengaja beribu-ribu syukur telah terpanjat dan sekilauan kebahagiaan selalu datang dan datang.

Langkah demi langkah terlewati, pujian-pujian kepada Sang Kuasa tak henti terucap dari mulut puitisnya. Wajah muram, monoton, dengan pena dan kertas bergaris yang erat terjaga dalam setiap urat-urat tangannya. Kata-kata di alamnya itu menemani kakinya yang berjalan sendiri di tengah dedaunan kuning yang gugur itu.

"Dedaunan itu seperti frasa kehidupan langkah demi langkah. Berjalan dan berjatuhan, berguguran, kematian."

Kalimat berperasaan itu menjadi pedoman pada fase proses suatu jarak antar telapak yang saling mendahului. Yang melambatkan suatu sajak kesengsaraan, dan mencerahkan suatu kebahagiaan yang sifatnya cemburu. Kalimat demi kalimat yang tertulis dan terpapar pada kertas bergaris dengan tinta bercorak kata demi kata sifatnya bernyawa bagi kinerja sang penulis.

Berhenti menunduk, menaikkan sedikit leher kepalanya dengan tanda sampainya langkah-langkahnya ke sekolah.

Andin Andayana, manusia karib sebangku. Dengan tingkah lakunya yang menghambat masuknya mimpi dan alam-alam puitis itu dalam angan-angan Bima. Dengan lakunya yang mengganggu, berisik, dan membenci alam. 

Penanya, kertasnya, mimpinya, alamnya Bima, tak kuasa mengambil alih sel demi sel tubuh Bima. Wajah murungnya pertanda kesedihan yang amat, bukan lagi sepintal kebahagiaan. Pena itu menulis di wajah kertas, tetapi tinta itu hanya terbuang sia-sia. Pandangan dari mata terlihat jelas kerusakan butir-butir imajinasi dengan membawa kebahagiaan itu melayang terbang mengelilingi luasnya kesempurnaan ciptaan Tuhan, bumi.

"Aku membencimu."

Bisikan lembut berfrekuensi rendah terucap dalam gerakan langit-langit mulut Bima. Gerakan cakrawala tak mampu menyatukan imajinasi sang petapa puisi yang kasih dan sayangnya terlontarkan lewat molekul demi molekul udara yang keluar dari tubuh sang malaikat puitis.

Bukunya bercorak sampah, pena abstraknya hanyalah batang tak berguna di luar alam-alam kata bernyawa.


SLICE OF LOVE DAN LENGAN TANGAN BIMA ADALAH SATU KESATUAN DALAM DEKAPAN TANGAN TUHAN YANG BERKUASA. SUATU KEBANGGAAN DAN KEBAHAGIAAN PARA BUTIR EMOSI YANG TINGGAL DALAM KAMI, SLICE OF LOVE. MUSUH ADALAH SUATU SAYANG YANG MASIH BELUM DI TEMUKAN CARA MENDAPATKANNYA

Slice Of LoveWhere stories live. Discover now