Part 1

4 0 0
                                    

Menikmati hari-hari seperti ini sudah cukup membuatku bahagia, duduk sambil bercakap ringan dengan orang terkasih. Ya orang terkasih, mereka semua orang terkasihku, cintaku.
"Kak mengapa teman-temanku mengatai aku bodoh??" Aku tertawa mendengar penuturan adikku ini, ya ini adikku si bungsu tengil yang polos, Adam Malik. "Adam tidak bodoh, teman-teman Adam saja yang iri karena mereka tidak selugu Adam". Seorang gadis remaja dengan rambut kribo yang lucu menyahut, "Kak, dia memang bodoh, orang berkata A dia menjawab Z" dengan nada sok sinisnya, padahal dia terlihat lucu dengan ekspresi seperti itu, perkenalkan dia adikku juga, Zelia Putri Malik. "Kau jangan mengejek adikmu Zelia" dengan nada sok marah padahal aku sudah tak tahan ingin tertawa melihat raut lucu adik-adikku ini.
"El..,El..,Eliana Putri Malik!!!" Aku sungguh kaget,suara kakak ipar ku ini memang dahsyat sampe satu dusunpun bisa dengar teriakannya ini. "Apa kakakku tersayang" aku hanya tersenyum manis seolah-olah tak salah apa-apa. "Makanya kalo punya kuping tu bersihin biar gk budeg,dari tadi di panggil gk dengar-dengar, kakak tu harus ngeluarin suara emasnya kakak baru kamu bisa denger, kamu gak tau aja kalo kakak teriak sekali tu bisa sangingan sama tao masjid" aku diam-diam pergi kabur,kalo gak gitu,kak Nur tak kan berhenti mengomel.
Aku kabur ke dapur untuk cuci piring biar kak Nur gak marah lagi, ini memang jurus pamungkas ku, tapi memang inilah kegiatan sehari-hari di rumah, jadi bukan hal baru bagiku untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti ini, hitung-hitung buat meringankan beban kak Nur.

Sehabis sholat isya,aku ikut bergabung dengan yang lain menonton tv. Kebiasaan keluargaku itu berkumpul di depan tv setelah sholat isya, menonton dan di selingi dengan candaan kocak dari kakak pertama ku, Malik Abdul Aziz, kak Aziz memang lucu tapi terkadang juga garing, tapi kami tetap saja tertawa. Suasana rumahku memang ramai dengan di penuhi dengan canda tawa, ini sudah cukup membuatku bahagia,ya ini cukup, aku takut meminta lebih, takut Allah marah padaku karena meminta terlalu banyak. " El, gimana rasanya ngajar anak-anak SD" tanya kak Aziz padaku. "Cukup menyenangkan walaupun kadang buat El pingin marah, tapi gak tega, muka mereka imut-imut". Kak Aziz terkekeh mendengar penuturan ku, "Yang sabar El, jadi guru itu butuh kesabaran tinggi, jangan cepet baper dan emosional, di bawa santai aja dan nikmati prosesnya" aku hanya mengangguk-angguk paham, memang mengajar anak SD memang agak sulit, anak di usia itu sangat aktif dan sulit di atur, jadi butuh kesabaran untuk mengajar mereka.

CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang