Joy berlari menyusul prianya yang tengah penuh amarah. Berusaha meraih lengan prianya. Wanita ini sadar betul tentang sekitarnya yang berbisik-bisik tentangnya dan Taehyung. Ia berhasil meraih tangan prianya. Prianya sempat berhenti. Namun keadaan berbalik. Taehyung menggenggamnya erat dan menariknya kasar memasuki ruangannya.
"Untuk apa kau datang?", Taehyung berucap dingin. Joy tersenyum palsu.
Tidak adalagi kata terbiasa dan harusnya, ujar Joy membatin.
"Aku ingin berbicara denganmu", ucap Joy.
"Bagaimana jika aku tidak ingin?", balas Taehyung tanpa melepaskan genggaman erat dari jemari milik Joy. Joy menghela nafas lemah.
"Mau bagaimana lagi? Lebih baik aku diamkan?", balas Joy. Taehyung menatap Joy dalam. Ia tidak pernah melihat Joy sepasrah ini.
"Bagus jika kau diam. Duniaku tentram. Sana turun! Peluk Jungkook. Berbuat lebh", ucapan Taehyung terhenti. Istrinya mengecupnya tepat pada bibirnya. 1 detik. 2 detik. 3 detik. 10 detik. Taehyung mematung sempurna bahkan setelah kecupan itu terlepas. Ia menatap Joy bingung. Ia juga tahu bahwa wanita itu menangis, entah karna apa.
"Ini yang terakhir kali aku janji", Joy berucap sambil terisak. Seolah sadar dengan keadaan Taehyung berusaha menetralkan detak jantungnya.
"Pegang janjimu. Jangan membuatku semakin..",
"Tidak ada kata 'semakin' dalam hubungan kita Tae",
Ada apa dengannya? Ada apa denganku? Apa ini? Aku ingin memeluknya, ah tidak. Aku harus menahan diri. Tidak nanti dia besar kepala, pikir Taehyung.
......................................................................
Joy segera mengusap sisa air matanya dan berpura-pura untuk tertidur begitu menyadari Taehyung memasuki kamar milik mereka. Dengan mata tertutupnya ia dapat mendengar suara langkah kaki prianya yang berjalan kearahnya. Entah benar atau salah ia merasa ditatap. Sebuah tangan mengelus kepalanya lembut. Seolah-olah takut menyakitinya. Perlahan ia dapat merasakam deru nafas prianya berada tepat di depan wajahnya. Taehyung mengecup pelan hidung mungil miliknya. Joy berusaha untuk tetap pura-pura tertidur lelap.
Dan lagi, kau menggoyahkan keputusanku dalam sekejap. Aku tidak percaya apa yang ia lakukan barusan. Haruskah aku bertahan?, Joy membatin lemah.
Kau memang penganggu, tidak salahkan jika aku mengganggu tidurmu sesekali?, pikir Taehyung.
......................................................................
Hari Minggu, seperti biasanya Taehyung akan bangun lebih siang dari biasanya. Ia membuka pelan kelopak matanya. Ia segera terduduk menatap bingung ranjang miliknya.
Kemana dia?
Taehyung mencoba untuk menepis berbagai kemungkinan yang terukir di dalam otak cerdasnya. Joy tidak berada di rumahnya.
"Kemana istriku?", Taehyung bertanya pada salah satu pelayan di rumahnya.
"Tidak tahu, tuan. Tapi nyonya berpakaian rapi dan berdandan cantik",
Apa ia pergi menemui Jungkook? Tidak, tidsk mungkin.
Tak lama setelah itu Joy melangkah memasuki rumahnya bersama Taehyung.
"Ada apa? Kau mencariku?", Joy bertanya begitu mendapati Taehyung dengan baju piyamanya berdiri dengan muka muram bersama dengan seorang pelayan.
"Tuan mencari..",
"Habis bertemu Jungkook?", Joy mengerutkan alisnya bingung.
"Aku tidak perlu penjelasan. Pergilsh bersamanya. Kau bahkan boleh tidur bersamanya jika mau silahkan", Taehyung terlihat tenang. Lagi, Joy menelan kekecewaan besar. Kalimat yang tidak bisa ia terima.
"Kau tahu, Tae? Aku baru saja membatalkan keputusanku! Sedetik kau membuatku goyah selanjutnya kau menyakitiku lagi dan lagi", ia meledak. Tidak menahan isak tangisnya lagi. Taehyung menatapnya kesal. Ia tidak suka di bentak.
"Aku menyakitimu? Keterpaksaan ini yang menyakitimu", balas Taehyung tidak mau kalah. Joy menatapnya tidak percaya. Bagaimana bisa ia mencintai Taehyung?
Kebodohan mendarah daging padaku ternyata. Sejak awal aku tahu bahwa aku tidak akan pernah bisa. Bodoh kau Park Joy, Joy memaki dirinya sendiri dalam batin.
"Kau benar. Aku hanya akan terus menyakiti diriku sendiri. Maafkan aku", Joy berucap sambil menghapus air matanya kasar.
Sial! Berhentilah menangis, - Taehyung.
Joy meraih handphone nya dari dalam blazernya. Menatap Taehyung datar dan kosong. Tatapan yang tak pernah Taehyung dapat darinya.
"Soojung-ssi, lanjutkan saja. Aku tidak jadi membatalkan. Aku.. Pokoknya lanjutkan saja", terlihat Joy segera mematikan sambungan telpon nya. Joy segera melangkahkan kakinya untuk berlalu menuju kamar mereka. Taehyung memandangnya bingung segera meraih tangannya menahan Joy untuk terus melangkah.
"Untuk apa kau menghubungi Soojung?", Joy kembali menitikkan air matanya. Masa bodoh jika ia di anggap lemah oleh pria di hadapannya ini.
"Berhenti menangis. Jangan cengeng, katakan mengapa kau menghubungi pengacara itu", nada suaranya meninggi meskipun tangannya tengah mengusap lembut kedua pipi istrinya. Joy menggenggam kedua telapak tangan miik Taehyung erat. Menutup matanya menetralkan semua emosinya.
"Sudahi saja", ucap Joy lemah.
"Benar. Sudahi saja tangisanmu", balas Taehyung.
Joy tertawa pahit dengan respon bodoh Taehyung. Joy mengulurkan tangannya menyentuh rahang tegas milik prianya dan tersenyum lemah.
"Ayo berpisah. Aku sedang mengurus perceraian kita"
......................................................................
Author sedang baik hati wkwkwk. Belum 50 dah up lagi. Author harap ga ada sider2 begitu ya. Siders tuh bikin malas lanjutin works para penulis tauuuu. Jangan lupa vote n komen. Thankss
YOU ARE READING
Joy In My House (Taejoy/ Vjoy)
FanfictionTerbangun dari tidurku berbaring di samping pria dengan muka rupawan yang kukagumi selama 8 tahun belakangan. Namun ketika matanya terbuka aku tidak yakin kebahagiaan yang akan ia berikan atau sesak yang akan aku dapat - Park Joy Aku tidak tahu ujun...