Langit sore keemasan, momen penting dari setiap kejadian. Mungkin sangat amat umum, pacaran sembari menikmati senja. Tapi kenyataannya walau itu hal yang umum atau bahkan terkesan murahan, kenyataannya kami memang menikmati momennya.
Sebenarnya bukan seberapa bagus tempatnya, tapi dengan siapa kita melewatinya.
"lagi mikirin apa sih?" tanyaku melirik mas pacar yang kaya serius banget mikir
"mikirin kamu.. " jawabnya, tapi tidak melihatku
Aku memiringkan kepala, dan menatapnya
"aku disini, kenapa kamu pikirin?" tanyaku heran
"heran aja sama kamu, kamu kenapa sih nad ga pernah ngelarang saya ngerokok?"
Astaga! Kukira ada apa, ternyata hal itu yang mengganggu pikirannya?
"karena itu hak kamu, aku cuma bisa ngingetin gabisa ngelarang. Kamu udah besar, udah tau mana yang baik dan mana yang engga. Bukan ranah aku lagi untuk maksa kamu gak ngerokok, tapi aku bisa ngingetin kamu kalau rokok itu gak baik untuk kesehatan kamu. Selanjutnya kamu yang menentukan pilihan..." jelasku
"lalu, kenapa kamu ga pernah ngelarang saya boncengin temen kantor saya?"
Ini dia sedang melakukan introgasi atau bagaimana sih?
"temen kantor kamu yang mana?" tanyaku bingung, teman kantor dia banyak. Aku mana hapal yang dia tanyakan itu yang mana.
"yang mana aja, yang perempuan.. "
"karena apa ya... " aku berfikir sejenak, kayanya ini bukan masalah besar sih bagiku "karena kamu selalu minta izin, dan memang teman kamu butuh tumpangan bukan?" aku balik bertanya
"benar sih, hanya saja... Memang kamu tidak cemburu?"
"cemburu lah, aku cemburu tapi percaya sama kamu. Aku tau kamu bisa menjaga komitmen, sejatinya tanpa perlu aku berusaha keras kamu akan secara otomatis menjaga semua itu dengan baik"
"6 tahun ya na.." gumamnya sembari tersenyum
"iya.. " sahutku tertawa kecil
"ini kalau kuliah, kita udah lulus S2" bayangnya tertawa
"kalo nyicil rumah, mungkin udah lunas" tambahku tersenyum
Tangannya bergerak menggenggam tanganku. Yang tadinya tangan kami hanya bersebelahan, sekarang menjadi saling bertautan.
Dengan kaki yang menendang bebas di rumputan luas.
Mata yang menatap luas nya langit sore dengan cahaya keemasan.
"tunggu sebentar lagi ya na.. " ucapnya
Aku menoleh tanpa berkomentar apapun, aku menanti kelanjutan ucapannya.
"tunggu sebentar lagi, ada beberapa yang harus saya siapin. Mudah-mudahan minggu ini selesai, setelah itu saya akan kerumah bersama orang tua.. " lanjutnya sembari menatapku
Ini sebuah lamaran?
"jangan nangis sekarang na, saya gak bawa cincin, bunga atau apapun. Saya hanya bawa kabar, biar kamu ga terlalu terkejut" tambahnya sembari tertawa kecil
Bener-bener ya!
Dia memang pria paling tidak romantis yang pernah mengukir kisah panjang di hati."kamu emang gabisa romantis sedikit ya.. " sahutku sembari tertawa, padahal tadinya aku sudah ingin menangis
Mungkin aku harus menangis nanti saja, di hari bahagiaku