CHAPTER #1 BETRAYER

39 2 0
                                    

Sam menunduk lesu di depan pintu apartemennya. Ada sesal sekaligus kepedihan yang menghalangi kakinya melangkah kembali ke apartemen yang telah setahun ini dia tinggali bersama kekasihnya.  Seminggu sudah dia meninggalkan rumah dan menghilang tanpa jejak seperti debu,  pertengkaran hebat dengan kekasihnya sebelumnya membuatnya memutuskan pergi untuk menenangkan diri.
Dan hari ini, dia tau dia merindukan kekasihnya, semarah apapun dia , hanya dalam beberapa hari rasa rindunya akan menghapus segala amarahnya.  Sam menyadari kekeraskepalaannya, dan rasa cemburunya yang berlebihan.
Dia menghela nafas dalam – dalam, mencoba menenangkan kembali dirinya. Mengeluarkan kunci cadangan apartemen dan membukanya perlahan.
Dia membayangkan Eros akan menghambur padanya dan memeluknya sambil meminta maaf seperti biasanya. Bayangan itu mengurai senyumnya.
Dia mendengar suara shower dari kamar mandi,
“apakah eros sedang mandi?” pikirnya
Belum pula dia memasuki ruangan utama dimana tempat tidur mereka terletak, dia merasa aneh karena beberapa pakaian berserakan di lantai. Dia mengangkat salah satunya dan menyadari itu bukan pakainnya ataupun milik eros. Kepalanya seketika berat dan terasa panas dengan segala pikiran buruk. Kakinya terasa berat karena ketakutan yang menyergap.
Tangannya bergetar dan langkahnya perlahan menelusuri seerakan pakaiaan itu.
“Seseorang disana!” pekiknya dalam hati ,
Diatas ranjang mereka, ranjang yang biasa mereka tiduri berdua. Seseorang disana. Seseorang disana, seseorang yang sama sekali tidak dia kenal. ,seseorang yang membuat segala keberanian Sam menciut, yang mrmbuat debaran jantungnya semakin tak terkendali, dan gemetar seluruh badannya semakin menjadi,
“si-si -siapa ka-ka-mu?” suara Sam terdengar begitu bergetar, lirih dan seakan tenggelam oleh air mata.
Pria bertubuh kecil tanpa busana, menutupi sebagian badannya dengan bed cover, terbangun dan segera meposisikan duduknya dengan ketakutan. Dia melihat mata Sam memerah dengan seluruh badan bergetar. Pria berkulit pucat itu dengan panic berusaha mengumpulkan pakaiannya di sekitar ranjang. Dia menghindari kontak mata dengan Sam. Merasa di abaikan dan di selimuti amarah yang meleburkan ke warasannya Sam berteriak membentak pria keci itu.
“KAMU SIAPA!!” pria kecil itu semakin terlihat panic melihat amarah Sam, sesegera mungkin dia mengenakan pakaian seadanya yang ia mampu raih.
Sam tertegun , seakan seluruh tubuhnya terbakar api, dia tak bisa bergerak , berbica ataupun bahkan kembali berteriak. Kerongkongannya kering, tak satuoun kata mampu keluar dari mulutnya. Dia menatap pria kecil itu dalam diam, daadanya sesak seakan ada yg sedang mencabik di dalamnya dan membakarnya, matanya memerah dan tanpa di sadarinya airmata meluruh begitu saja dari kedua matanya. Begitu derasnya sehingga menghambat alur nafasnya. Dia tersentak. Saat seseorang muncu dari kamara mandi dengan tergesa, hanya membalutkan handuk di bagian bawah tubuhnya dan menatap panic pada  Sam. Tatapannya teralih pada pria itu. EROS , kekasihnya, waktu seakan berputar begitu lambat, Sam melihat eros dengan tanda kissmark di seluruh badan basahnya, hanya berbalut handuk yg lilitkan seadanya.

Dia menatap mata eros, menemukan sebuah kenyataan di dalamnya yang membuat Sam smakin ketakutan. Kemarahan dan Ketakutan telah menyerap seluruh energinya. Tidak ada yang tersisa bahkan untuk kakinya menopang tubuhnya. Seketika Sam ambruk tersimpuh di hadapan Eros. Menatap kosong dengan tenggorokan kering dan airmata yang tak hentinya meluruh dari kedua matanya yang memerah. Badannya bergetar makin hebar dalam ketakutan.
Eros segera menangkap tubuh Sam yang lunglai,
“sam..” panggilmya lirih
Eros memberi isyarat agar pria kecil di atas ranjangnya untuk bergegas pergi. Pria kecil itu segera pergi dengan menenteng barangnya tergesa keluar dari kamar apartemen.

Sam menunduk lemas , menutup wajahnya dengan kedua tangannya , meledak dalam tangisan . lalu berkata begitu lirih saat eroz memeluk tubuhnya yang meringkuk
“ Tolong Katakan ini semua tidak benar,” suaranya begitu bergetar , terdengar begitu pedih dan berat.
Eroz memeluk Sam lebih erat , seakan ada ketakutan yg begitu besar dalam dirinya,
“ maafkan aku Sam ….” Katanya lirih
Tangis Sam makin menyanyat saat jawaban yang ia dapat seketika seakan meremukkan rusuk dan menghancurkan jantungnya.
“ how could you……” suara lirih sam terdengar melemah
“ maafkan aku sam, demi tuhan aku tidak berniat seperti itu”
Kepala Sam seakan di pukul berkali kali hingga ia tak lagi mampu mengangkat wajahnya.
“ apa salahku eroz…. ?” Sam berusaha melepas pelukan eroz , dan dengan ragu menatap mata eroz. Eroz mengendurkan pelukannya tanpa melepasnya
“ maafkan aku Sam, aku benar – benar kacau malam tadi, aku hanya….butuh seseorang untuk menenangkanku” kata eroz
Mendengar jawaban eroz, Sam seakan di tampar begitu kencang hingga isi otaknya terhambur dan menghilangakn kewarasannya.
Dia mengangkat tinjunya dan memukul wajah Eroz begitu kuat hingga eroz terjatuh dengan susut bibir yang berdarah.
“ sammm……”
Sam berdiri dengan sisa kekuatannya
“ seseorang untuk menenangkanmu? HAH?? Membuatmu tenang? HAH?!!”
“ sam kumohon.. “ eroz berusaha menahan Sam dengan memegang kakinya
“ is his HOLE so fucking good to calm your DICK down ?? HAH?!!!”
Amarah kini menguasainya, di saat seperti , eroz tau bahkan malaikat takkan mampu menenangkan Sam.
Eroz segera bangun dan kembali memeluk Sam , Sam Menepisnya.
“ sam kumohon.. tolong dengarkan aku..eoh?? aku salah.. aku tau itu….”
Tiba – tiba sam tersenyum pahit di tengah deraian airmatanya
“ dan kamu menikmati kesalahan itu eroz, aaah kalian tampak begitu  menikmatinya , seperti itu bukan?”
“ sam.. bukan seperti itu, aku mohon …. Aku mencintaimu.”  Eroz berusaha menarik tangan Sam, namun sam menepisnya dengan keras .
“ HAHAHAHAH…..” sam tampak sedang menertawai dirinya nasib sialnya.
“saaam…..” eroz mulai khawatir melihat Sam
“ mencintaiku? Kamu mencintaiku? Jadi seperti ini caramu mencintai seseorang eroz?”
“ dengan mencintainya dan tidur dengan orang lain disaat dia tidak ada untuk menenagkanmu? Seperti itu?”
“ sam… kumohon maafkan aku…”
“ kupikir aku sangat mengenalmu eroz, ternyata aku hanya si tolol yang dibutakan oleh peraasaanku padamu,”
“ samm….. aku benar – benar mencintaimu, aku khilaf maafkan aku.. aku bersumpah tidak akan mengulanginya lagi  … hmm… kumohon “ eroz masih mencoba meminta maaf
Sam hanya terdiam dalam tatapan kosongnya saat eroz berhasil memeluknya
“ tolong jangan pergi , jangan pernah tinggalkan aku, aku tidak bisa , aku tidak siap , aku tidak akan pernah siap buat kehilangan kamu. Aku mohon.. ayo kita bicarakan semuanya lagi ya…. ?”
Perlahan Sam melepaskan pelukan eroz , melepaskan cincin yang melekat di jari manisnya. Dan melemparkannya pada Eroz.
“ kau tau Eroz, Kepercayaan  itu seperti Gelas Kristal. Sekali terjatuh dan pecah, sebaik apapun kamu memperbaikinya takkan pernah sama seperti semula”
Sam masih menunduk, lalu berbalik dengan sisa sisa kekuatannya. , membawa kembali tasnnya dan meninggalkan eroz berdiri mematung di dalam apartemen.
Sepanjang Koridor mata sam yg sembab dan merah menarik perhatian para tetangga. Namun itu tak menghentikannya, luka yang baru saja ia terima, kenyataan yang baru saja menhantamnya begitu besar hingga tidak ada lagi sisa kekautan untuk memikirkan hal lain. Dalam kekalutannya, Sam tidak tau harus kemana?
Hanya eroz yang ia miliki selama ini , Sam terlalu tergantung pada Eroz.  Hanya satu tempat yang terpikir olehnya.
Dia memanggil taksi dan segera menuju gallery seni tempat dia bekerja. Dia mengabaikan tatapan aneh supir taksi pada kondisinya yang begitu menyedihkan. Dan memintanya agar segera menuju gedung yg berjarak 20 menit perjalanan itu. Sepanjang perjalanan Sam Memejamkan mata mencoba menenangkan diri, mencerna kembali masalah yang baru saja ia hadapi.
Dia kembali berfikir , mungkin semua ini kesalahannya, jika saja , jika saja dia tak begitu keras kepala dan memulai pertengkaran dengan eroz , mungkin eroz tidak akan mencari orang lain , dan tidur dengannya. Jika ia lebih sabar dan tidak pencemburu , mungkin dia tidak akan berhianat. Sam menyalahkan dirinya. Sam kehilangan segala kepercaan pada semua orang. Bahkan pada dirinya sendiri malam ini. Ponsel sam berdering tanpa henti, dia tau itu eroz, dan ia sengaja mengabaikannya. Bahkan sopir taksipun jadi khawarir pada kondisi Sam , dan menawarkan jika Sam perlu bantuan medis. Namun sam menolak dengan baik dan hanya meminta sopit itu berhenti di Blok terakhir si ujung jalan.
Setelah memeberikan bayaran untuk taksinya, sam segera memasuki gedung berlantai dua miliknya itu. Sebuah kedai kopi di lantai satu dan  gallery seni miliknya di lantai dua. Sam naik dari tangga di samping Gedung yang lansung menuju Galeri miliknya. Di setiap jejak kakinya, dia selalu terbayang pria lain di ranjang mereka, dan beberapa kali pula kaki Sam  seakan kehilangan kekuatan.
Memasuki ruangan gelap yang di dominasi bau cat dan kanvas tua sedikit membuat Sam tenang, dia menghirup udara dalam dalam dan menghembuskannya bersama kelelahannya.tanpa menyalakan lampu sam terduduk lemas di  bawah rak cat di ujung ruangan. Badannya lemas dan kembali gemetar hebat, dadanya seakan di sayat , dia merengkuh dadanya kuat kuat , mecoba menetralisir rasa sakitnya. Rasa sesaknya membuat sam kembali menangis , melepaskan apa yang sedari tadi dia tahan,
“ kenapa harus kamu…” gumamnya lirih dalam tangisnya

Malam itu , hujan kembali mengguyur , membuat suara nyaring saat menimpa atap galvalum gallery Sam.  Dia masih terduduk lemas. Menatap kosong dan matanya masih saja melelehkan airmata tanpa henti. Sesekali dia tampak kesulitan menarik nafasnya. Berat dan panas, dadanya seakan terbakar setiap kali dia menarik nafas.
Suara langkah tergesa terdengar sedang mendekat. Dan berhenti tepat di depan pintu gallery. Mengetuk pintunya beberapa kali dan  memanggil nama Sam.
“ Sam… ayo bicara,,, aku mohon”  ada keputusasaan dalam suaranya.
“ sam kau bisa menghukumku, apapun itu, aku mohon , buka pintunya dan kita bicara dulu”
Tidak ada satupun jawaban dari Sam. Sam tau betul siapa orang di balik Pintu galerinya itu.
“ aku tau kamu di dalam Sam, ayo bicara.  Kita bicara. Aku minta maaf Sam.”
Eroz masih belum menyerah
Sam menahan tangisnya dan meredam suaranya dengan menggigit bibirnya kuat kuat.
Eroz menggedor pintu gallery, mencoba kembali mendapatkan harapan dengan keluarnya Sam.
“ sam… maafkan aku yang bodoh ini, maafkan aku…” eroz berhenti menggedor pintu
Eroz mulai kehilangan harapannya , bersandar pada pintu gallery, tubuhnya lunglai, tersimpuh di depan pintu galeri.
“ sam …    jangan seperti ini “ suaranya bergetar , ada tangis yang tertahan disana. Bersimpuh di depan pintu dia mengutuki kebodohan dirinya. Dia merutuki nafsunya yang membuat mereka berdua tersakiti lebih dari neraka. Sedang di balik pintu , dalam ruangan pengap dan gelap, Sam terduduk seperti jenazah yang baru saja ditinggalkan jiwanya.

eroz masih ditempatnya,  dan hujan semakin deras mengguyur malam. dingin musim gugur menyergap begitu dalam,  menusuk tulang dan meremukkan setiap sendi tubuh eroz .
badannya mulai gemetar karena dingin. namun dia masih terus bersimpuh di depan pintu galeri.  berharap sam membuka pintu,  dan dia bisa membujuk sam untuk memaafkannya.  dia tau sam begitu mencintainya.  sam tak pernah sekalipun marah dalam waktu yg lama. 
" saaam....  sekali saja.  biarkan aku bicara, setelah itu aku menyerahkan semua keputusan padamu.  tolong buka pintunya sam"

sam masih di tempatnya, mencoba membangunkan dirinya dari semua bayangan menakutkan di benaknya.  namun tak sesuatupun terjadi kecuali desakan airmata yg semakin membanjiri wajah pucatnya.

samar ia mendengar suara eroz memanggilnya dan terus memohon.  namun seakan semua kekuatannya terserap oleh semua amarahnya,  ia bahkan kesulitan bernafas.

susah payah dia membuka tasnya,  mengeluarkan ponselnya,  dan dengan tangan yang gemetaran dia menekan angka satu lama dan munculah nama eroz di papan panggilannya.  

" sam... sam... sam... " suara eroz tampak tergesa dan penuh kepanikan
"sam....  dengarkan aku.... tolong... " eroz masih terus berusaha memohon
suasana seketika hening saat sam memanggil nama eroz
" eroz,.. pulang saja. ...." suara sam terdengar bergetar
" tidak sam,  aku akan tetap disini,  sampai kamu keluar menemuiku"
" aku akan menemuimu esok,  sekarang pulang.. " ada kegetiran dalam. suara sam
" tapi sam....  kita pulang sama-sama ya? "
" pulang,  atau kau tidak akan pernah bisa menemuiku lagi"
suara sam yg dingin,  membuat eroz tidak mampu lagi mendebatnya
" baiklah,  aku pulang,  besok,  aku akan kesini,  menjemputmu,  kita bicara ya?" eroz tampak terbata. 
sam tidak menjawabnya,  dan hanya mematikan telfon. 
diluar galeri,  suara berat kaki eroz makin menjauh dan hilang di balik derasnya hujan.

tubuh sam terasa semakin kehilangan kekuatannya,  hingga dia tersimpuh dari posisi duduknya.  dan terbaring meringkuk memeluk ponselnya. 
dia masih tidak mempercayai apa yg baru saja dia saksikan,  dia masih menolak percaya dan terus berharap seseorang membangunkannya dari mimpi buruk. 
namun semakin dia menyangkal,  semakin sakit hatinya. dia tak pernah mempercayai siapapun selama ini,  kecuali eroz.  seseorang yg berhasil mengambil hatinya.  dan diapun tak pernah dikhianati seburuk ini,  se parah ini,  dan sesakit ini. dia mengutuki perasaannya pada eroz,  dia mengutuki nasib buruknya, dan semakin terpuruk setiap detiknya. 

suara detik jam mendominasi ruangan galeri yg gelap dan pengap, tanpa penghangat ruangan,  galeri ini tak ubahnya lemari es saat musim gugur seperti ini. dan Sam menghabiskan malamnya meringkuk diatas lantai yg dingin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRUST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang