.
.
.
.
.
.
.
Kenangan itu seperti hantu, ia tak nampak namun sedikit menakutkan bila tiba-tiba datang.
Karena sering kali sesak yang turut serta bersamanya akan sukar untuk pergi.Seperti sekarang, langit mendung di hari pertama musim hujan.
Hah....
Hati ku benar-benar turut kelabu sekarang, sebentar lagi hujan pasti akan turun, dan ingatan tentang orang itu selalu muncul.Seolah penderitaanku seharian ini belum cukup sempurna, langit pun ingin mengolokku dengan hal yang paling tak ku suka.
Hujan....,
Aku tak suka hujan....,
Karena itu mengingatkan aku pada senyumnya.Ia yang selalu berkata hujan adalah hal terbaik.
Bukan tanpa alasan, cerita cinta pertamanya selalu berkaitan dengan hujan___ katanya.
Ia akan tersenyum seperti orang hilang akal saat rintikan air mulai tiba, bercerita penuh semangat seolah tengah berperang demi keselamatan dunia.
Dia..., memuja cinta pertamanya, dan sialnya dia adalah cinta pertamaku.Ingin sekali aku menyumpal mulutnya yang tak berhenti mengoceh tentang kenangannya di masa lalu, tapi aku bisa apa?
Peranku di sini adalah sebagai seorang yang harus mendengarkan segala cuap-cuap memuakkannya itu.
Berpura-pura tersenyum, padahal sungguh ingin ku teriakki telinganya untuk move on...,
untuk berhenti mengingat-ingat masa lalu lagi.Tapi ya..., Hanya seperti itu.
Tak akan sampai hati kulakukan, karena aku tak ingin sinar bahagia di matanya redup.
...
...
...
...
...
Mendung masih setia menggantung di atas sana.Berwarna abu-abu gelap diselingi sedikit putih dibeberapa bagian, hujan akan deras.
Aku berhenti di sebuah emperan toko yang tutup, mengingat di sepanjang jalan di depan sana tak akan ada tempat berteduh, aku memutuskan untuk menghindari hujan yang mungkin turun sewaktu-waktu.
Tak terlalu buruk, disana bahkan ada tumpukan kontainer kayu yang bisa ku pakai duduk.
Aku duduk, tempat ini tepat di pinggir jalan, ransel yang ku bawa ku dekap sembari menyaksikan beberapa orang berkendara sedikit terburu-buru, mungkin berusaha untuk mencapai rumah sebelum tubuh mereka basah.
Aku tersenyum.
Bressshhhhh......
See....? Mereka senang sekali datang tiba-tiba seperti ini.
Dan sangat deras, biasanya hujan pertama memang demikian...
Beberapa orang datang ke tempatku berteduh, aku...?
Aku lebih memilih tak memperhatikan mereka.'Aishh.... Kenapa malah hujan,aku harus bertemu dengan pacarku sekarang...
Dia pasti akan marah jika aku tak jadi datang''Pacarmu itu pasti mengerti jika keadaannya memang seperti ini, jadi tenanglah dan kirimi dia pesan
Kalau disini hujan''Ya... Aku akan coba mengiriminya pesan'
Aku mendengar percakapan dua orang haksaeng berseragam SMA yang tak jauh dari tempatku duduk.
Sekali lagi aku tersenyum.
Jika kekasihnya tetap marah walau sudah diberitahu disini hujan, artinya haksaeng tadi sudah sering membatalkan janji temu mereka, dan memakai banyak alasan.
Dan mungkin kepercayaan di hati kekasihnya sedikit hilang...
..
..
Mendung masih segelap tadi, orang-orang yang berteduh disini semakin bertambah, yang awalnya hanya aku sekarang sudah ada empat orang lagi.
Beruntunglah emperan toko ini cukup luas, melihat hujan mungkin akan sedikit lama, aku memutuskan untuk mengeluarkan sebuah novel yang kira-kira baru sepertiga ku baca. Ini hadiah dari seorang ahjushi penjual buku bekas yang sering ku datangi, beberapa hari lalu aku mencari sebuah buku untuk bahan makalah, tetapi buku yang kucari tak ada.
Tak ingin aku keluar tokonya dengan tangan kosong, beliau memberiku sebuah buku tentang kehidupan seorang anak keturunan Merr (Duyung).
Aku ingin membelinya, tapi beliau bilang tak perlu, karena buku ini adalah tetralogi namun beliau hanya punya seri pertamanya, jadi lebih baik beliau berikan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR (END)
Fanfiction".....Jika sahabatmu itu adalah hujan yang tak begitu kau sukai. Aku ingin jadi petrikor yang selalu ingin kau temui, Apa itu boleh?"