2

407 33 79
                                    

.
.
.
.
Pemuda dihadapanku masih duduk di atas motornya, caranya tersenyum menahan tawa membuatku sedikit lupa jika aku sedang cukup terkejut sekarang.
Ya.., selama diperjalanan tadi kami bahkan tidak saling bicara, aku tak menunjukkan dimana arahku pulang, tapi ia mengantarkan aku tepat di depan pintu.
Bagaimana bisa?

"Kau benar-benar ingin tahu bagaimana aku tahu dimana rumahmu?" tanya-nya.

Aku mengangguk tapi juga mengambil langkah mundur, kini tanganku bahkan sudah meggenggam pintu pagar kuat-kuat, bersiap untuk kabur sewaktu-waktu.

"Bagaimana aku tak tahu jika aku tinggal diseberang rumahmu, lihat itu rumahku". ucapnya menunjuk ke arah rumah diseberang jalan, benar-benar berseberangan dengan tempat kami berdiri saat ini.

"Aku sudah 1 bulan tinggal disana, aku tinggal dengan seorang kawanku.
Kami mahasiswa baru di kampus yang sama denganmu"

Ia membuka jaketnya dan nampak tulisan ESO di kemeja putih yang ia pakai.
Ah..., kupikir tadi itu seragam SMA.

"Aku tidak tahu ada orang yang pindah"

"Aku juga tidak tahu kalau tetanggaku ternyata sangat apatis"

"Hey!!" teriakku tak terima

Dia sekali lagi tertawa.

"Aku bercanda,
Umh.., ngomong-ngomong apa kau punya cokelat hangat?
Aku sedikit kedinginan" Ucapnya lagi

Aku menepuk dahiku sendiri, bagaimana bisa aku jadi begitu tidak sopan?

"Ah..., tentu, sebentar kubuka pagarnya dulu agar motormu bisa masuk"

Ia mengangguk, menungguku membuka pagar.

"Masuklah"

"Eumh..." Ia menuntun motor besarnya, hey anak ini cukup sopan juga.

.
.
.
.
"Akan ku ambilkan handuk sebentar, tunggulah di dalam, eoh kau butuh baju ganti?"

Ia melihat pakaiannya sendiri yang basah kuyup.

"Apa kau punya baju yang cukup besar?"

"Entahlah, sepertinya ada jika itu atasan.., tapi celananya?"

"Aku bawa celana training di tasku"

"Oh..., syukurlah."

Jadi ku ambilkan ia handuk, juga baju untuk ganti.

.
.
Kamarku tak besar, tapi cukup nyaman. Melihat kondisi baju yang aku pakai, sangat tidak nyaman dalam keadaan basah seperti ini, ditambah aroma hujan benar-benar melekat di tubuh dan pakaianku.
Aku masih tak begitu suka hujan.

.
.
.
Saat aku keluar kamar, aku melihatnya duduk di kursi dapur.
Dia masih dengan baju, jaket dan celananya yang berair.

"Ini..., Apa kau menunggu lama?
Maaf aku tadi mencuci rambutku dulu.
Pakai saja kamar mandi di samping tangga, disana ada sabun dan shampo, jika kau ingin mandi.
Aku tidak tahu baju itu akan muat atau tidak, jika masih kurang besar akan ku coba carikan lagi"

"Tidak apa, kurasa ini cukup.
Dan aku tidak menunggu lama hanya sekitar 10 menit"

"Humb..., gantilah dulu sana, akan ku buatkan minuman hangat untukmu"

"Ya..."

.
.
.

Dua buah cangkir serta satu toples kue kering aku keluarkan dari dalam lemari makan.

Ibuku sering mengirimkan kue-kue semacam ini, kadang aku membagikannya pada teman-teman sekelasku karena jumlahnya sangat banyak.

Air yang ku rebus mendidih, jadi kumatikan kompornya.
Dan..., dimana aku menyimpan bubuk cokelat kemasanku?
Apa di laci?
Ah..., Ya...., Ini dia!

PETRICHOR (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang