2.

127 12 4
                                    

—————————————————
Kyera susah payah meneguk ludahnya sendiri. Kenapa dia bisa terjebak dalam situasi seperti ini? Sesaat, dunia Kyera seperti diputar. Hal ini membuat gadis itu segera mencari sesuatu untuk berpegang.

"Eh lu gapapa?" Ari secara refleks langsung menahan tangan Kyera. Sesaat ia tidak menyadari ada sesuatu yang janggal pada gadis itu. Namun kemudian ia merasakan permukaan yang tidak rata pada pergelangan tangan gadis tersebut.

"Eh, maaf ya, aku gapapa kok." Kemudian ia melepaskan genggaman Ari pada lengannya. Kyera menoleh kepada Alissa. Sejenak gamang untuk apa yang harus ia lakukan saat ini.

"Itu bekas self harm ya?" Ari sedikit mengernyit ketika mengeluarkan pertanyaan tersebut. Tapi kemudian ia menggeleng karena tidak sepantasnya ia bertindak terlalu lancang.

"Ehem." Alissa berupaya mencari topik pengganti untuk dibahas karena kelancangan Ari kali ini. "Kamu mau masuk dulu? Aku bikinin teh anget di dalem." Alissa kemudian memberi senyum sebelum ia kembali hilang dari balik daun pintu.

Hening. Kyera dan Ari menciptakan atmosfer canggung yang tidak nyaman untuk mereka berdua. Kyera mencoba menghilangkan rasa canggung di sekitarnya dengan memainkan jari-jemarinya.

"Ayo masuk..." Perkataan Ari terputus ketika ia menyadari bahwa ia belum mengenali nama gadis tersebut. Kyera mengerjap cepat seolah sadar dengan kesalahannya.

"Astaga, aku Kyera."

"Ayo masuk, Kyera." Ari tersenyum kecil. Mempersilahkan Kyera untuk masuk terlebih dahulu. Ruangan di balik pintu itu jauh lebih normal daripada ruangan toko di depan tadi.

Ada sofa, televisi, dan sebuah meja berukuran sedang di tengah ruangan di lengkapi dengan karpet berwarna abu-abu lembut sehingga ruangan ini terlihat sangat nyaman untuk ditempati. Di sisi kiri terdapat 2 pintu yang Kyera yakini adalah kamar tidur dan ada satu pintu lagi di pojok kanan ruangan yang Kyera asumsikan sebagai dapur.

Ari mendahului Kyera untuk duduk di sofa seolah dia sudah sangat biasa berada di tempat itu. Kyera kemudian menyusul dengan canggung dan ikut duduk disamping Ari.

Lama mereka terdiam meskipun keduanya sering kali melirik satu sama lain dan berusaha untuk menghilangkan kecanggungan yang ada.

"Lu masi sekolah?" Tanya Ari kemudian.

Kyera mengangguk menanggapi. "Iya, aku kelas 11."

"Beda setaun berarti sama gua. Gua kelas 12." Kyera kemudian tertawa menanggapi. Ari sejenak ikut tersenyum kecil, sebelum ia menyadari sorot kesepian tergambar jelas pada iris mata gadis itu.

"Kenapa ketawa?" Tanya Ari setelah tawa Kyera reda. Kyera menggeleng pelan, tetap dengan senyum yang tidak ia hilangkan. "Secara teknis Ari, kamu tua 11 tahun dari aku."

Belum sempat Ari menanggapi, Kyera kembali membuka suara. "Aku ga sopan ya kalau manggilnya Ari aja? Harusnya aku panggil om ya?" Kemudian gadis itu kembali tertawa.

"Sialan ya lu. Jangan gitu lah, tetep panggil Ari aja karna kan kita ketemunya pas lagi seumuran begini." Kyera mengangguk sebagai tanggapan. "Aku cuma becanda."

Kemudian Alissa datang sambil membawakan 3 cangkir teh hangat beserta beberapa cemilan. Ia meletakkannya di atas meja sebelum bergabung duduk di sofa bersama Ari dan Kyera.

"Aku Alissa." Ucap Alissa sambil menyodorkan tangannya tepat setelah ia duduk disamping Kyera.

"Aku Kyera." Kyera membalas jabatan tangan Alissa sambil kemudian tersenyum kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

10:10Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang