01

11 2 1
                                    

Di pagi hari yang cerah seorang perempuan berlari menuju gerbang sekolah. Tetapi sayang, keberuntungan tidak berpihak kepadanya.

"Pak satpam, tolong bukain gerbangnya." Perempuan itu memohon kepada satpam.

"Aduh maafin Bapak neng, bapak ga bisa bukain gerbang untuk murid yang telat." Ucap satpam tersebut.

Tidak jauh dari loby seorang lelaki mendekat kearah sang perempuan dan satpam, lelaki itu menepuk pelan pundak satpam, satpam itu menoleh "Pak, tadi Bapak di cariin sama kepala sekolah." Lelaki itu tersenyum kepada satpam tersebut.

Satpam itu menunjuk dirinya sendiri "Saya di cariin sama Bu Kepsek?" Lelaki itu hanya mengangguk dan senyumannya tetap menghiasi wajah tampannya.

Satpam itu pun bergegas mendatangi kepala sekolah. Setelah satpam itu menghilang dari pandangan Perempuan dan Lelaki tersebut, lelaki itu membukakan gerbang untuk perempuan tersebut.

Sang perempuan memperhatikan sang lelaki "Terimakasih." Ucap sang perempuan. Lelaki itu tersenyum dan menganggukan kepalanya serta bergegas dari sana menuju kelasnya. Begitupun sang perempuan.

•••

Perempuan itu berjalan perlahan menuju kelasnya, dirinya memasuki kelasnya dengan hati-hati. Untung saja kelasnya ini belum ada guru yang datang.

Sang perempuan menduduki bangkunya dan berucap syukur karna dirinya tidak terkena hukuman. Hukumannya tidak tanggung-tanggung, membersihkan wc dan memutarkan lapangan sebanyak 10x tanpa beristirahat.

Perempuan itu bernama Puji. Puji adalah siswi dengan prestasi yang sangat mengejutkan, Puji adalah murid favorit untuk para Guru di SMA ini.

Puji telah banyak memenangkan olimpiade, prestasinya sangat mengejutkan, Puji telah mengharumkan nama sekolahnya. Dirinya baru pertama kali ini telat datang ke sekolah, malu rasanya ketika dirimu yang biasanya tepat waktu dan kini telat. Apalagi dirinya adalah Murid kebanggaan Guru-guru.

Puji menolehkan kepalanya ke kanan, ia melihat sahabatnya sedang bermain Handphone-nya dengan asik. Sahabatnya itu bernama Arlin, nama lengkapnya Arlin Fernandes, Arlin adalah sahabatnya dari kelas 10 hingga sekarang kelas 12.

Arlin mempunyai sikap yang tidak terduga, terlihat seperti perempuan yang manja. Tetapi sikapnya berbanding balik dengan covernya, sikapnya terlalu frontal, simpel, kata-katanya dapat membuat dada sesak, tidak banyak berbicara itu mengapa Puji bersahabat dengan Arlin. Arlin berteman tidak neko-neko seperti murid lainnya.

Puji menepuk bahu Arlin, Arlin hanya menoleh dan tersenyum "Kenapa Ji? Kangen ya lo sama gue?" Ucap Arlin dengan kekehannya.

Puji tersenyum "Iya gue kangen lo Lin, huhu." Balas Puji bersahabat "Gue mau curhat sama lo, Lin" Lanjut Puji. Arlin langsung menyimpan Handphone-nya di meja.

"Mau curhat apa, Ji?" Tanya Arlin antusias, tidak biasanya Puji ingin bercerita atau curhat-curhat seperti ini, jadi Arlin sangat antusias.

"Tentang dia, Lin." Senyum Puji makin lebar "Tadi kan gue telat Lin, terus gue di tolongin sama dia." Puji membayangkan kejadian pagi tadi dan tersenyum tidak jelas.

"Wah yang bener lo, Ji? Bagus dong." Senyum tipis menghiasi bibir Arlin "Gue kira lo mau curhat apa gitu." Lanjut Arlin terkekeh, puji hanya tersenyum membayangkan pagi tadi

Guru pun memasuki kelas "Selamat pagi anak-anak, maaf Ibu telat ya, ada rapat dadakan. Ibu kesini hanya ingin memberi tugas untuk kalian." Setelah Guru itu memberikan tugas, sebelum keluar kelas "Jangan ada yang berisik, keluar kelas dan lain-lain ya anak-anak."

"Baik Bu.." Ucap seluruh siswa & siswi. Walaupun seperti itu, mereka tetap berisik dan keluar kelas menuju kantin.

•••

Bell istirahat berbunyi.

Puji dan Arlin serta ketiga teman dekatnya menuju kantin bersama. Ya mereka berlima Puji, Arlin, Ginta, Dewi, dan Putri mereka berteman dekat. Tetapi tidak sedekat Puji dan Arlin.

Ginta itu memikiki humor yang bagus loluconnya sangat lucu, Dewi itu memiliki kemampuan merias yang sangat luar biasa, Putri itu lemot tetapi dirinya bagaikan ibu dalam persahabatan mereka.

Mereka berlima menuju kantin dengan candaan dan gurauan dari Ginta, setiap saat mereka selalu seperti ini, hangat bukan? Tentu.

Mereka pun sampai di kantin, di kantin tidak terlalu ramai. Mereka pun memesan pesanan mereka sesuai selera. Setelah memesan pesanannya mereka membawanya ke meja yang sudah disiapkan di kantin untuk para siswa & siwi. Mereka pun menyantap makanannya dengan hati-hati.

Setelah selesai dengan makanan dan minumannya, mereka berbicara dan bercanda gurau. Seperti biasa.

"Gimana kita pulang sekolah nanti jalan-jalan?" Usul Dewi "Sekalian liat-liat make up, bonus-nya palingan ngeliat cogan" Tambahnya lagi.

"Ide bagus tuh tumben otak lo bener, service di mana Dew? Hahahaha" Tanya Ginta sekaligus tertawa.

Dewi hanya cemberut "Jangan gitu, kasian si Dewi." Putri membela Dewi.

Puji hanya menyimak dan sesekali tersenyum kepada mereka bertiga, Arlin? Jangan di tanya, Arlin hanya cuek dan fokus kepada Handphone-nya.

Tanpa mereka sadari bola basket melayang ke arah mereka, lebih tepatnya mengarah ke arah Puji.

Dan . . . 

"Aww.." Ringis Puji, ya bola itu tepat mengenai kepala Puji. Puji hanya memegangin kepalanya dan memejamkan matanya.

Arlin melirik sekilas ke arah Puji, dan ke arah Siswa yang mendekat untuk mengambil bolanya.

Siswa itu hanya mengambil bola basketnya, tidak meminta maaf kepada Puji. Arlin yang melihat itu berdiri, dan mendekat kearah siswa itu lalu menarik bahu siswa itu.

Siswa itu berbalik badan, mengerutkan dahinya "Why? Lo siapa?" Tanya siswa itu. Arlin geram "Lo masih nanya gue siapa?" Arlin mencengkram kerah baju seragam siswa tersebut.

Arlin menarik kerah baju siswa itu dan mendekat ke arah Puji. Arlin mendorong siswa itu kedepan Puji "Sekarang lo minta maaf sama temen gue" Ucap Arlin.

"Ga, lo siapa nyuruh gue buat minta maaf sama dia, hah?!" Bentak siswa itu. Arlin mengepalkan tangannya kuat-kuat, dan Arlin memberi bogeman mentah.. 

BUGH. . . 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Visible MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang