3

65 1 1
                                    

Kenapa ya, niatan marah gue langsung lenyap kalo liat dika.

Aduhduhduh bingung.

Ganteng banget astagaaaaa.

"Dikaaaa, kebetulan ya kita ketemu. Jodoh mungkin" sahutku asal.

Tuhkan, dia muter mata aja gantengnya naujubilleh.

"Ekhem, gue kabarin nina aja kali ya kalo pacar tersayangnya itu digebetin sama sahabatnya sendiri"

Yah nenek lampir berulah.

"Yee sotoy" cibirku gak mau ambil pusing.

Buset mata cantika mau keluar. Ceyem.

"Gampang sih, fotonya tinggal gue sebar ke nina"

"Yee sotoy, nina nya aja tau, orang gue lagi nyari nina tadi" sahutku.

"Kalo gue pasang dimading sekolah gimana?" Cantika tersenyum miring.

"Yang penting, orang yang bersangkutan udah tau, nyonya"

"Reputasi bagus lo jadi jelek mau? Nanti disebut sebagai 'pho sahabat sendiri'"

"Licik" cibirku.

Yee malah ketawa.

"Lo jadi babu kita selama 2 bulan dan kita akan hapus foto ini.

Atau.. kalo lo gak mau, yah ntah berapa orang yang nge cap lo sebagai pho" penawaran yang gak ada bagus bagusnya.

kalo gue jadi babu mereka, otomatis gue lebih sering ketemu dika dong ya.

Kalo gue dicap sebagai pho... itu jauh lebih buruk.

Pdkt boleh lah.

"oke gue jadi babu lo tapi cuma 2 bulan" kataku sambil tersenyum manis, dan menatap dika yang menghela nafas berat.

Inilah dimulai pdkt yang beneran antara gue dan dika. Yuhuuu welcome to my life dika!

----------------------------------------------

"Semuanya dimulai hari ini" tekan cantika saat gue baru aja nyampe sekolah.

Emang gak ada hati ya ntuh orang.

"Iye iye bawel" dumel ku lalu meninggalkannya.

"Elinnn, lo udah ngerjain prnya pak tirto belom? Gue belomm, nyontek plis" yee dasar nina, temennya baru masuk juga bukannya say hello malah nyontek pr.

"Iye iye dah nih" kataku mengeluarkan buku.

"Sip sip thanks" ngebut amat nulisnya.

"Elinnn sini!!!" Regan? Ngapain sahabatnya si ganteng dika manggil gue.

"Nin, gue keluar dulu ye"

"Apaan? Tumben banget lo manggil gue" kataku.

"Beliin gue minum dong, haus nih"

Ebuset.

"Dih najong, siapa lo coba" kataku sebal.

"Lo lupa yang kemaren?" Goda nya.

Kemaren? Hmm oh ya babu ya. Ah mager sumpah.

"Gitu doang lo minta orang lain? Sumpah regan gue mager banget"

"Oh ayolah linn plis" katanya memohon. Oh god oke janji tetaplah janji.

"Mana uang lo?"

"Nih, yang dingin ye, air mineral aje"

"Iye iye dah bawel" kataku nge dumel lalu ke kantin.

Loh ya pagi pagi gini stand nya banyak yang belom buka lah. Gimana sih regan oon banget.

Gak ada yang jual air mineral lagi.

"Woy air mineralnya gak ada, ini masih pagi dodol, belom banyak yang buka" kataku saat menemukannya duduk dibangku sekolah.

"Ye elu kan bisa beliin gue yang lain, beliin sana" katanya mendorong ku.

Babu asli.

-----------------------------

Sumpah gue gak tahan. Tiap hari ada aja yang nyuruh gue ini itu. Mending kalo itu dika, ini bukan. Regan lah, ghifari lah, cantika lah, semuanya bikin ribet.

Tapi.. dika gak pernah. Padahal yang gue harapin kan dika.

Mana hari ini gue harus pulang jalan kaki lagi.

Motor gue dibengkel, emak gue mana mau. Alasangnnya pasti males.

Apes apes.

Kudengar orang menghela nafas kasar. Siapa ya? Mana sepi lagi erggh.

Dika? What? Dika? Iya itu dika!! Yuhu keberuntungan selalu ada diatas keapesan.

"Dika!" Teriakku. Dia menoleh, lalu menghela nafas lebih kasar.

Yee beban banget gue bagi hidupnya.

"Apa?" Sahutnya malas.

"Ngapain?" Tanyaku saat melihatnya hanya duduk sambil melihat ke arah motor gedenya itu.

"Bensin gue habis, mana pombensin jauh lagi" dumlenya gak karuan.

Aku cekikikan. Lucu liat dia frustasi gini.

"Emang dengan cara lo duduk sambil nge dumel gitu bisa bikin bensin nya ada ya?" Tanyaku cekikikan.

"Maksud lo?" Tanyanya bingung.

Gue hanya menghela napas pasrah dengan kebodohannya.

Gue memegang motornya dari sebelah kanan.

"Eh eh lo mau ngapain motor gue?" Tanyanya panik.

Astaga.

"Lo pegang kemudi motor dari kiri. Kita tuntun motor ini bareng bareng ke pombensin. Lo gak mungkin sendiri kan ya?" Tanyaku sambil tersenyum.

Dengan sedikit bingung, dia mengikuti perintahku.

Didalam perjalanan, kita hanya diam.

"Kenapa lo mau bantu gue?" Tanyanya mengernyitkan kening.

Gue hanya mengangkat bahu karna gue juga gak tau alasannya.

Dia masih menatapku penuh pertanyaan.

"Karna gue orang baik.. mungkin"

"Pede" cibirnya.

Gue cekikikan, lagi.

"Emang gue gak boleh bantu lo?" Kataku balik tanya.

Gantian dia yang mengangguk bahu.

"Boleh aja, kalo lo mau" katanya datar.

"Pombensinnya sebentar lagi" kataku sambil menunjukkan memakai daguku.

"Emang lo gak keberatan?" Tanyanya bingung.

Aduh lucunya.

"Lo perhatian banget sih sama gue, jangan jadi php dong" kataku pura pura cemberut.

Dia memutar mata malas, "sekali elin tetap elin" dumelnya.

Gue ketawa mendengarnya. "Karna gue cewek kuat" kataku membanggakan diri sendiri.

"Nyampe" kataku saat kita sampai pada tujuan.

"Masalah lo udah selesai kan? Gue duluan ya" kataku lalu melenggang pergi.

"Lo naik apa?" Tanyanya.

"Jalan kaki" jawabku seadanya.

"Hmm mau bareng gue?" Tawarnya.

Kesempatan bagus. Tapi.. gue lagi pingin jalan kaki.

"Gak ah makasih" kataku menolak.

Gue hanya mengangguk.

"Elin, makasih" jawabnya tulus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang