1. Pembukaan

6.1K 465 66
                                    

"Bunda mana? Kok ilang? Waktu Amir tidur bunda masih disini, kok udah nggak ada ya?" Amir kebingungan. Duduk ditengah kasur bergambar spongebob, menggaruk pipi gembulnya yang dihiasi iler.

Disebelah kanannya, Amar masih tidur, selimutan, melungker koyo uler, weslah pokoknya enak banget. Palingan kalau ada gempa yang terakhir selamat si Amar. Kalau udah tidur nggak ingat apa-apa.

Bocah ganteng lima tahun itu menoel bahu Amar. "Mar! Amar! Cari bunda yuk! Amir mau mandi nih, hari ini kita kan sekolah Mar."

Weladalah... kembarannya malah nggerundel. Mengibaskan selimutnya kearah kembarannya kesal. "Emoh Mir! Amar masih ngantuk, nggak mau sekolah. Nanti ketemu cikgu besaarr."

Pokoknya Amar nggak mau sekolah titik! Serem banget deh kalau punya guru macam cikgu besar di kartun UpinIpin yang biasa dia tonton. Masak Mail yang jualan bantuin emaknya diomelin. Apalagi Amar yang masih suka pakai kalung dot, bisa ditiup sampai Mars dong dia.

Hih... mendingan Amar ikut mas Abi ke kampus. Suka banyak cewek cantik yang ngerubungin. Temen- temen mas Abi juga sering traktir Amar makanan minuman enak-enak. Dan banyak yang bilang Amar ganteng, fakta kalau itu!

"Masa iya ada cikgu besar? Tapi Amir maunya sama cikgu Jasmine."

"Ada Mir, makanya Amar nggak mau sekolah, takut! Nanti kita dimakan gimana?" Amar menakut-nakuti. Amir yang memang penakut ikut-ikutan berbaring disebelah Amar. Kepalanya dia tutupi selimut.

"Nanti kalau ada bunda kita pura-pura tidur ya, Mir."

Amir mengangguk setuju. Kalau urusan membodohi kembarannya Amar memang diciptakan untuk itu. Jahil abis anaknya bapak Satria emang. Sedang Amir, anak ganteng yang penurut dan sedikit penakut dengan orang asing.

"Ote, berarti matanya harus merem ya? Gini ya Mar?" Amir mencontohkan.

Amar mengangguk, mengacungkan jempolnya kedepan wajah sang adik. "Bagooosss! Amir makin pinter. Pokoknya awas ya nanti kalau ada bunda kamu kegirangan. Amar nggak mau main sama Amir lagi, Amar mau main sama Sean aja."

"Iya... iya... Amir kan udah pinter. Kalau ada bunda Amir nggak bakalan peluk."

"Janji?" Amar menyodorkan kelingkingnya. Yang segera dikait kelingking Amir.

"Janji."

"Yaudah sekarang merem."

"Ote."

Pecinta kartun spongebob padahal sudah diulang-ulang ratusan kali itu bersekongkol untuk mengelabuhi sang bunda. Hih nggak tau aja kalau bundanya itu ratunya kancil, mana bisa dikadalin.

***

Farissa berkutat didapur. Menyiapkan sarapan dan teh hijau untuk suaminya yang sudah nongkrong sejak lima menit yang lalu dimeja makan.

Jangan tanyakan lagi gimana penampilan bapak Satria diusianya yang menginjak 45 tahun. Nggak ada tua-tuanya sama sekali. Malah tambah hot, badannya tambah bagus, kecuali uban yang sudah hampir separuh dikepalanya. Yang lain mah masih top markotop, masih ehem gagah perkasa gitulah.

Setiap hari Farissa harus cemburu nggak jelas kalau ada komentar di instagramnya yang mengelu-elukan suaminya. Idih... nggak bakalan deh Farissa posting-posting foto suaminya lagi. Kalau perlu, pas foto keluarga, wajah Satria diblur aja, biar nggak makan hati bacain komentar bibit pelakor.

Alhamdulillah bapak Satria udah klepek-klepek sama Farissa. Nggak ada niatan main belakang sama yang lebih cantik. Awas aja kalau ada niatan barang secuil, bakalan Farissa bikin muntah paku, muntah palu, muntah bata. Sekalian tuh bikin rumah!

Bapak Jadi Imam Saya, Yuk! 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang