NARA

77 23 44
                                    

[hari pertama Di'Jakarta]

Tok! tok! tok!

"Sayang sudah pagi ayo bangun"

Hari pertama di Jakarta,dengan keadaan yang masih lelah,cwe itu berusaha untuk membuka matanya.Berat sekali,seperti ada lem yang melekat kuat di matanya.

"Hoam,akh apani berisik bener"

Dengan wajah yang berantakan,cwe itu berusaha membuka kedua matanya.Rambut yang terurai namun berantakan itu,memperlihatkan bahwa dia benar-benar lelah dan enggan untuk membuka mata.

Setelah matanya terbuka dia mengambil ponselnya,walaupun sebenarnya,sejak kemarin malam sudah ada di bawah bantalnya.
Bukan alasan karena dia takut ponselnya di ambil maling,namun itu sudah kebiasaannya,setiap malam dia menyempatkan membaca komik online secara gratis di ponselnya hingga larut malam,sampai-sampai dia tertidur dan melupakan ponsel yang sebenarnya masih menyala.

"Udah pagi ya,gw kira masih subuh"

Diapun beranjak dari tempat tidurnya,berjalan dengan sedikit menyeret kakinya.

Clek

"ASTAGA SETAN!"

"MANA MANA SETAN,MANA WOI SINI GW SLEPET"

"Yatuhan nara!,kamu itu bangun tidur,cuci muka dulu gitu,rambut diiket atau gimana,kalau kaya gini kan bunda kira kamu setan yang mau culik bunda cantikmu ini". kata ana yang dari tadi berusaha menenangkan dirinya ketika dia kaget melihat nara keluar dari kamar.

"Bunda ini kalau ngomong sembarangan,cantik-cantik gini di bilang setan" kata Nara tak mah kalah dengan ibunya.

"Cantik dari mananya,udah sana cuci muka,terus turun kebawah ya kita makan bareng-bareng"
Anapun kemudian meninggalkan Nara yang masih berdiri lemas di depan pintu kamarnya.

"NARA CEPETAN!" bentak Ana dari kejauhan.

"Akh iya bun,iya bentar"
Nara masuk kembali ke kamarnya,mengambil handuk,dan kemudian masuk ke kamar mandi.

Rumah yang tidak begitu besar,walaupun begitu namun bagi Nara ini sudah lebih dari kata cukup.Tak selang lama,Nara pun keluar dari kamar mandinya,dengan tampilan sebuah handuk yang melilit di seluruh badan kecilnya.
Dengan tengtop dan rambut yang dibiarkan terurai,Nara keluar dari kamarnya,berjalan ke meja makan yang ada di sisi kiri dapur.

"Bunda lagi masak apa?,mau Nara bantu?" tanya Nara sambil melihat Ana yang sedang memotong sosis.

"Akh tidak usah sayang,udah selesai ko,ayo sekarang kita duduk dan makan bersama"

Dengan senyuman yang masih mengembang di bibir Ana,dia berjalan menuju meja makan yang tadi sudah dia bersihkin,mengetahui kalau tidak mungkin bila nanti Nara yang akan membersihkan meja itu,apalagi sifat Nara yang lebih gemar bersantai di kamarnya.

Nara bisa mengabiskan berjam jam waktunya atau bahkan seharian hanya dengan membaca buku di kamarnya itu,ya walaupun begitu membaca memang hoby Nara sejak dia kelas empat SD.Lebih lagi dulu semenjak mendiang ayahnya, Nara sering sekali mendapatkan sebuah buku,entah itu buku cerita ataupun buku yang mengandung pembelajaran.

Nara tak segan untuk membaca buku itu,apalagi ayahnya sendiri yang membelikannya,sungguh kebahagiaan tersendiri bagi Nara untuk selalu melihat ayah kesayangannya itu tersenyum kepadanya.

"Masak apani bun?"

"Cuma nasi goreng,kenapa?,kamu mau makan yang lain?" tanya Ana sembari mengambil piring untuk mereka berdua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GATHANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang