Prologue

27 3 1
                                    

Ketika aku lahir, mereka berkata bahwa semua orang di rumahku berteriak-teriak. Lonceng-lonceng berdentangan, seakan menyambut kelahiranku. Pada malam sebelas bintang, aku terlahir.

Namun ada satu masalah.

" Dokter, mata sebelah kirinya kenapa ?"

Aku memiliki dua warna mata yang berbeda. Mata sebelah kananku warnanya hitam pada umumnya. Namun, mata sebelah kiriku berwarna biru safir. Hal ini mengejutkan seisi rumah.

Sejak kejadian ini, orang-orang terus membicarakan tentang warna mataku. Bibiku berkata bahwa perbedaan kedua mataku adalah berkat, tapi pendapatnya itu sangat bertolak belakang dari kedua orang tuaku. Mereka justru tak senang ketika melihat warna mata kiriku. Pandangan mereka, dua warna yang beda pada kedua mataku adalah malapetaka.

Bibiku bercerita bahwa banyak orang yang berteriak ketika aku lahir. Namun sebenarnya, teriakan itu bukan dari seisi rumah. Tidak ada yang berteriak kala itu kecuali ibu. Tapi, teriakan itu terus muncul dan menggema di rumah.

Mungkin karena kejadian inilah ayah dan ibu menyebutku malapetaka. Tapi sampai sekarang mungkin sudah mereka lupakan.

Terkadang, aku merasa aneh dengan mata kiriku ini. Sakit terkadang muncul secara tiba -tiba pada mata kiriku. Di balik sakit ini, aku seperti melihat sesuatu. Dan sesuatu yang kulihat ini awalnya kusepelekan. Sampai aku akhirnya tersadar. Bahwa dibalik sakit mataku, inilah berkat yang dimaksud bibi.

❇⭐❇
• S A P P H I R E •
Prologue
❇⭐❇

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S A P P H I R ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang