Pagi, Dears! ^^
Pagi ini jadwalnya Aira update, ya ...
Semoga menghibur dan kalian suka.
Jangan lupa vote sebelum membaca dan komentar di akhir cerita.
Happy reading! ^^
***
Aira berusaha keras menutupi terjangan badai yang sedang terjadi dalam hati dan benaknya. Dia mulai memikirkan hal-hal baik dan indah kebersamaannya dengan Ardi. Tingkah konyol Ardi, sikap manisnya, atau apa pun yang mampu mengalihkan pikirannya sejenak. Dia tidak ingin membuat makan malam bersejarah ini berakhir canggung.
Setelah cukup mengontrol diri, Aira pun bersikap biasa saja. Dia mulai menyendok kembali makanannya dan menyantapnya dengan lahap meskipun hanya rasa hambar yang tercecap. Mendengar tidak ada dentingan sendok selain darinya, dia lantas sedikit mengangkat kepala dan membalas tatapan semua orang yang tengah tertuju padanya.
"Kenapa?" tanyanya dengan nada yang sengaja dibuat senormal mungkin.
Tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaan Aira. Semuanya kompak bungkam dan memberikan tatapan prihatin. Aira benci tatapan itu. Baginya, tatapan seperti itu tak ubahnya tatapan kasihan. Sementara dirinya tak ingin terlihat seperti wanita lemah yang patut dikasihani.
Aira menyuap nasi dan telur balado dalam suapan besar sembari memerhatikan. Setelah mengunyah beberapa kali dan menelannya, dia pun berkata, "Kalian sudah selesai makan?" Dia kemudian melirik masing-masing piring mereka. "Mubadzir loh kalau makanan tidak dihabiskan. Di luar sana, banyak yang banting tulang untuk sekadar makan sesuap." Aira menatap serius setiap manik mata yang masih menambatkan pandangan padanya.
Tak berselang lama, Johan mengulurkan tangan pada Marta. Digenggam dan diremasnya lembut tangan istrinya itu. Seutas senyum terbit menghiasi bibirnya yang keunguan.
"Papi cuma tidak ingin melewatkan satu detik pun melihatmu, Sayang. Papi suka lihat kamu makan dengan lahap seperti sekarang. Kadang Papi dan Mami khawatir dan sering memikirkan bagaimana Ardi menghidupimu selama jauh dari kami," tutur Johan diikuti anggukan Marta.
Aira tersenyum. Dia menuntaskan makanannya yang tinggal sedikit, lalu menangkupkan sendok dan garpunya tanda selesai. Dia kemudian menatap Johan dan Marta. "Ardi baik kok, Pi, Mi. Sangat baik malahan dalam memperlakukan Aira. Karena itu, Aira tidak pernah ragu menerima lamarannya satu tahun lalu. Aira jatuh cinta dengan perlakuan lembut Ardi. Dia menjaga Aira seolah-olah aku ini sangat berharga untuknya."
Benak Aira menerawang bagaimana Ardi tetap memilih menahan hasratnya di saat dirinya menggoda pria itu gila-gilaan. Jika saja pria itu bukan Gede Ardi Prambudi, maka pria itu sudah pasti tidak akan melewatkan kesempatan untuk menikmati tubuh Aira. Akan tetapi, Ardi berbeda dari pria kebanyakan. Pria itu bahkan rela meredam hasratnya dengan air dingin sekalipun tengah malam atau pagi buta saat Aira sengaja menggoda.
"Kakak senang mendengarnya." Dania menyambar. "Kamu bahagia kan bersama Ardi, Dek?"
Aira terdiam sejenak. Glabelanya mengernyit membentuk lipatan-lipatan halus. "Memangnya apa lagi yang bisa aku rasakan selain sangat bahagia menjadi calon pendamping pria sehebat Ardi?" tanyanya retoris. Dia lantas beralih menatap Haikal. Diulasnya senyum sumir. "Saat ini, hanya Ardi yang aku miliki dan cintai. Aku sudah tidak memedulikan apa pun lagi karena kami sudah memiliki impian kami sendiri di masa depan. Ardi sudah memberikan yang terbaik untukku, pun aku ingin begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✔ | FIN
RomanceAira pernah terpuruk. Cintanya yang terlalu besar pada Evan pernah membuatnya gila ketika pria itu memilih meninggalkannya demi menikahi wanita lain. Dalam masa kelam itu, Aira tidak menemukan sebuh kewarasan selain mati untuk mengakhiri rasa sakit...