Three

12 2 0
                                    

Raja menyiapkan dirinya untuk menyatakan perasaan pada Aleta. Rasa khawatir berkecamuk dalam hatinya. Khawatir jika Aleta akan menolak karna dirinya mengajak untuk pacaran diam-diam dan yang lebih parah lagi kalau Aleta menolak karna tak ada perasaan padanya. Sungguh SADBOY!

"Gar, gue ngomongnya kayak mana? Kapan?" Raja mondar-mandir didepan Gara membuat saudara kembarnya itu jengah.

"Ya tinggal bilang, Mau gak pacaran diem-diem sama gue? Selesai Ja"

Raja menimpuk kepala Gara dengan bantal. Dia kira bisa sangat semudah itu mengucapkannya? "Plis ya Gar. Saran lu gak berguna kayaknya"

"Bersyukur lo ada gue yang tidak termasuk anggota Osis ataupun geng lo itu"

"Bisa gak sih berhenti nyerocos?"

"Bisa gak sih berhenti kek orang autis kayak gitu?" Raja duduk dengan resah. Diam saja lah dia, membalas membuatnya makin pusing.

"Jadi gue harus gimana Garaa?" Tanya Raja frustasi.

"Lo tau Raja? Gue gak ngerti masalah gituan, sumpah dah"

"Iyalah, kerjaan lo cuman bisa php-in anak orang, right?" Raja tersenyum sarkas. Merasa puas membuat wajah kembarannya kaku dan pias.

"Makanya kalau gak punya keberanian mending gausah sok-sok'an deketin cewek. Kasihan tuh ceweknya lo gantungin" Gara hanya diam mendengar cerocosan Raja. Eh tapi, Raja tau dari mana? Oh ya pasti dari Aleta.

"Diem lo bagong. Kan lu yang pengen nembak si Aleta kenapa malah gue yang kena?"

"Simple sih" Raja menyandarkan punggunya pada sandaran sofa.

"Apa?" Tanya Gara penasaran

Raja menegakkan badannya, menatap Gara remeh "Karna anda lebih bego dari saya tuan Anggara Pradipta"

"Yeuuu si bagong"

Raja tertawa melihat wajah kembarannya yang kesal. Mungkin dia kalau kesal akan seperti itu? "Yaudah, gue pake cara gue sendiri aja" Final Raja akhirnya.

Gara hanya bisa mengedikkan bahunya acuh. Merasa tidak begitu tertarik dengan pembahasan soal wanita. "Btw Gar" Ucap Raja. Gara kembali melihat Raja yang sebelumnya cowok itu fokus pada layar ponsel.

"Lo... Kapan jadi gentle?"

~~~

Raja tersenyum samar saat melihat Aleta di koridor sekolah. Cowok itu berjalan tegap dengan tas dia biarkan tertenteng di tangan kanannya. Terlihat ringan karna dia hanya membawa ponsel, rokok, beserta pematrik-nya.

Aleta berjalan seperti orang yang ketakutan karna bertemu preman. Cewek itu berjalan menunduk dan sangat pelan.

Raja dan Aleta berpapasan. Tangan Raja bergerak menautkan jarinya pada jari Aleta, sebentar. Jantung Aleta terasa ingin meledak. Ini seperti kisah roman picisan!

"Ketemu di tempat biasa, jangan telat apapun alasannya" Bisik Raja dengan suara beratnya. Aleta tetap berjalan mengabaikan ucapan Raja. Toh, Aleta tidak mungkin menatap Raja dan mengatakan 'iya nanti gue kesana, gausah bawel' itu akan memancing suasana panas.

"ALETA" Aleta mendongak. Sudah terlihat Revi yang berkacak pinggang di depan ruang osis.

"Apaan sih Vi? Masih pagi loh ini. Galuh aja gak serepot lo tuh" Protes Aleta jengah.

Revi menatap Aleta tajam. "Dia santai karna dia cowok" Jawabnya gak nyambung.

"Ck. Apaan?" Putus Aleta kesal. Kalau diperpanjang, Revi akan menyindir di rapat osis nanti dengan ucapan seperti :

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MOTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang