Pt.1 -Sejejak Pikiran- |Boruto x Sarada|

278 22 13
                                    


Ah, tidak ada yang lebih menyenangkan selain menikmati angin sepoi-sepoi dari taman Senju, setidaknya itulah yang dipikirkan Sarada sekarang.

Rambut hitamnya, kacamata merahnya, manik hitamnya yang bulat sempurna begitu menawan, sehingga membuat burung-burung berkicau dengan indahnya.
Ditemani seekor kucing putih di pangkuannya, dia melihat hamparan air kolam yang begitu menenangkan, tidak sampai perkataan Baka Boruto terngiang lagi di kepalanya.

"Cih, baka Boruto !" dia mengumpat pelan.
Hari ini dia harus memikirkan pemuda berambut kuning itu akibat perkataannya yang sangat menusuk hatinya.

"Itu bukan urusanmu, Sarada ! Aku tetap akan pergi, maafkan aku..." ucap Boruto sambil menatap Sarada kasihan.

"Baiklah, tapi dalam waktu dekat jangan berani mendekatiku !" dengus Sarada.
Dengan langkah berat, kakinya melangkah meninggalkan tempat itu.

"Aku tidak mau..." ucap Boruto pelan.

"Aku tidak akan menjauhimu, karna aku... mencintaimu..." Sarada menoleh dan mendapati Boruto yang tersenyum.

Oh, pipinya merona.
Jangan salahkan Boruto yang membuat Sarada mengingat kata sederhana namun manis itu.
Sarada sendiri yang sudah menaruh rasa kepada anak dari Nanadaime itu.

"Ssbenarnya aku bercanda waktu mengatakan dia tak boleh mendekatiku... Tapi sepertinya dia serius akan hal itu..." ucap Sarada lemah.

"Bagaimana ini, Shiro ?"
Sarada mengelus kucing putih di pangkuannnya, sambil berusaha melepaskan figur rambut kuning di kepalanya.

"Apanya yang bagaimana ?"
Suara itu tak asing lagi.
Walaupun Sarada sudah merasakan kehadirannya, tapi dia tak mau bergeming atau sekedar berpindah satu senti pun.

"Tidak ada." tukas Sarada singkat.

Kini Boruto menjatuhkan bokongnya persis di kursi taman sebelah Sarada.
Oh Tuhan, bisakah dia tidak bertemu Boruto untuk sesaat ? Jantungnya tidak kuat, sungguh !

"J-jangan dekat-dekat !" Sarada terbata-bata.

Kegugupan itu cukup jadi bukti bahwa dia memang sedang tak ingin dekat dengan Boruto.
Dia menggeser sedikit posisi duduknya, namun tak mengganggu tidur nyenyak Shiro.

Boruto melenguh lelah, sangat lelah karena sifat menyebalkan gadis satu ini.
Dia mengeluarkan sesuatu dari kantungnya lalu melihat Sarada lagi.

"Sarada, ini untukmu..." Boruto menepuk pundak Sarada, mengakibatkan empunya berhadapan dengan Boruto.

Sebuah kalung berbentuk baut yang selalu dipakainya kini berada di genggaman Sarada.

"Simpan ini, agar kau tak merindukanku, karna rindu itu berat, biar aku saja..." ucap Boruto terkekeh.

Sarada mendengarnya dengan sadar, sadar sehingga pipinya kembali merona.

"Aku seperti pernah mendengar kata-kata itu..." gumam Sarada pelan.
Di satu sisi Boruto terkejut namun kemudian tertawa.

"S-sudahlah jangan pikirkan itu, aku akan pergi..."
Boruto bangkit dengan perasaan bersalah.

Ketika dia baru berjalan dua langkah, pinggangnya tertahan oleh sepasang tangan kecil.
Dia tersenyum.
Bahkan di hari seperti ini gadis itu tetap saja penuh misteri.
Kadang dingin, kadang ceria.

"J-jangan pergi..." Sarada bergetar menahan isakannya, membuat Boruto mau tak mau berbalik menghadapnya.

Hujan mulai turun.
Boruto membawa Sarada ke dalam pelukannya, mengelus punggung ratanya yang empunya masih saja mengeluarkan isakan yang memilukan.

"Hk, hiks..."
Hujan semakin turun dengan deras, namun tak membuat kedua insan itu hengkang dari tempatnya.

"Kumohon..." nada bicara Sarada terdengar seperti nada memohon.
Dia tak lagi mengalungkan tangannya di pinggang Boruto.
Namun kali ini kedua tangannya dia himpitkan diantara dadanya dan dada Boruto.

"Hei, berhenti menangis Sarada..."
Boruto mengelus rambut basah Sarada.

"K-kau tidak mengerti perasaanku..." ucap Sarada sambil memukul pelan dada Boruto bertubi-tubi.
Katakanlah dia cengeng, tapi hei... Dia perempuan, dia sangat sensitif terhadap perasaan.

"Kau bahkan tak tau alasan aku keluar desa kan ?" tanya Boruto sambil merapatkan tubuhnya dengan Sarada.

Sarada menggeleng lemah.
Seolah itu adalah sebuah jawaban, Boruto melepaskan pelukannya, lalu menatap lembut Sarada.

"Sekarang aku tau yang sebenarnya... Mengenai perasaanmu padaku..."

"Dan mengenai kepergianku, ada hanya bercanda hahaha..." Boruto tertawa renyah, membuat Sarada mau tak mau memukul dada Boruto lagi dengan gemas.

"Ih, kau !"
Sarada kembali mendekap Boruto.
Kali ini tak ada penolakan yang ditunjukkan sulung Uzumaki itu, dengan senang hati dia merengkuh gadis itu.

"Oh iya, aku lupa satu hal..."
Sarada harus melonggarkan dekapan itu, lalu mendongak.

"A-apa ?" tanya Sarada, matanya berair dan merah.

"Selamat ulang tahun, Sarada..." tutur Boruto lembut.

Mata Sarada berbinar, dia ingat ! Ya ampun !

"M-mana hadiahku ?" tanya Sarada bercanda.

"Hadiah ? Kau tidak menyadarinya ?" tanya Boruto sedikit tertawa.

"Maksudmu ?" Sarada menautkan alisnya.

"Kau meminta hadiah kan ?" goda Boruto.

"Ya ! Mana hadiahku, Boruto !?" hardik Sarada yang sebenarnya bercanda.

"Kau sangat ingin hadiah ya?" tanya Boruto lagi.

"Iya !"

"Tapi kau harus menerimanya dalam bentuk apapun..." seringai Boruto.

"Iya ! Cepatlah Boruto !" seru Sarada tak sabaran.

"Baiklah..."
Boruto menarik tengkuk Sarada, lalu mengecup dan melumat singkat bibir pink di depannya.

Sarada tentu terkejut, saat dia sedang memproses apa yang terjadi, Boruto melepasnya.

"Itu hadiahku, selamat ulang tahun, Sarada..." Boruto nyengir kuda.

Sarada memegang bibirnya, rona pink menghiasi pipinya.

"Mau bonus ?" tanya Boruto.

Sarada yang masih bingung hanya mengangguk pelan.

"Ini dia bonusnya..."
Boruto kembali menempelkan bibirnya dengan milik Sarada, mereka berdua menutup mata.

Sarada membelai rahang Boruto, Boruto menarik pinggang Sarada, sampai tak sadar lidah mereka sudah bertarung sudah selama 5 menit.

END

All Anime |Oneshoot|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang