Alen datang kesekolah dengan mengenakan baju kaos berwarna hitam dengan gambar skateboard dan menggunakan celana jeans berwarna biru muda serta sepatu vans bermotif catur. Tidak sendiri, Alen datang bersama ibunya. Mereka berjalan dari depan gerbang sekolah menuju ruang kepala sekolah, bukan hanya Alen dan ibunya yang berada di dalam ruang kepala sekolah, di sana juga ada Rezal. Saat Alen dan ibunya berbincang di ruang kepala sekolah, betapa terkejutnya sang kepala sekolah ketika mengetahui identitas asli Meyriska.
Meyriska, sang pengusaha kaya raya dan seorang miliorder dari keluarga yang cukup besar yaitu keluarga Zader. Merasa kehilangan asset yang sungguh besar Isman sang kepala sekolah mati-matian membujuk Meyriska supaya Alen tetap bersekolah di SMA Kendari Jaya.
"Tu..Tunggu nyonya besar saya tidak tau kalau orang tua murid dari Alen adalah anda, Alen tidak pernah menulis keterangan orang tuanya dengan lengkap. Kami bisa mencabut surat pengeluaran Alen jika anda memberi kami satu kesempatan lagi" Dengan wajah panik yang tak bisa disembunyikannya Isman berusaha agar Meyriska memberinya kesempatan.
"Jika anda mengetahui dari awal, kami tidak akan bisa memberikan penilaian kepada orang seperti anda dan soal kesempatan....Bukankah 2 minggu yang lalu aku sudah memberikannya untukmu..?" Sayangnya bujukan yang dikatakan oleh Isman tak membuat pikiran Meyriska beubah.
Rezal yang sedari tadi bingung dengan situasi saat ini, ia kesal karena Isman yanag awalnya begitu berpihak padanya tiba-tiba berpihak pada Alen.
"Loh, apa-apaan ini Pak kepala sekolah..? Anda ingat pesan orang tua saya kan untuk-" Kata-katanya langsung dipotong oleh Isman dengan nada yang tinggi.
"Bisakah kau tutup mulutmu sebentar?!!!" Dengan kesal Isman memelototi Rezal yang membuat Reza tak berani lagi menatap orang tua tersebut.
Merasa urusannya di sana sudah selesai, tanpa berpamitan Meyriska dan Alen meninggalkan kedua orang yang sedang berdebat itu tanpa sepengetahuan mereka dan keluar dari ruang kepala sekolah. Ratusan pasang mata memandangi mereka berdua yang berjalan, tapi meyriska dan Alen tak menanggapi seakan taka da siapapun di sana kecuali mereka berdua
...........
Beberapa jam mereka di dalam mobil menempuh jarak 152 Km dari Jakarta Selatan ke Bandung, akhirnya mereka sampai di depan rumah dengan dominan warna coklat yang terlihat begitu megah, luas, dan terlihat seperti istana dengan pagar hitam yang begitu tinggi. Senyuman bahagia muncul di wajah Meyriska saat mereka memasuki taman rumahnya, taman yang begitu luas dengan air mancur di tengah taman begitu terlihat mewah. Alen yang terkejut akan rumah barunya, sempat tak percaya jika dirinya akan tinggal di rumah tersebut.
Tanpa berlama-lama mereka masuk ke dalam rumah dan mengemasi barang yang mereka bawa dari rumah lama dan di bantu oleh para pembantu dan para satpam yang bertugas di rumah.
"Alen boleh Tanya sesuatu gak ma?"
"Tentu!"
"Apa ini nggak berlebihan ma?"
"Bagi kita ga ada yang namanya berlebihan Alen, selama kita mendapatkannya dengan jujur dan kerja keras" Meyriska berusaha meyakinkan Alen yang sedang kebingungan.
"Tapi kan ma..."
"Kamu ingat? 11 tahun yang lalu kita dibuang dari garis besar keluarga saat kita terpuruk habis-habisan, akhirnya sekarang kita bisa buktikan bahwa kita tidak membutuhkan para bajingan itu untuk bangkit dari kesengsaraan"
"Apa kata-kata mama ngga terlalu kasar, ma?"
"Haduh, anak tolol! Seharusnya kamu bangga karena semua ini juga hasil kerja kerasmu, udahlah daripada berdebat lebih baik sekarang kamu cek kamar pribadimu. Mama sudah set semua interiornya sesuai seleramu, mama yakin kamu pasti betah"
"Alen harap Begitu"
Setelah perdebatan yang lumayan panjang dengan Meyriska, Alen langsung menuju lantai 2 dan berjalan menuju kamarnya.
YOU ARE READING
ALRIENZO
RomanceSetiap manusia itu berbeda, namun sebagian besar dari mereka menyembunyikan perbedaan mereka tersebut karena mereka terlalu takut untuk menunjukannya dan terlalu takut jika tak ada yang dapat menghargai perbedaan yang mereka miliki